5) Guru memaksimalkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan mengkaji tujuan pembelajaran, menciptakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menginspirasi siswa untuk menggunakan kreativitas dan kemampuan berpikir kritisnya, dan memberi mereka kebebasan untuk memilih bagaimana mereka ingin belajar.Â
6) Guru terlibat dengan kelas dengan mengajukan pertanyaan untuk mengukur pemahaman, mendorong partisipasi, dan menilai pembelajaran,
7) Guru menyusun perangkat asesmen yang relevan dengan fungsi pembelajaran, menganalisis hasil kajian penilaian, melakukan asesmen dengan menggunakan strategi yang lain, dan mendengarkan saran dari siswa sekaligus merefleksinya untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Meski sejumlah indikasi masih belum terlaksana dengan baik, namun guru sudah menjalankan tujuh indikator sesuai dengan undang-undang.
Â
Era baru dalam sejarah manusia telah dimulai pada abad ke dua puluh satu. Ilmu pengetahuan serta teknologi pun berkembang sangat cepat juga signifikan di abad baru ini, dengan teknologi digital memainkan peran besar dalam komunikasi dan informasi. Selain itu, dengan adanya teknologi dalam bidang transportasi yang semakin maju menjadikan pertukaran antar penduduk dunia yang berlangsung lebih mudah dan cepat.Â
Guru dan dosen di era baru perlu memiliki kompetensi tertentu untuk memastikan kurikulum berjalan lancar. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi globalisasi, kompetensi sebagai konselor, kompetensi komersialisasi teknologi, kompetensi strategi masa depan, dan kompetensi pendidikan.
Â
Akibatnya, diperlukan pedagogi baru yang disebut Pedagogi Digital Kritis. Pedagogi yang dikenal sebagai "pedagogi digital kritis" adalah salah satu yang memberikan penekanan kuat pada komunitas dan kolaborasi. Ini juga terbuka untuk pengembangan berbagai saluran informasi dan komunikasi melintasi perbedaan budaya dan politik.Â
Menurut pedagogi digital kritis, lingkungan dan ekosistem pendidikan yang terbuka dan berjejaring harus berfungsi sebagai platform bagi guru dan siswa untuk terlibat sebagai agen pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan mereka sendiri serta sebagai gudang materi. Pedagogi digital kritis harus menggabungkan teknik humanisasi. Ini melibatkan lebih dari sekadar pekerjaan mental, tertulis, dan digital.Â
Menurut Lunevich Lucy yang berasal dari School of Engineering RMIT University di Melbourne, Australia, menyatakan bahwa pedagogi sosial kritis adalah bidang studi dan penerapan teknologi digital kontemporer dalam pendidikan, dengan tidak selalu mempertimbangkan semua kebutuhan dan gaya belajar siswa. Secara matang dengan tepat pedagogi sosial kritis dapat digunakan dalam pengaturan hybrid, online, dan offline selain lingkungan belajar lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H