Mohon tunggu...
Eka Fitri Asfahani
Eka Fitri Asfahani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

keep spirit

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Petis Ikan Tongkol Bu Rika Kecamatan Puger, Kabupaten Jember

26 Desember 2022   13:09 Diperbarui: 26 Desember 2022   13:17 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potensi kelautan serta perikanan Indonesia begitu berpeluang besar, melihat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang mayoritas wilayahnya perairan. 

Namun, untuk memaksimalkan adanya potensi tersebut diperlukan kebijakan terkait program dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan untuk mendorong perubahan agar dapat lebih maksimal dalam pengelolaan potensi kelautan tersebut guna memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. 

Maka, hadirlah minapolitan yang merupakan manajemen ekonomi kawasan berbasis komoditas perikanan unggulan dengan fokus yang pelaksanaanya dilakukan di daerah. 

Setiap kawasan terdiri atas sentra produksi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Persyaratan yang wajib dimiliki oleh daerah antara lain, rencana induk minapolitan, penetapan lokasi dan komoditas unggulan, kelompok kerja lintas dinas, infrastruktur dasar, unit pengolahan ikan, serta keamanan. 

Minapolitan merupakan suatu konsep pengembangan kawasan perikanan yang sedang digalakkan oleh KKP "Kementrian Kelautan dan Perikanan" sejak tahun 2009. 

Konsep minapolitan ini terdiri dari tiga sektor, yakni minapolitan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan garam. Minapolitan dinilai merupakan salah satu solusi dari beragam permasalahan pengembangan perikanan tangkap yang ada saat ini, yang dimana sektor perikanan tangkap merupakan salah satu sektor dari usaha padat karya yang banyak sekali menyerap tenaga kerja, serta pengoptimalisasian perekonomian pada daerah pesisir. 

Salah satunya dampak positif minapolitan ialah adanya sub-minapolitan yang mendukung aspek perekonomian masyarakat dalam bidang perikanan, seperti adanya kegiatan pengelolaan hasil perikanan berupa produk baku atau siap konsumsi. 

Diantara contohnya ialah petis yang terbuat dari ikan tongkol. Makanan petis sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam bahan makanan seperti untuk pembuatan rujak, tahu lontong dan berbagai macam jenis makanan lainya. 

Sesuai dengan hukum ekonomi, dengan adanya minat atau permintaan pasar untuk petis yang tinggi maka juga hal tersebut menjadi peluang bagi masyarakat untuk melakukan produksi petis guna memenuhi kebutuhan pasar. 

Dengan begitu, adanya sistem yang berkembang dalam minapolitan saling mempengaruhi dan berkaitan serta mendukung terkait perekonomian suatu daerah melalui perikanan. Seperti masyrakat pesisir daerah Kec. Puger yang kehidupan masyarakatnya erat dengan laut, maka dalam penelitian ini kami akan meneliti terkait bagaimana potret dari adanya home industri dalam pengolahan petis ikan tongkol sebagai salah satu bentuk dari aspek sub-minapolitan di Kec. Puger, Kab. Jember. 

Salah satu pelaku kegiatan home industri dalam pengolahan ikan tongkol menjadi petis di Kec. Puger yakni, Bu Rika dan suaminya Pak Hadi pemilik dari usaha petis ikan tongkol yang sudah menjalankan usaha petis ikan tongkol sejak tahun 2000an yang merupakan usaha turun-temurun dari orang tuanya sejak tahun 1990an. 

Bu Rika memproduksi petis ikan tongkol ini di rumahnya sendiri "Home Industri" dibantu oleh suaminya dengan membuka warung sebagai tempat untuk produksi dan berjualan. Bu Rika mulai membuka warung pagi hari setelah mengantarkan anaknya sekolah dan tutup pada sore hari sekitaran jam 3 sore. Petis ikan tongkol hasil produksi Bu Rika memiliki rasa tidak pedas yang dijual dalam kemasan yang berbeda-beda porsi banyaknya dengan harga yang bervariasi tergantung kemasannya. 

Dalam pembuatanya, Bahan-bahan untuk pembuatan petis tersebut yakni ikan tongkol yang terutama kaldunya serta, gula, garam, dan micin/msg. Petis ikan tongkol diolah dengan 2 tahap, yang pertama membutuhkan waktu 5-6 jam (petis yang masih bahan), kemudian tahap ke dua diolah lagi 2-3 jam sampai menjadi petis yang sudah memiliki rasa dan siap dijual. Biasanya, Bu Rika mengolah 1 blek olahan ikan tongkol 2 kg. Bu Rika memproduksi petis ikan tongkol tidak setiap hari. Dalam sehari bisa memproduksi petis ikan tongkol sebanyak 2 bak besar. 

Cara pembuatan Petis Ikan Tongkol : 

  • Tahap pertama  

1. Kukus olahan mentah ikan tongkol sebanyak 1 blek 2 kg 

2. Tambahkan air 1-2 gayung 

3. Aduk air hingga mengental membutuhkan 5-6 jam 

4. Jadilah petis rasanya masih asin 

  • Tahap ke dua  

5. Ditambah gula 20 kg, garam 5 pcs, micin dan petis Madura 1 blek 

6. Aduk hingga mengental membutuhkan 2-3 jam 

7. Jadilah petis ikan tongkol yang memiliki rasa 

8. Taruh di sebuah wadah yang sudah dipersiapkan 

9. Masukkan petis ke dalam kemasan 

10. Petis ikan tongkol siap dijual 

Untuk mempertahan kualitas rasa petisnya tersebut, Bu Rika mempertahankan resep turun temurun dari orang tuanya, untuk menjaga citarasa dan kualitas agar tidak berubah. 

Petis ikan tersebut dibuat tanpa bahan pengawet yang juga bisa tahan lama hinga sampai 1 bulanan. Faktor kendala dalam pembuatan petis ikan yakni bahan utama berupa ikan tongkol juga berpengaruh terhadap produksi petis. Dikarenakan tangkapan ikan didapat tergantung kondisi/cuaca di laut yang mempengaruhi suplai dan harga. 

Apabila cuaca buruk dengan ombak besar maka harga ikan juga naik yang dimana awalnya memerlukan biaya Rp.100.000 hingga Rp.125.000 setiap blek nya dalam keadaan olahan ikan mentah. Jika cuaca cerah harga ikan murah sehngga hanya membutuhkan biaya sekitar Rp.70.000 setiap bleknya. Begitupun dengan harga petis ikan tongkol juga akan menyesuaikan dengan harga ikan yang sudah dibeli untuk bahan pembuatan petis tersebut. 

Petis ikan tongkol dijual dengan harga yang bervariasi sesuai dengan ukuran kemasannya mulai dari : 

  • Kemasan kecil dijual dengan harga Rp.5.000 
  • Kemasan sedang dijual dengan harga Rp.8.000 
  • Kemasan tanggung Rp.10.000, dan 
  • Kemasan yang besar Rp.12.000. 

Dari segi pemasaran, produk petis ikan tongkol Bu Rika pemasarannya sudah sampai mengisi suplai pasar hampir di seluruh Kab. Jember seperti daerah Mojosari, balung, Puger, Pasar Tanjung, dll. 

Produknya tersebut uga dijual secara online melalui media sosial seperti WA, dan Facebook dengan menggunakan sistem Delivery Order atau pengiriman, terkadang pelanggan atau pembeli mengambil sendiri petis ikan tongkol ke rumah Bu Rika. Omset yang diterima dari hasil penjualan petis ikan tongkol tidak menentu, kalau ramai pembeli bisa mendapatkan penghasilan kotor hingga Rp.1.000.000, kalau sepi pembeli mendapatkan Rp.250.000-Rp.300.000 untuk perharinya. Dalam satu kali pengiriman petis biasanya dalam jumlah banyak sekitar 3 kuintal lebih.

Penulis: 

M. Rivaldy Firmansyah  200910302052 

Litania Indah Fadia         200910302015 

Eka Fitri Asfahani            200910302080 

Nashoikhuddiniyah        200910392011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun