Mohon tunggu...
Ichsan Yudha Pratama
Ichsan Yudha Pratama Mohon Tunggu... Terminal Operation Shell Indonesia -

Blogger since 2010 at http://eightsun.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tugas Efektif Satpol PP

22 Februari 2016   21:25 Diperbarui: 22 Februari 2016   21:58 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta yang bertugas di Banjir Kanal Timur"]

[/caption]Sore hari dalam sebuah olahraga lari di wilayah Jakarta Timur tepatnya di area Banjir Kanal Timur Pondok Bambu, dalam sebuah perjuangan menapaki jalanan dimana harus tetap waspada dengan kendaraan motor yang dengan sengaja melewati rute yang tidak seharusnya mereka lewati terdapat sebuah pemandangan yang kurang nyaman mengganggu pikiranku.

Ya, tepat di depanku terdapat 3 kendaraan roda empat yang bertuliskan "Satpol PP" tengah berjalan menyusuri jalanan Banjir Kanal Timur. Dimana diikuti dengan terpasangnya mata waspada para pedagang dan juga beberapa ibu-ibu yang terburu-buru mengemasi dagangan mereka agar tak diangkut oleh para petugas Polisi Pamong Praja. Dan mungkin para pembaca sekalian sudah mengerti kegiatan apa yang tengah dilakukan oleh para petugas tersebut. Tidak lain yaitu untuk melakukan penertiban pedagang kaki lima di wilayah Banjir Kanal Timur.

Saya tinggal di wilayah Jakarta Timur, daerah Banjir Kanal Timur sudah saya kenal sejak lama dan dalam ingatan saya, tempat itu merupakan tempat favorite saya dalam sekedar jalan-jalan malam. Karena ketika sore hingga malam hari, wilayah tersebut ramai dengan para pedagang kali lima yang berjualan disepanjang jalanan Banjir Kanal Timur. Bahkan tidak hanya pakaian, banyak makanan pun disediakan sekedar untuk mengobati air liur yang membanjiri rahang yang haus akan makanan aneh yang tidak ada di dapur atau ruang makan di rumah.

Jika boleh menyebutkan dan tidak bermaksud beriklan, jajanan mulai dari kerang hijau balado, es dawet hitam, ketan susu, jagung keju, empek-empek, rujak kangkung, bakso solo, serta beberapa perlengkapan handphone, lampu hias, perlengkapan motor, parfum, boneka, pakaian sehari-hari dan lain sebagainya dapat kita temukan dengan mudah disepanjang jalan Banjir Kanal Timur. Dan banyak sekali orang, muda mudi yang berkumpul serta beberapa keluarga kecil yang sekedar meluruskan kaki beralaskan terpal bercanda ria dengan keluarga dan kerabat yang menikmati pemandangan ramainya daerah Banjir Kanal Timur bak Pantai Ancol.

Berdasarkan hal tersebut, sudah tentu bahwa keberadaan para pedagang di Banjir Kanal Timur sangatlah dibutuhkan sebagai alternatif wisata kampung bagi warga sekitar. Yang perlu kita sadari bahwa penduduk Jakarta bukanlah mereka yang berada dari kelas menengah atas saja, yang bisa memamerkan kemewahan mereka dalam setiap media sosial untuk membuat iri mereka yang bahkan hanya memiliki handphone untuk sekedar berkomunikasi melalui pesan singkat saja.

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan pasukan yang bertugas untuk mengawal keputusan Pemerintah Daerah untuk ditaati oleh keseluruhan warga suatu daerah, dalam hal ini Pemerintah DKI Jakarta yang berdampingan dengan unsur terkait seperti TNI/Polri. Dalam pandangan saya, saya memperhatikan bahwa para personil/anggota Satpol PP sama halnya seperti para anggota TNI/Polri. Mereka adalam rakyat biasa yang memiliki pekerjaan yang spesial, yaitu mengawal keputusan Pemerintah Daerah. Dimana terkadang mereka Satpol PP dianggap sebelah mata karena tindak tanduk mereka yang muncul di media massa terkadang kurang berkenan apalagi tentang hubungan Satpol PP dengan pedagang kaki lima atau warga kurang mampu.

Benar saja, setiap melihat pemberitaan di Media Televisi ataupun Media sosial, pemberitaan Satpol PP selalu bertempat di daerah kumuh, kawasan pasar, bahkan beberapa tempat hiburan yang dimana hal tersebut dikonotasikan sebagai tempat-tempat warga kelas dua di Kota Jakarta. Satpol PP diidentikan dengan pekerjaan anarkis yang jauh dari kesan humanis apalagi dengan tindak tanduk yang digambarkan oleh wartawan selalu sebagai tokoh antagonis.

Pada kesempatan kali ini, saya coba melihat dalam sudut jika saya menjadi seorang anggota Satpol PP. Perintah yang saya dapatkan mungkin tidak seberbahaya para anggota TNI/Polri untuk menjinakkan Bom di Mall, bahkan memiliki tugas Operasi Pembebasan Sandra teroris atau tugas operasi memburu Teroris di pedalaman Sulawesi. Tugas yang saya dapatkan dari pemimpin tertinggi dalam hal ini adalah Gubernur yaitu untuk membersihkan kawasan Banjir Kanal Timur yang sangat ramai oleh pedagang kaki lima. Dan sudah tentu, saya akan berangkat bersama para rekan yang lain ke lokasi yang ditentukan bukan dengan kendaraan lapis baja ataupun dengan kendaraan berpeluru gas air mata. Saya akan berangkat menggunakan truk atau mobil carry kecil yang mampu memuat sebanyak-banyaknya anggota Satpol PP dan jangan tanya senjata apa yang kami bawa, karena Satpol PP tak boleh membawa senjata Api.

Bermodal surat tugas untuk menertibkan kawasan Banjir Kanal Timur, di benak kami tentu sudah ada perintah atasan agar Kawasan Banjir Kanal Timur bebas dari para pedagang kaki lima yang sangat berlawanan dengan kawasan asri yang diinginkan oleh pemerintah. Maka kami akan melakukan langkah-langkah yang tentu sangat berlawanan sebenarnya dengan hati kami sebagai manusia.

Kami paham bahwa mereka yang berjualan bisa saja merupakan ujung tombak perekonomian keluarga, memikul barang dagangan, membangun tenda-tenda temporer karena mereka sadar bahwa tempat yang mereka gunakan bukanlah tempat yang diperbolehkan untuk berjualan. Para pedagang itu sangat mengerti bahwa suatu saat mereka akan beradu lari dengan kami para petugas Satpol PP.

Dari deskripsi atas, marilah kita membuat hal ini lebih bijak. Dimana kita bisa membuat citra Satuan Polisi Pamong Praja agar lebih humanis, dan mari kita memanusiakan para pedagang kaki lima dengan tidak meresahkan hati mereka dengan teror kejar-kejaran dengan Satpol PP. Dimana salah satu solusi adalah coba pikirkan agar adegan lari-larian tersebut tidak terjadi dan kebutuhan masyarakat akan tempat hiburan untuk sekedar berkumpul dan bercanda dengan keluarga dan kerabat juga bisa diwujudkan, mungkin salah satunya adalah menyediakan area yang tidak menggunakan jalanan di Banjir Kanal Timur untuk berjualan. Contohnya membuat kawasan untuk para pedagang menjajakan dagangan mereka. Untuk konsep, ijinkan saya untuk menyebutkan kawasan Monumen Nasional yang kini telah dikelola secara arif. Tempat wisata menjadi semakin nyaman dan mereka yang berjuang untuk menafkahi keluarga pun dapat terpenuhi dan berjalan beriringan.

Satu hal yang kita sadari, mari melihat suatu kerumunan di suatu wilayah menjadi sebuah potensi tempat wisata meskipun hanya sebagai hiburan kampung. Karena di setiap kerumunan terdapat potensi penghasilan yang bisa didapatkan oleh seorang kepala keluarga untuk membiayai anaknya yang bercita-cita menjadi seorang dokter ataupun pengusaha melalui pendidikan yang tengah mereka tempuh.

Jika mimpi saya tersebut terlalu naif, menginginkan dua orang yang tampaknya sengaja diadu antara pedagang kaki lima dan Satpol PP menjalankan tugasnya dan pekerjaannya dengan baik. Mari kita biarkan dan dukung para pedagang berjuang mencari nafkah dan jangan biarkan Satpol PP dipandang rendah sebagai aparat kelas dua diantara kakak-kakaknya TNI dan Polri yang mana tugas mereka adalah sama untuk Negara menjalankan perintah atasan/pimpinan.

Pedagang kaki lima bukanlah pengganggu, mereka adalah warga, keluarga, ujung tombak, pengharapan yang berjuang untuk menghidupi keluarga kecil dan untuk bertahan hidup di kota ini, Kota Jakarta. Dan Satpol PP adalah mereka yang dengan hati melayani masyarakat dan tidak memiliki sedikitpun keganasan dari pikiran mereka untuk bertindak anarkis kepada para warga Jakarta yang mungkin bisa saja adalah salah satu keluarga mereka.

Kota yang hebat, adalah yang mampu mengelola daerahnya dengan baik tanpa harus menindas salah satu kelompok warganya. Ini Jakarta kota tempat berbagai pengharapan. Jangan hancurkan harapan meski dimimpikan oleh mereka warga kelas menengah kebawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun