Mohon tunggu...
Eka Dharmayudha
Eka Dharmayudha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pasca Sarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional UI

Menyukai politik, sepakbola, dan menulis puisi. Kenal lebih dekat melalui instagram saya @ekadharmayudha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Deskripsi Anak Tongkrongan

6 Maret 2020   11:51 Diperbarui: 6 Maret 2020   12:17 2258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja, saya bukan orang yang suka membaca buku. Biasanya saya membaca buku itu ketika menemukan suatu isu dan membutuhkan teori sebagai basis kajian. Kalau tidak ada itu, saya tidak akan membaca buku. Nah, lintas disiplin ilmu diantara anak tongkrongan membuat pengetahuan-pengetahuan itu saling melengkapi.

Saya suka bertanya tentang filsafat arsitektur dan seni kepada kawan saya yang arsitek dan pegiat seni. Mereka suka meminta pendapat saya tentang isu-isu politik yang berkembang. Kadang juga kita sama-sama memberikan pendapat terhadap suatu fenomena sosial dari berbagai perspektif keilmuan kita. Ini lah yang kadang, terutama, orang-orang tua kita ataupun masyarakat umum lainnya tidak melihat secara utuh. Bayangkan saja, hampir 80% kita berbeda disiplin ilmu, bukankah itu sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya?

Keberagaman Permasalahan Hidup

Karena lintas generasi, lintas disiplin ilmu, lintas hobi dan passion, menjadikan kita memiliki permasalahan hidup yang beragam. Keberagaman itu membuat kita saling mengisi kekurangan guna menyiapkan diri menghadapi permasalahan yang sama dikemudian hari ataupun membantu kawan kita di tempat lain terhadap permasalahan yang sama. Ini yang agak sulit didapatkan di tempat lain.

Frekuensi permasalahan hidup sangat tinggi menghiasi percakapan sehari-hari kita di tongkrongan. Permasalahan tersebut tak hanya sampai pada dibicarakan saja, tetapi sampai pada solusi-solusi konkret untuk dilakukan. Ya sedikit-sedikit dijadikan bahan bercandaan agar menghidupkan suasana, toh stress juga kita kalau setiap hari serius mulu obrolannya. Permasalahannya sangat beragam. Mulai dari yang umum seperti kuliah, pekerjaan, dompet tipis, hingga yang khusus seperti istri, keluarga, dan cinta. Ya kita juga banyak lah menyimpan rahasia-rahasia lucu, memalukan, dan kelam dari masing-masing kita.

Kesimpulan Awal menuju Keseriusan Lainnya

Dengan segala kekayaan awal yang kita miliki sebagai anak tongkrongan, menghadapi kerasnya kehidupan sudah (hampir) siap kita lalui. Yang lebih muda menjadi lebih kaya akan pengetahuan kehidupan, yang lebih tua bisa mendapatkan perspektif baru dari cara berpikir generasi dibawahnya. Mungkin memang benar kita kadang-kadang adalah pusat kebisingan lingkungan, maupun orang-orang malas yang memang hanya membuang-buang waktu, tapi dibalik itu semua ada kekayaan yang tidak pernah bisa dilihat masyarakat awam dan kekayaan itu menjadikan kita mampu melihat sedikit dari tantangan di masa depan. Toh selama identitas pemalas yang cerdas kita pegang hingga akhir hayat, bukan tidak mungkin kita para anak tongkrongan akan memegang peran penting dalam pembangunan bangsa. HIDUP ANAK TONGKRONGAN!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun