Demi mempertahankan status puasa anak, seharian saya melakukan pengawasan ketat. Akhirnya hari itu bisa dilalui meskipun dengan susah payah.Â
Menu Berbuka Istimewa
Hari pertama puasa harus dirayakan dengan menu berbuka yang istimewa. Anak saya memiliki jadwal makan khusus karena ada makanan yang tidak bisa dikonsumsi. Diet ketat sejak usia empat tahun. Tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, casein dan gula.Â
Selain itu pola makannya juga menganut azas rotasi. Artinya yang dimakan kemarin tidak bisa dimakan lagi hari ini. Baru akan bertemu lagi paling cepat lima hari. Ini berlaku untuk semuanya baik jenis beras, sayur, lauk sampai bumbu.
Jadi, menu berbuka tak boleh melenceng dari pakem. Alhasil saya harus berjibaku menggali kreativitas untuk menciptakan menu khusus.Â
Makanan yang harus disukainya. Jelas harus enak di lidah. Yang termudah adalah membuat bubur sumsum (dari tepung beras) agar menarik saya memakai sedikit daun Suji untuk memberi warna hijau.Â
Sementara lauk untuk makan tetap sesuai jadwal.Â
Detik-detik menjelang adzan Maghrib kami duduk manis di depan televisi. Tentu sudah dengan sajian berbuka puasa. Setelah seharian diawasi akhirnya anak paham untuk tidak makan dan minum sebelum diizinkan.Â
Begitu adzan berkumandang saya membolehkannya minum dan makan. Tetap dengan pesan untuk makan perlahan. Dia nyaris kalap karena sudah menahan lapar seharian.
Penghargaan
Keberhasilan puasa hari pertama parut mendapatkan penghargaan. Saya memberinya satu bintang yang ditempelkan di papan. Dalam lima deret tempat bintang di ujungnya saya tempelkan gambar hadiah. Sebenarnya saya belum menemukan ide apa hadiahnya. Tapi anak sudah paham konsep reward, sehingga dia memiliki antisipasi perjuangannya akan membuahkan hasil.
Selain bintang kami sekeluarga berulang kali memujinya karena berhasil puasa. Wajahnya terlihat sumringah.Â