Mohon tunggu...
Eka Liyatika
Eka Liyatika Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang

KKN MIT DR 12 UIN Walisongo Semarang Kelompok 20 @kknmitdr12_20

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Pembelajaran Daring bagi Mahasiswa Daerah Susah Sinyal

19 Agustus 2021   08:30 Diperbarui: 19 Agustus 2021   08:28 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, pandemi tak juga kunjung usai. Sejak datangnya virus covid-19 semua kegiatan berubah total. Dalam sektor ekonomi saat ini kurang stabil, dimana harga bahan pokok melonjak tinggi sedangkan penghasilan (pendapatan) masyarakat menurun. Begitu juga dalam sektor pendidikan. Dengan merebaknya pandemi yang berkepanjangan mengakibatkan sistem pembelajaran pelajar maupun mahasiswa terhambat. Dan mau tidak mau pendidikan harus tetap berjalan. Dengan demikian Bapak Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengintruksikan kepada seluruh lembaga pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran online (daring). Pembelajaran daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS).
Sistem daring ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Dengan adanya daring ini pelajar/mahasiswa tidak perlu melakukan tatap muka saat pembelajaran berlangsung. Itu merupakan salah satu bentuk kebijakan Pemerintah untuk memutus rantai penularan virus covid-19.

 Akan tetapi daring juga memiliki kelemahan yang banyak dikeluhkan pelajar ataupun mahasiswa, diantaranya:
1. Memerlukan koneksi internet yang stabil
2. Membutuhkan perangkat pintar seperti android atau laptop yang memadai
3. Pemahaman pelajar/mahasiswa terhadap materi kurang
4. Tidak adanya interaksi secara langsung yang bisa menghambat proses belajar.

Bagi mereka yang tinggal di lokasi yang infrastruktur komunikasinya masih kurang baik tentu akan kesulitan untuk mengakses internet. Walaupun pembelajaran daring tak terbatas, jika dalam aksesnya sangat sulit maka akan sangat menghambat pembelajaran dan ketertinggalan materi. Jika sudah tertinggal, bagi pelajar ataupun mahasiswa memerlukan waktu lebih untu dapat mencari dan memahami ketertinggalan mereka.
Tidak semua siswa ataupun mahasiswa memiliki dan mampu mengakses peralatan yang dibutuhkan (entah itu komputer, laptop, atau gawai lainnya) untuk pembelajaran online. Dalam keadaan ini, mungkin awalnya masih banyak siswa yang aslinya tidak memiliki android dengan latarbelakang mereka dari keluarga yang kurang berada justru dituntut untuk memiliki android. Mereka yang dari sisi ekonomi sudah memiliki kendala, entah itu di PHK ataupun lainnya dalam bekerja, ditambah dari sisi pendidikan mengharuskan memiliki akses yang memadai untuk pembelajaran daring bisa berlangsung. Kalau emang sudah diusahakan tetap tidak mampu beli, setidaknya siswa tersebut mau berusaha dan mencari teman atau tetangga terdekat yang mau memberikan bantuan akses tersebut.


Dari mahasiswa mungkin semuanya sudah memiliki android, akan tetapi apabila tempat tinggal mereka berada pada lokasi yang susah akan jaringan internet juga sama aja, menghambat pembelajaran daring yang berlangsung. Kalaupun bisa mencari tempat atau sudah mendapat tempat yang jaringan internetnya stabil, jika statusnya “menumpang” jika dilakukan secara terus-menerus pun akan timbul rasa tidak enak atau sungkan pada orang    yang ditumpangi tersebut. Itulah problem yang saya sendiri alami selama ini. :)


Mungkin saya termasuk orang yang beruntung karena termasuk dari keluarga yang cukup. Dan Alhamdulillahnya keluarga saya dapat memberikan dukungan dan bantuan akses internet melalui pemasangan Wi-Fi karena  lokasi rumah saya yang kurang akan akses internet, maka itu sangat diperlukan dalam berlangsungnya pembelajaran daring yang saya lakukan. Tapi jika kita lihat, masih banyak diluar sana yang masih sangat butuh bantuan untuk dapat mengakses internet dengan mudah ataupun untuk dapat mengikuti pembelajaran daring yang mereka lakukan tampa adanya problem lagi. Dari situ, memang pemerintah ikut andil dalam memberikan bantuan melalui sokongan paket data ataupun sejenisnya, akan tetapi tidak semua merasakannya. Dari sebagian orang yang mampu dan peduli pun memberikan bantuan kepada mereka yang tidak mampu, tapi lagi-lagi tidak semuanya dapat merasakannya.

Dalam pembelajaran daring yang dilakukan tanpa perlunya bertatap muka juga malah menimbulkan terlalu banyaknya distraksi yang dapat mengganggu konsentrasi siswa saat pembelajaran berlangsung. Yang mana pelajar/mahasiswa semuanya dituntut untuk tetap mengikuti pembelajaran daring, dan tetap membantu kegiatan orang tua dirumah.

Kiat-kiat dalam pembelajaran daring:


1. Atur jadwal belajar dengan tepat dan disiplin dengan waktu yang telah ditentukan.
2. Jauhkan hal-hal yang bisa memecah konsentrasi saat belajar daring.
3. Sediakan waktu khusus untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dan konsisten untuk melakukannya.
4. Pastikan peralatan yang diperlukan untuk daring dalam kondisi prima, agar konsentrasi belajar terjaga.
5. Tutup akses sosial media, layanan video, atau aplikasi yang bisa mengganggu konsentrasi saat belajar daring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun