"Semua kena imbasnya, baik pedagang maupun pembeli. Sebagai contoh ibu-ibu biasanya belanja Rp 50.000 sudah dapat banyak, lha ini cuma dapat beberapa barang saja. Apalagi tau sendiri kalau akhir tahun dibarengi dengan libur sekolah, jadi banyak yang mudik, banyak dari mereka yang hanya membeli barang-barang pokok saja dan banyak yang mengurangi belanjaan mereka" katanya.
Mulyadi juga mengungkapkan dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang meningkat ini mengurangi omset hariannya akibatnya ia mengurangi stok sayur mayur atau kebutuhan pokok lainnya untuk mengurangi kerugian.
"Omset menurun, biasanya sehari bisa dapat Rp 1.500.000 sampai Rp 1.700.000, sekarang cuma paling-paling dapat Rp 800.000 sampai Rp 900.000. Dari  pada rugi stok sayuran saya kurangi-kurangi biasanya masing-masing sayuran seperti kangkung, bayam, kacang saya stok 5 kilo sekarang cuma paling 2-3 kilo takut busuk", tambah Mulyadi.
Ia menambahkan jika harga akan berangsur normal sekitar 2 bulan.
"Biasanya dari pengalaman yang sudah-sudah hampir 2 bulan baru harga normal", katanya.
Mulyadi mengharapkan peran pemerintah untuk menstabilkan harga, sehingga harga berangsur normal dan tidak terus merugi.
"Harapannya sih pemerintah bisa secepatnya menstabilkan harga agar warung rame lagi dan omset kembali normal", pungkasnya pada tim redaksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H