Mohon tunggu...
Eka Budi Pertiwi
Eka Budi Pertiwi Mohon Tunggu... -

mahasiswi PKNH di salah satu universitas negeri di Kota Pelajar.Brusaha tersenyum dalam usaha menemukan kembali kepingan kaca yang tlah pecah, dan slalu bersyukur akan karunia Tuhan..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Bukan Pengkhianat

10 Juni 2011   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Disuatu pagi yang cerah,tercium bau bunga mawar yang semerbak mewangi. Matahari mulai menyusup di jendela kamar Keysha. “ Non Key, ada mas Sena udah nunggu buat jalan – jalan pagi “. Kata Bibi. “ Iya Bi, suruh nunggu aja “. Kata Keysha. Keysha adalah anak dari seoang diplomat yang sangat kaya, tapi lain halnya dengan Sena. Sena adalah anak yatim yang sudah ditinggalkan bapaknya dua tahun lalu. Sekarang mereka kelas 1 SMA. Mereka sudah sejak kecil bersahabat. Papah Keysha adalah teman baiknya Ayah Sena, tapi mereka hanya berbeda nasib saja, jadi orang tua Keysha tidak ada masalah dengan pertemanan meraka.

Mereka langsung pergi jalan – jalan dan bercanda – canda di tengah taman. Sena iseng menaruh ulat di pundak Keysha, Key takut dan nangis. Saat Key nangis Sena tertawa terbahak – bahak. “ Cengeng kamu Key, masak ualat mainan aja kamu nangis, udah ah jangan cengeng masak dari dulu sampai udah gede gini masih aja cengeng “. Kata Sena. “ Kamu tu jail, udah ah pulang yuk “. Kata Keysha sambil berjalan meninggalkan Sena dan masih saja ngambek. “ Key, tunggu Key jangan ngambek dong, yaudah aku minta maaf, udahlah Key jangan ngambek ya “. Bujuk Sena. Keysha tertawa keras sambil memegang perutnya. “ Sukurin lo siapa yang ngambek, orang aku cuma pura – pura 1-1 “. Katanya sambil berlari.

Sesampainya di rumah Sena, Keysha langsung pergi ke dapur. “ Bunda, masak apa “. Sapa Keysha sambil mencium pipi ibunya Sena. Memang antara keluarga Sena dan Keysha sudah seperti keluarga sendiri. “ Eh Key, lagi masak, Key pasti belum sarapan, nanti sarapan disini aja ya “. Kata Bunda. “ Iyadeh Bunda “. Kata Keysha. Walaupun Key anak orang kaya tapi, dia selalu mencoba hidup sederhana dan berjiwa sosial yang tinggi.

Setelah sarapan Sena pergi latihan sepak bola karena akan diadakan pertandingan tahunan antar SMA se Jakarta. “ Ibu aku berangkat dulu ya, yuk Key aku anterin “. Kata Sena sambil mencium tangan Ibunya. “ Bunda aku pulang duluan ya, nanti takut mama nyariin “. Kata Keysha. Mereka berdua bejalan sambil bercanda.

*******************

Pertandinagan perdana antara SMA Bakti Karya ( sekolah sena ) dan SMA Pelita dimulai. Tidak lupa sebelumnya pertandingan dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya untuk mambangkitkan semangat Nasionalisme para pemain maupun para penonton. Keysha membawa sepanduk yang bertuliskan “ SMA Bati Karya pasti yang terbaik “ sambil berteriak dengan pendukunung yang lain.

Empat puluh lima menit berlau sekor sementara masih 0-0. tapi, semangat kedua paemain masih menggebu – nggebu. Usai mereka istirahat pertandinganpun dimulai lagi. Teriakan kedua kubu kembali memenuhi rongga – rongga Setadion. Waktu berjalan cepat, pada menit ke 60 Sena sebagai kapten kesebelasan SMA Bakti Karya berhasil memecahkan kebuntuan dan kemenangan itu bertahan hingga akhir pertandingan.

Usai pertandingan Key langsung menghampiri Sena. “ Selamat ya, kamu memang hebat “. Katanya sambil menepuk keras pendak Sena. “ Hebat sih hebat tapi, sakit tau! Kamu tadi lihatkan, aku pasti bisa menjadi pemain profesional “. Kata Sena bangga. “ Iyadeh kamu pasti bisa, tapi kalau kamu sudah jadi pemain profesional, kamu pasti nggak mungkin lagi jalan – jalan sama aku lagi, kamu pasti sibuk dengan latihan sana – sini “. Kata Keysha cemberut. “ Nggak mungkin, nggak ada yang bisamemisahkan persahabatan kita “. Jelas Sena.

*******************

Sudah lima kali Sena bertanding dan hasilnya selalu menang. “ Key, aku rasanya sulit banget bisa menag kali ini “. Kata Sena dengan raut muka putus asa. “ Optimis aja, nggak ada yang sulit di dunia jika kamu mau berusaha, tenanag aja aku pasti doain dan dukung kamu deh “. Hibur Keysha panjang lebar.

Pertandingan kali ini sudah berakhir, semua pemain SMA Bakti Karya kelihatan lemes, termasuk Sena. “ Udahlah, jangan lemes lagi penapilan kamu tadi penuh banget! Walaupun kamu nggak berhasil menang, tapi kamu tetep hebat, kamu jugakan nggak kalah, jadi tetep bagus kok “. Kata Keysha yang menunjukkan ketulusan hati seorang sahabat. Sena mengangguk – anggukkan kepala, dia nggak mau Key ikut sedih.

Pertandingan tahunan ini tetap yang menjadi juara SMA Bakti Karya, karena selama pertandingan tak pernah terklahkan.

“ Surpice “. Teriak Keysha yang mengagetkan Sena sambil membawa bungkusan kecil yang berisi sepatu bola. “ Buat aku nih “. Kata Sena sambil mengambil bungkusan yang disodorkan Keysha. “ Iya lah ini buat kamu, sebagai hadiah atas kemenangan kamu, aku mau kamu pakai dan kamu jaga baik – baik “. Kata Keysha. Sena tersenyum dan mengacungkan Ibu Jarinya sambil berkata “ Pasti, makasih ya “. Keysha tersenyum manis sekali.

*********************

Dibalik tembok sekolah ada dua anak yang terkenal raja skors. “ Lihat deh itu, mereka sepertinya akrap banget “. Kata Rudit. “ Iya, bagaimana kalau kita pisahkan mereka, kalau memang mereka sahabat sejati pasti mereka nggak terpisahkan, kita kerjain aja “. Jawab Tio. Mereka sudah menyiapkan seribu cara untuk memisahkan Sena dan Keysha. Hari pertama aksi mereka dimulai “ Eh Sen, ada kabar gembira buat kamu “. Kata Rudit Sambil berlari menghampiri Sena. “ Kabar gembira apa? Tanya Sena lugu. “ Kamu akan direkrut tim pemilih buat mewakili provinsi kita “. Kata Tio. Sena lompat – lompat kegirangan.

“ Ayo Key cepetan berangkat sudah jam 6.30 nanti kesiangan “. Teriak Sena dari luar kamar Keysha. Keysha membuka pintu dan langsung berpamitan dengan Mama dan Papanya, begitupun dengan Sena. Kaki Keysha memanjat sepeda Sena. “ Pegangan nanti jatuh lho, kita harus ngebut! “. Tegas Sena. Kesepuluh jari – jari Keysha mencengkeran pundak Sena dan…….ngebutpun dimulai.

Di dalam kelas Sena mengatakan semua yang didapatnya pada Keysha. “ Key, tahu nggak, aku mau direkrut tim Provinsi lho “. Kata Sena bangga. “ Ha….. kok bisa, kamukan belum 18 tahun, kamu tahu ini dari mana? “. Tanya Key. “ Yabisalah, aku kemarin diberi tahu Tio dan Rudit “. Kata Sena. “ Kamu percaya? Merekakan suka ngerjain orang dan jangan – jangan kamu dikerjain lagi “. Kata Keysha. Sena diam, dia mulai berfikir apakah itu semua bohong.

Jam istirahat sudah tiba! Anak – anak berhamburan keluar. Ada yang ke kantin, perpus dan ada juga yang sekedar di kelas. “ Rudit, Tio “. Terdengar suara Sena yang dapat mebuat Rudit dan Tio membalikkan tubuhnya. “ Kalian bohong ya? Tentang perekrutanku “.Tanya Sena serius. “ Ya ngapain kita bohong, nggak ada gunanya, kamu kok sampai berfikiran begitu? “. Tanya Rudit. “ Soalnya kata Keysha yang masuk umurnya harus lebih dari 18 tahun “. Kata Sena. “ Alah, itu Cuma alasan Keysha dia tidak ingin kalau kamu jadi lebih tenar dari dia, sebenarnya dia juga tahu kalau memang kamu berhasil masuk tapi, dia sengaja tidak mau ngomong sama kamu, gini aja kalau kamu nggak percaya besuk aku bawain surat panggilannya “. Kata Tio. Mereka meninggalkan Sena yang masih berfikir kalau Keysha nggak mungkin melakukannya. Sedangkan Rudit dan Tio tersenyum penuh kepuasan karena mereka berfikir sebentar lagi mereka akan berhasil.

Keysha dan Sena pulang bersama. Sejak tadi tak ada sekecap suarapun yang terucap dari mulut Sena. “ Sen, kamu ada masalah? Kok dari tadi diem…. melulu “. Tanya Keysha. Sena hanya menggeleng kepala.

Pagi – pagi sekali di sekolah, Sena duduk di taman depan kelas sambil memandangi kupu – kupu yang berterbangan. Dia tidak yakin kalau sahabatnya tega menghianatinya. Tiba – tiba dari belakang seseorang menyodorkan kertas dalam amplop. Sena menerimanya dan segera membukanya, dan dia percaya kalau kertas yang diberikan Tio dan Rudit adalah surat panggilan itu. Lagi – lagi Tio dan Rudit tersenyum penuh kecurangan, karena ternyata Sena percaya dengan surat palsu mereka.

Datang – datang Sena memukul meja Keysha dengan telapak tangannya. “ Key, maksud kamu apa? Kamu nggak suka kalau aku sukses. Atau jangan – jangan kamu takut tersaingi? Dasar penghianat, munafik “. Kata Sena dengan wajah memerah. “ Sen, kamu bicara apa? Aku nggak tahu apa yang kamu katakan “. Tanya Keysha. Tanpa menjawab Sena langsung pergi meninggalkan Keysha. Keysha tak henti – hentinya menangis dan teman – teman sekelasnya langsung menghiburnya.

Sebulan sudah berlalu, hari – hari Keysha lebih banyak dihabiskannya dengan menangis. Dia tidak pernah berhasil untuk membujuk dan menyakinkan Sena, agar Sena percaya dengan pejelasannya. Tapi, apa yang di dapatkan malah caci – maki Sena dan Keysha semakin tidak kuat mendengarnya.

Hari minggu pagi Keysha pergi ke toko milik Ibu Sena. “ Bunda “. Panggil Keysha lirih. “ Ada apa Key? Kok sudah lama nggak pernah main ke sini? “. Tanya Bunda. “ Keysha cuma mau nitip ini, tolong dikasihkan Sena, Keysha pamit dulu Bun sudah sore “. Kata Keysha smbil mencium tangan Bunda.

Waktu sena latihan sepak bola, dia mendengar kata – kata Rudit dan Tio. “ Kita berhasil, Sena bego banget, sekarang dia dan Keysha udah nggak kayak anak kembar lagi “. Kata Tio. “ Iya, kita berhasil membohongi Sena “. Jawab Rudit yang diikuti suara tertawa mereka. Sena naik pitam mendengarkan perkataan mereka. Tapi, dia tidak ingin membuat keributan.

Sena membaca surat yang diberikan Ibunya. Sena meneteskan air mata, dia nggak percaya semua ini bisa terjadi padanya. Dilihatnya sepatu bola dari Keysha, dan tiba – tiba terngiang lagi ucapannya bahwa persahabatannya tidak mungkin terpisahkan. “ Bodoh! Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan, aku sudah menyakiti sahabatku padahal Keysha nggak pernah menyakiti aku, aku sungguh bodoh “. Teriaknya dari dalam kamarnya sambil terus menyalahkan dirinya.

Siang itu juga Sena ditemani sepedanya langsung pergi ke rumah Keysha untuk mint naaf dengan Keysha. Akhirnya Sena sampai di rumah Keysha dan dia langsung minta maaf denganKeysha. “ Key maafin aku, aku sudah nyakitin kamu, aku sudah nggak percaya sama kamu “. Kata Sena yang sangat tulus. “ Nggak ada yang perlu dimaafkan, aku sudah melupakan semuanya, dan aku tahu ini semua cobaan dari Tuhan agar persahabatan kita tetap abadi “. Kata Keysha. Mereka berdua tersenyum yang diiringi denting – denting air hujan yang turun siang itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun