Mohon tunggu...
Mr Irfandi
Mr Irfandi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pedagang

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ulasan Sederhana Website temanahok.com

15 April 2016   17:29 Diperbarui: 15 April 2016   18:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya sekedar mengisi waktu di Jumat sore. Ketika saya merasa lelah berkutat dengan angka-angka sesat di jurnal-jurnal akademis, saya pun mencoba mencari hal segar yang bisa dinikmati dan dibagikan kepada teman-teman.

Terlepas dari mendukung-tidaknya saya terhadap Pak Gubernur Ahok, menarik untuk disimak perjalanan hingga saat ini dari prespektif website temanahok.com

Tidak mengejutkan sebenarnya pencapaian pengumpulan KTP AhokHeru yang begitu cepat. Dari data yang bisa diakses di website temanahok.com saat ini bahwa total KTP sudah hamper mencapai 600,000. Dapat dikatakan KTP tersebut sudah mencakup 6% dari total warga DKI (Berdasarkan data Bappeda DKI adalah sebanyak 10,075,300) atau 8.4% dari total jumlah DPT DKI Jakarta (data DPT berdasarkan website KPU yaitu sebanyak 7,070,475). Tentu ini merupakan hasil yang mencukupi untuk persyaratan.

Dari segi analisa data, akan sangat baik jika temanahok bisa membagikan dalam website-nya, profil demografi dasar dari 600,000 pemilih ahok, seperti asal wilayah (kelurahan/kecamatan), gender, umur, pekerjaan. Tentu data tersebut akan sangat ‘seksi’ dan membantu dalam segi analisis, terutama jika digunakan untuk bahan penelitian.  

Yah, karena keterbatasan data, sudah cukuplah dengan gagasan besar tersebut. Yang mungkin bisa jadi menarik adalah analisa sederhana dari segi data website temanahok.com

Jumlah visitor baik dari akses web melalui mobile maupun destop di enam bulan terakhir.

                     Sources: similarweb

Dengan menggunakan data pada Periode Februari-Maret 2016, website tersebut dikunjungi sebanyak kurang lebih 1 juta pengunjung. Hal ini cukup jauh jika dibandingkan dengan website-website partai politik atau website calon gubernur lainnya. Saya tidak membandingkan dengan webite/social media calon gubernur lainnya karena memang tidak terlalu aktif (malah kebanyakan tidak ada) di online media. Cukup disayangkan mengingat data demografi mengenai pengguna online di Indonesia yang cukup besar dan mampu memengaruhi persepsi terhadap pilihan dalam pemilu. 

 Dari data diatas, selain data pengunjung, data lainnya yang ditampilkan seperti lama waktu yang dibutuhkan pengunjung dalam mengakses satu situs web, berapa banyak halaman web yang diakses, dan yang paling menarik adalah dari platform mana orang mengakses situs tersebut. Jelas dari sis pengunjung temanahok memang memimpin secara signifikan sehingga memengaruhi ranking website di Indonesia. Yang menarik adalah partai perindo yang mana merupakan urutan kedua dalam jumlah pengunjung dan memiliki time on site paling tinggi, yaitu 8 menit 49 detik dan page view rata-rata adalah 8 halaman. Nah, coba kita bandingkan datanya:

[caption caption=" "]

[/caption]

Saya pun tertarik mengunjungi websitepartai perindo. Hal unik yang menjadikan website ini memiliki data yang lumayan baik disbanding website partai politik lainnya adalah karena pendaftaran secara online yang dilakukan bagi calon anggota. Terlihat bahwa perindo sedang sangat gencar melakukan penambahan jumlah anggota. Yah mungkin kita bisa tunggu pada pemilu berikutnya apakah perindo bisa mendongkrak perolehan suara sehingga lolos parliamentary threshold atau malah Ketua Umumnya yang terdongkrak hutangnya. Kita lihat J.

Kembali ke website temanahok.com. Situs ini juga memiliki data lainnya yang tak kalah menarik. Dari total 1 juta pengunjung, visitor terbanyak merupakan dari Indnesia, yaitu sebayak 88%. Namun yang menarik adalah, partai lain memiliki jumlah persentase pengunjung dari Indonesia lebih dari 95%. Berikut adalah demograi pengunjung berdasarkan negara:

[caption caption=" "]

[/caption]

                                                                 Sources: similarweb

Cukup menarik karena jika dijadikan dalam angka maka terdapat 22,000 pengunjung dari US dan 14,500 pengunjung dari Australia. Memang selain tokoh minoritas, penggunaan jalur indepeden dalam pemilihan menarik untuk disimak. Tentunya publisitasyang tinggi membuat banyak orang di negara lain 'menggunjing’ dan ‘meneliti’ fenomena ahok.

Selain itu, hal unik lainnya yang ditampilkan oleh situs analisa website similarweb adalah dari mana akses pengunjung ke website teman ahok.

[caption caption=" "]

[/caption]

                     Sources: similarweb

Dari data tersebut ternyata hampir sebagian pengunjung atau 47% sudah mengetahui apa alamat website teman ahok dan ketika mengakses langsung mengetikkannya di address bar. Sedangkan sisanya sebanyak 31% dari mencari melalui mesin pencarian dan 15% menggunakan social media. Berbeda dengan website partai politik lainnya yang lebih banyak melalui pencarian mesin pencari (liat table di atas).

Sebagai tambahan untuk social media, facebook memang masih menjadi sources utama dalam mengakses situs temanahok.com

[caption caption=" "]

[/caption]

                     Sources: similarweb

Begitulah data yang ada, memang saya hanya iseng dalam menyajika data ini dan membagikannya kepada teman-teman.

Terakhir dari saya adalah, mungkin sudah sebaiknya calon-calon lain ‘berinvestasi’ di dunia online dalam mengkampanyekan dirinya sebagai calon, terlepas dari menggunakan jalur perorangan dan jalur partai. Memang saat ini tahapan masih panjang dan sedang menjalani penjajakan partai. Namun, dengan tingkat berbelitnya mekanisme penjaringan calon partai, bisa jadi kampanye online, yang sudah menjadi hal utama dalam kampanye di era ini, akan dikuasai oleh temanahok yang sudah sedari dulu memimpin kampanye dari wadah online. Kita sudah berpengalaman bagaimana melihat kampanye cerdik Jokowi-ahok di DKI 2012 dan kampanye Jokowi di pemilu presiden 2014 lalu, betapa dahsyatnya dampak suara yang bisa diperoleh, maupun suara yang hilang akibat kampanye di wadah ini.

Demikian lah.

Tabik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun