Di suatu siang yang panas di bulan Ramadhan saya harus tetap beraktivitas seperti biasa. Namun kondisi tubuh sedang tidak terlalu fit sehingga muncullah keluh kesah, "Kalau lagi nggak puasa sih enak nih, bisa minum yang seger-seger".Â
Sabar.. Tawakal...
Di tengah-tengah kepayahan itu saya kembali mengeluh, "Kayaknya makin gelap nih. Jangan pingsan aja."
Tiba-tiba ada yang menghibur dengan kata-kata, "Sabar aja, nanti kalau buka juga seger lagi. Habis gelap terbitlah terang."
Meski kata-kata tersebut diucapkan di dengan santai dan bercanda namun justru membuat saya tersadar. Karena kata-kata itu mengingatkan saya pada surat  Al-Inshirah ayat 5-6.Â
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Allah menjanjikan setelah Kesulitan akan ada kemudahan. Tentu saya mengimaninya sepenuh hati. Percaya dengan janji Allah, setelah Kesulitan akan ada kemudahan.
Hakikatnya setiap manusia aja diuji dengan ujian yang sesuai kesanggupannya. Tak bisa dibandingkan, masing-masing memiliki ujian dengan kadar berbeda.Â
Bahkan seorang manusia bisa mendapat ujian dari yang sederhana hingga yang sulit dan berat diatasi.
Modal menghadapi semua kesulitan adalah sabar dan Tawakal.Â
Sabar berasal dari bahasa arab yaitu sabara yang berarti menahan diri saat mengalami kesempitan, menahan nafsu dari apa yang diinginkan akal.  Kata sabar muncul dalam Al Qur'an sebanyak 103 kali.  Kita diingatkan untuk terus bersabar.Â
Sedangkan tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah.
Sabar dan Tawakal, keduanya menjadi pedoman umat muslim dalam menghadapi berbagai rintangan hidup.Â
Tak ada kondisi yang abadi. Semua berubah. Manusia pun berubah. Maka janganlah kita berputus asa seolah-olah tak ada jalan keluar untuk masalah yang sedang kita hadapi saat ini.Â
Berserah saja pada Sang Khalik
Disaat kesulitan datang seharusnya kita kembali mendekatkan diri padaNya. Bukan justru berpaling menjauh.Â
Dekati Allah di saat malam sunyi. Sepertiga malam dimana banyak manusia terlelap di peraduan. Saat terbaik mendekatkan diri pada Illahi. Mengeluh segala keluh.Â
Serahkan segala kelelahan dan perasaan yang hancur. Menderasan doa dan dzikir. Melepas kesombongan dalam sujud.
Seperti puisi Chairil Anwar yang sangat saya sukai berikut ini,
DOA
(kepada pemeluk teguh)
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
***
Hanya di PintuNya Kita MengetukÂ
Kesulitan dan kepayahan kita alami sejak pandemi terjadi tahun lalu. Â Hingga saat ini kondisi belum pulih seperti sedia kala. Kesulitan dalam masalah keuangan dan kesehatan menjadi beban banyak orangÂ
Ramadhan kedua dalam kondisi pandemi. Semakin terasa berat dengan masalah yang datang bertubi-tubi.
Ah, apalah aku ini hanya seorang hamba yang tak punya kuasa. Terbungkus kegelapan. Mencari sedikit cahaya harapan.
Bagaikan butiran effervescent yang terkena air. Hilang bentuk. Remuk.Â
Kemana akan berpaling dalam situasi tak pasti begini?Â
Selalu ada satu pintu yang bisa diketuk. Ingat saja janji Allah "Setelah Kesulitan ada kemudahan".  Jadi janganlah berputus asa. Tetap semangat dan semakin mendekatkan diri pada Illahi.
Aku tanpaMu butiran debu.
salam
Eka MP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H