Mohon tunggu...
Eis Nina Marlina
Eis Nina Marlina Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMA N 1 OKU

saya pribadi yang suka menulis dan belajar, kenal saya akan banyak tertawa....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

7 November 2022   10:32 Diperbarui: 7 November 2022   10:36 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belajar sambil bermain (koleksi pribadi)

Sikap terbuka harus dimiliki seorang guru tetapi tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar di tulis ataupun di coret coret sesuai dengan keinginan orang dewasa tetapi anak memiliki  kodratnya  sendiri yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak  pasti memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai keunikan sendiri antar satu dengan yang lainnya cenderung tidak sama. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan masa yang dialami oleh anak pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini abad 21, para guru harus dituntut paham teknologi, menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah bagaimana pendidikan itu mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. Suatu pengharapan bagi saya melalui pendidikandapat membuat anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang luhur yang dapat diandalkan.

Adapun keterkaitan (connection) materi yang saya dapatkan dengan peran saya sebagai calon guru penggerak adalah bahwa seorang guru penggerak adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistic: aktif dan proaktif untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid yang secara tidak langsung akan mewujudkan profil pelajar Pancasila

Tidak ada lagi "Paksaan -- paksaan ", dengan menyadari sepenuh hati bahwa setiap anak itu memiliki potensi diri yang berbeda dan keunikan tersendiri. Peranan guru menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya sehingga jiwanya merdeka lahir dan bathin. Guru memberikan kesempatan untuk bebas  bereksplorasi pada anak dalam memilih gaya belajarsendiri sesuai apa yang mereka sukai. Dari yang tadinya hanya menuruti instruksi akan berubah menjadi "Merdeka Belajar ", sehingga anak menjadi lebih aktif dan mandiri yang akan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila itu sendiri.    

belajar sesuai minat anak (koleksi pribadi)
belajar sesuai minat anak (koleksi pribadi)
                   

Dalam proses pembelajaran modul 1.1 ini saya temui hal hal yang urgent

Point penting Yang butuh penguatan untuk saya pribadi karena banyak hal hal baru yang saya dapatkan, yang dapat merubah pemikiran klasik saya, yang terus saya terapkan di kelas saya ternyata kurang tepat bahkan ada yang cendrung sebagai suatu kesalahan (challenge), misalnya saya percaya anak laksana kertas kosong, bersih belum ada coretan apapun, sehingga tugas utama kita sebagai seorang guru membentuk mereka dalam aspek kepribadian ataupun pembelajaran untuk mentransfer ilmu pengetahuan. Guru sebagai dalang dan anak laksana wayang yang dimainkan untuk mencapai tujuan terbaik versi guru tidak mempertimbangkan potensi anak sehingga saya menganggap bahwa semua anak memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dalam mempelajari sesuatu, jadi guru satu satunya pusat pengetahuan anak.

Sampai akhirnya ibu Jurniati,S.Pd.,M.Pd selaku fasilitator mengemukakan pertanyaan pemantik apa makna yang tersimpan dalam kata "menuntun" dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara yang direfleksikan dalam pendidikan ataupun kegiatan pembelajaran, hal itu membuat saya merefleksi diri saya sendiri terhadap bagaimana saya menerapkan pembelajaran di kelas saya, hal ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang selama ini saya lakukan, saya cenderung memaksakan apa yang menurut saya terbaik untuk siswa saya, tanpa ada kesadaran untuk menuntun anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, hal itu merupakan tamparan sekaligus titik refleksi mendalam saya terhadap " pembelajaran yang berpihak pada murid"

Pada modul 1.1 banyak hal baru berupa  konsep konsep (concept) pemikiran yang sangat bermanfaat bagi perkembangan saya selanjutnya, diantaranya

  • Pendidikan sebagai tuntunan, konsept momong, among dan ngemong yang kemudian dikembangkan menjadi tiga prinsip kepemimpinan yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani dengan kata lain pendidikan dan pengajaran mengutamakan cinta dan kasih sayang melalui memanusiakan manusia sehingga Sebagai seorang guru saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun bagian dari anggota masyarakat
  • Adanya Kodrat alam dan kodrat zaman, Anak memiliki Kodrat alam atau kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur  social budaya dan lingkungan tempat anak berada. Selain itu kodrat zaman yang dimiliki anak atau perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu dan dinamis. Guru harus paham bahwa Anak berhak memperoleh pendidikan dengan cara yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya sendiri.
  • Guru diibaratkan seperti seorang petani Jagung, Tugas guru hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung tersebut, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung , memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat, hama dan jamur yang membahayakan kelangsungan tanaman tersebut. Agar tanaman tersebut tumbuh subur dan dapat menghasilkan buah yang berkualitas tinggi.
  • Anak bukanlah kertas kosong, Saya juga harus merubah cara pandang saya bahwa murid bukanlah kertas yang bisa digambar sesuai keinginan saya. Tugas kita adalah menuntun agar tidak salah jalan dan hal ini dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.
  • Budi pekerti, Menerapkan budi pekerti yang luhur merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran sejalan dengan kekuatan konteks sosio cultural di daerahyang bertujuan pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri , serta bernalar kritis dan kreatif.
  • Berpihak pada anak, Pendidikan yang berpihak pada murid dapat digambarkan sebagai pendidikan yang menitikberatkan peserta didik menjadi prioritas utama yang harus dilayani,Setiap individu anak memiliki kemerdekaan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat alamiah yang terbentuk dalam diri anak.

 

Setelah mendapatkan intisari dari pembelajaran modul 1.1 saya menyimpulkan saya harus berubah (change) dalam proses pembelajaran dikelas saya, saya harus "berpihak pada murid" dengan perincian sebagai berikut :

  • Di mulai dari saya sebagai seorang guru, saya harus membulatkan niat mendidik anak sesuai kodratnya, karena anak memiliki potensi yang berbeda tugas guru menuntunnya
  • Akan selalu mencoba menjadi seorang teladan, memotivasi dan memberi dorongan kepada anak
  • Mengajar dengan menerapkan system among tanpa paksaan atau tekanan
  • Lebih dapat memahami karakter anak sehingga  saya dapat mengidentifikasi gaya belajar anak, sesuai minat, bakat, potensi anak  baik auditory, visual dan kinestetik sesuai kebutuhan anak
  • Membangun kesepakatan kelas untuk pembelajaran yang lebih baik
  • Terus berinovatif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dengan mencari ide ide kreatif
  • Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi kepada anak termasuk belajar sambil bermain sesuai kodrat anak yaitu bermain
  • Melaksanakan evaluasi dan refleksi yang bertujuan perbaikan di segala aspek pembelajaran
  • Mengapresiasi anak terhadap pencapaian yang telah diraih
  • Saya dan anak haruslah bahagia dalam pelaksanaan pembelajaran, merdeka mengajar dan belajar dengan mengintegrasikan TIK ketrampilan abad 21.
  • Dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan selalu menekankan nilai nilai budi pekerti yang luhur sejalan dengan kekuatan konteks sosio cultural di daerah OKU yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu semboyan Sebimbing Sekundang dan acara adat Hajat Batin dan Ngukus dimana Budi Pekerti menjadi landasan penetapan dan penebalan laku anak yang dapat diterapkan dalam kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun