Mohon tunggu...
Ezra Valentino
Ezra Valentino Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangsa dalam Debu

28 Mei 2017   08:39 Diperbarui: 28 Mei 2017   08:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Entah mengapa beberapa hari ke belakang media sedang hangat-hangatnya menyorot Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Dimulai dari hangatnya perdebatan tentang pencabutan banding Ahok, lalu disusul dengan isu penggrebekan pesta seks homoseksual di Kelapa Gading yang katanya melanggar HAM. Tidak hanya sampai disitu. Tiba-tiba ada sekumpulan remaja mengaku gangster yang meresahkan masyarakat dengan samurai. Ketika masyarakat sedang heboh membahas gangster, tiba-tiba Kampung Melayu tersentak dengan 2 bom bunuh diri yang diklaim dilakukan oleh jaringan ISIS. Melalui artikel ini, coba kita ingat kembali tujuan bangsa Indonesia yang telah dibuat oleh founding father, yaitu: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Masalah Jakarta seminggu kebelakang seolah membuktikan bahwa Indonesia sedang tidak melangkah menuju tujuannya. Seharusnya melindungi segenap bangsa, tetapi yang terjadi adalah kaum minoritas ditindas dan dilecehkan oleh kaum mayoritas. Seharusnya memajukan kesejahteraan umum, tetapi yang terjadi adalah demo-demo yang tidak kunjung selesai. Seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi anak-anak muda yang seharusnya belajar malah memilih untuk jadi gangster dan membacok warga sipil yang tidak bersalah. Seharusnya melaksanakan ketertiban dunia, namun yang terjadi adalah terorisme. Padahal 3 hari sebelum kejadian Kampung Melayu, Jokowi baru menyampaikan strategi memerangi terorisme di KTT Arab Islam Amerika di hadapan Donald Trump, Raja Salman dan para pemimpin Islam lainnya. 

     Sejarah membuktikan bahwa Indonesia pernah ditakuti oleh bangsa-bangsa dunia dan dicap sebagai calon macan dunia. Dari dulu tentara Indonesia sudah terkenal begitu hebat. Dengan persenjataan seadanya, Bung Tomo dan pasukannya mampu menewaskan Brigjen A.W.S Malabby. Faktanya, dalam perang dunia kedua, tidak ada Jenderal Inggris yang didapati terbunuh dalam medan perang. Namun ternyata ada satu di Indonesia. Indonesia pernah menjadi rebutan Soviet dan Amerika. Kedua negara tersebut berlomba-lomba memengaruhi Indonesia karena mereka tahu bahwa bangsa ini memiliki kekayaan dan potensi yang besar untuk menjadi raksasa dunia. Bahkan, Soviet berani mengucurkan US$ 2,5 milyar untuk membantu militer Indonesia dalam operasi Trikora. Indonesia pernah memiliki influence kuat bagi dunia. Indonesia menjadi salah satu pencetus Gerakan Non Blok, Tuan Rumah Konfrensi Asia Afrika, dan sebagai pencetus ASEAN. Indonesia dahulu mampu membangun banyak infrastruktur walaupun keuangan negara belum stabil karena Indonesia bisa dibilang seumpama bayi yang baru lahir. Indonesia pernah menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia dan mencapai swasembada pangan. Dahulu, Indonesia pernah begitu berprestasi. 

     Melihat situasi bangsa hari ini, saya jadi teringat dengan anekdot tentang klub sepakbola Liverpool. Liverpool pernah menjadi klub sepakbola yang berjaya. Semua kejuaraan sepakbola pernah dimenangkan oleh klub ini. Sayangnya, klub ini sekarang miskin prestasi. Saking tidak pernah juara, lemari piala Liverpool sampai berdebu karena tidak ada trofi baru lagi yang masuk ke lemari itu. Itu cuma anekdot klasik yang saya jadikan ilustrasi. Fans Liverpool mohon jangan tersinggung. You never walk alone. HEHE. Oke mari kembali ke topik kita. Dari ilustrasi tentang Liverpool saya dapat menyimpulkan satu hal, sejarah tanpa masa depan adalah sia-sia. Untuk apa kita punya sejarah yang begitu hebat tetapi tidak punya prestasi di masa kini dan masa depan. Tujuan bangsa ditulis bukan hanya untuk dibaca saat upacara setiap hari Senin. Tujuan bangsa ditulis karena melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia adalah sebuah sasaran yang harus dikejar oleh bangsa ini hari lepas hari. Bisa kah kita bayangkan jika tujuan bangsa tercipta? Indonesia akan jadi bangsa yang saling melindungi tanpa memandang suku, agama dan ras, Indonesia akan menjadi bangsa tanpa KKN karena seluruh warganya lebih mengutamakan kepentingan umum daripada golongan, Indonesia menjadi bangsa yang warganya cerdas dan mampu bersaing dengan dunia, dan Indonesia menjadi bangsa yang disegani lagi oleh dunia. Kawan, kita punya pilihan untuk masa depan. Pilihannya adalah apakah kita mau menjadi bangsa yang kuat atau menjadi bangsa yang PERNAH kuat. Menjadi bangsa bergelimang prestasi di masa depan atau menjadi bangsa dalam debu. 

f00df0_d6cf4fda5cc0447d8196cd4556232127~mv2.png
f00df0_d6cf4fda5cc0447d8196cd4556232127~mv2.png

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun