"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh."Â
(QS. al-A'raf (7)
Marah, terhina dan sakit hati atas sikap orang lain adalah hal yang wajar. Manusiawi. Begitulah manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain berupa perasaan. Tapi perasaan ini ternyata sangat rapuh seperti serat-serat benang pada kain yang mudah terkoyak.
Seringkali rasa ini membuat dendam bercokol dalam hati bukan hanya hitungan hari bahkan bisa bertahan bertahun-tahun.Â
Memaafkan Memang Tak Mudah
Memaafkan orang lain adalah bagian dari ketakwaan seorang muslim. Hal ini diperkuat firman Allah yang terdapat dalam surat Ali 'Imran ayat 134 Â "... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang memberi maaf tanpa menunggu orang meminta maaf terlebih dahulu.Â
Akan tetapi hal itu bukan perkara mudah. Jangankan memaafkan tanpa diminta, meski orang sudah meminta maaf pun seringkali kita masih berat memaafkannya.Â
Berbuat kesalahan juga merupakan sifat manusia. Tak ada manusia yang luput dari dosa, berbuat salah terhadap orang lain baik sengaja maupun tidak. Jika sudah terjadi yang terbaik adalah meminta maaf. Tapi jika orang tersebut tak merasa berbuat salah padahal kita sudah tersakiti bagaimana?Â
Menunggu orang menyadari kesalahannya bisa berujung sia-sia. Memakan waktu yang tak tentu. Â Maka tak ada solusi kecuali memaafkan meskipun tidak diminta.Â
Tidak mudah. Memang benar, tak ada yang mudah dalam sikap melepaskan kemelekatan. Terlebih bagi orang-orang yang suka sekali memelihara dendam dan sakit hati. Perkara meminta maaf bisa jadi pertaruhan harga diri.Â