Suatu saat saya membaca status Facebook teman lama yang menceritakan makanan kesukaannya sejak kecil. Rendang Talua Crispy. Makanan khas Payakumbuh yang sulit didapat, jika dia ingin menikmatinya dia harus menunggu kiriman dari Padang.
Rasa ingin tahu saya membuncah ketika dia menjelaskan Rendang Talua adalah Rendang Telur makanan khas Payakumbuh. Oke, sampai situ saya paham.
Sepemahaman saya yang lebih akrab dengan menu makanan khas Jawa rendang telur adalah telur direbus kemudian dibumbu rendang. Mirip rendang daging sapi tapi ini isinya diganti telur.
Tapi kemudian bayangan saya ambyar karena ada kata crispy di belakangnya. Macam mana pula telur crispy itu?
Suatu Sore di Bulan Ramadhan
Sore itu datang paket dari teman kuliah saya, Nuly yang tinggal di Bandung. Iya, teman yang statusnya membuat saya bertanya-tanya makanan macam apa Rendang Telur krispi itu?
Paketnya berisi tiga bungkus Rendang Talua Crispy. Meskipun sangat ingin mencicipinya tapi harus ditunda. Waktu berbuka masih lama. Hari itu saya seperti anak kecil yang tak sabar menantikan adzan Maghrib.
Mengulik Peramban Mencari Rendang Talua
Sambil menunggu waktunya berbuka puasa saya mulai Googling tentang Rendang Talua. Dari berbagai sumber akhirnya saya mendapat pencerahan bahwa "kripik" di hadapan saya memanglah terbuat dari telur.
Bukan telur rebus bulat diris tipis-tipis ya. Tapi telur dadar yang dicampur tepung untuk mendapatkan Kriuknya. Mendadar telur hingga tipis tentu butuh ketrampilan. Perlu latihan untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Tidak terlalu tebal maupun terlalu tipis.
Proses selanjutnya hasil dadar telur itu dimasukkan ke dalam bumbu rendang. Dimasak hingga bumbu meresap dan garing. Tentu saja akan tersisa sari-sari bumbu rendang yang menempel di dadar telurnya.
Kriuk-kriuk Nikmat
Saat Adzan Maghrib berkumandang saya langsung menyerbu Rendang Talua yang sudah membuat penasaran. Kriuk-kriuk gurih dan bumbu rendangnya terasa pekat namun tidak membuat eneg. Rasanya enak sekali.
Lidah saya yang lebih terbiasa dengan Rendang basah mendapati tekstur lembut dadar telur yang crispy berbalut bumbu rendang kering memberikan nuansa berbuka yang tidak biasa.
Sungguh unik perpaduan rasanya. Tanpa sadar saya sudah mengunyah nyaris setengah isi pak. Duh, harus diirit-irit nih. Jangan sampai cepat habis. Kan sayang, Hehehehe....
Meski saya sangat menyukainya tapi orang-orang di rumah tetap mendapat bagian mencicipi makanan khas Payakumbuh ini. Bagaimanapun momen seperti ini kan jarang terjadi. Mencicipi makanan khas daerah yang baru saat itu diketahui. Dan sudah bisa diduga semua suka dengan menu berbuka yang lain dari biasanya ini.
Makan Nasi Lauk Sayur Ala Jawa Plus Kriuk Gurih Rendang Talua
Menu berbuka kali ini menjadi tidak biasa karena adanya Rendang Talua Crispy. Sayur ala Jawa yang saya masak oseng putren, buncis dan wortel berpadu sempurna dengan manisnya orek tempe plus gurih dan kriuknya Rendang Talua ini.
Teman yang Baik Adalah Rezeki
Meskipun sudah lama tak berjumpa saya dan teman-teman di masak kuliah dulu masih berhubungan baik. Seiring kali kami mengenang masa-masa indah lucu dan menyebalkan di masa lalu.
Tentunya sambil terkikik geli menertawakan diri sendiri. "Kok bisa sih dulu kita begini?" atau " Astaga, kenapa kita bisa begitu ya?". Mengenang masa lalu yang indah membuat persahabatan kita bertahan hingga sekarang.
Jarak yang jauh, pertemuan yang sulit terjadi karena kesibukan masing-masing tak merenggangkan rasa di antara kami. Heueheuehu... Malah jadi melow begini.
Bagi saya, teman-teman yang baik adalah rezeki. Sesederhana perhatian teman yang mengirimkan makanan seperti ini sudah membuat hati saya meleleh.
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” (ar-Rahman: 13).
Sebuah ayat yang diulang sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahmaan. Jika Sang Maha Pengasih mengingatkan tentang nikmat yang sebegitu banyak apakah kita masih merasa berat untuk mengucap syukur di setiap hembusan napas?
Kepada teman yang mengirimkan paket istimewa ini saya sangat berterima kasih. Saya pun tidak hentinya bersyukur kepada Sang Rahim yang telah mengirimkan orang-orang baik hadir dalam hidup ini.
Takkan pernah cukup kata "Alhamdulillah" menderas dari bibir ini. Semoga kita dijauhkan dari sifat kufur nikmat. Sudahkah kita mengucapkan syukur atas nikmat yang tak terhitung di hari ini?
Salam
Eka MP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H