Mohon tunggu...
Eka Cahyowati
Eka Cahyowati Mohon Tunggu... -

cewek,,yang ingin mencoba berbagai hal baru dalam hidup yang hanya satu kali..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

.:: Januari dalam Kelam ::.

11 Desember 2010   22:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa orang pun di panggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Termasuk aku. Ya, karena aku adalah ketua kelas yang mengetahui keadaan anggota kelas ku, selain itu akulah orang yang sempat bertemu dengan Janu beberapa jam sebelum ia ditemukan tewas. Sebenarnya aku takut juga berurusan dengan polisi. Bukan apa-apa, melihat tampang mereka saja sudah menimbulkan rasa ngeri. Wajahnya tidak seram, tapi cara mereka mencurigai seseorang menimbulkan salah tingkah untukku. Dan sikap ini semakin menambah rasa curiga mereka terhadapku.

Selain aku, ada Imel yang juga ikut diinterogasi. Imel dicurigai karena ia dikenal tidak menyukai keberadaan Janu di sekolah. Ia selalu menjahili Janu. Entah karena apa, tapi Janu kerap dibuat menangis oleh ulah Imel. Aku masih ingat ketika Imel mempermalukan Janu dihadapan teman-teman kelas  karena Janu mendapat nilai merah dalam ulangan Bahasa Indonesia. Bukan hanya itu saja Imel pernah menyiram Janu karena tidak sengaja menginjak sepatu Imel. Bahkan beberapa hari sebelum Janu tewas, Imel sempat mengunci Janu di dalam kamar mandi hingga jam pelajaran usai. Dan parahnya lagi tidak ada yang peduli dengan ketiadaannya itu.

Sebenarnya aku iba melihatnya kerap teraniaya. Tapi, aku juga kesal dengannya. Bukan hanya sekali ia membuat aku dongkol. Setiap hari kerjanya menggambar yang tak jelas di dalam kelas, setelah itu kertasnya dihambur sembarangan. Belum lagi barang-barangnya yang selalu berantakan, bahkan makan pun di dalam kelas. Dan hal yang paling aku benci darinya adalah, ia tidak pernah mau mendengarkan orang lain. Keras kepala dan kerap memancing emosi ku sebagai ketua kelas.

***

Satu-persatu kami ditanyai mengenai keterkaitan kami dengan Janu selama ini. Dan kini tiba giliranku untuk diinterogasi oleh pihak kepolisian. Aku berusaha menenangkan diriku. Tapi...rasa gugup seketika melandaku. Aku duduk tidak tenang, keringat mulai menetes dari sekujur tubuhku. Bahkan untuk mengeluarkan sepatah katapun aku gugup. Oh...aku sama sekali tak menginginkan suasana ini. Suasana  kantor polisi yang baru pertama kali aku rasakan membuatku tegang. Ditambah beberapa pasang mata yang menatap curiga seakan akulah tersangka pembunuhan itu. Belum lagi suara berat dan tegas dari para polisi membuat aku gemetaran tak tenang. Huuuhhhffttt,,sungguh perasaan yang tidak karuan.

"Dik, kami hanya ingin bertanya tentang sosok Januari selama ini. Menurut penglihatan kamu, bagaimana ia selama ini? Apakah ada hal-hal aneh atau misterius yang kamu ketahui tentangnya?"

Aku pun menceritakan sikap Janu yang ku kenal selama ini. Tapi, entah pengaruh angina apa, aku terbata-bata menjawab pertanyaan dari mereka.

"A..a..anu.. Janu...Janu... a..a..anak yang penuh misteri pak."

Aku mulai mengeluarkan jawaban. Aku pun menceritakan semua yang ku ketahui tentang Janu. Sekitar dua jam aku dimintai keterangan sebagai saksi. Dan beberapa jam kemudian aku diperbolehkan pulang. Tiba di rumah aku masih merasa tak tenang. Entah mengapa perasaan cemas kini menghantuiku. Aku seperti orang yang dikejar-kejar rasa bersalah, entah karena apa. Aku jadi tak tenang belajar ataupun melakukan berbagai aktivitas lainnya.

Beberapa hari kemudian, ada kejadian yang cukup mengagetkanku. Lagi-lagi aku di panggil untuk memberikan keterangan seputar kasus kematian Janu. Rupanya keluarga Janu tidak terima atas kematian anaknya yang tidak wajar. Apalagi setelah hasil visum menyatakan bahwa Janu bukan tewas karena gantung diri, melainkan telah di bunuh sesaat sebelumnya.

Sungguh sadis orang yang melakukan hal itu. Janu diketahui tewas bukan karena gantung diri. Hal ini terindikasi oleh adanya temuan beberapa luka karena pukulan benda tumpul di bagian kepala. Selain itu di bagian tulang rusuknya juga mengalami cedera. Polisi menduga bahwa motif gantung diri hanya dijadikan kamuflase oleh tersangka untuk mengalihkan kecurigaan. Namun sayangnya hal tersebut bukan hal yang mudah. Selain itu tanda-tanda orang yang gantung diri tidak terdapat pada diri korban, misalnya lidah yang menjulur atau keluarnya kotoran di dubur korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun