Mohon tunggu...
Eustachius Hagni Wardoyo
Eustachius Hagni Wardoyo Mohon Tunggu... Dokter - Penikmat perjalanan, sejarah dan kuliner

Mencintai apa yang ada, mengejar apa yang belum ada dan bersyukur karena menjadi apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita tentang Buaya Berkepala Putih di Danau Tolire, Ternate

23 November 2023   22:16 Diperbarui: 23 November 2023   22:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesawat bertolak dari Makassar menuju Bandara Sultan Babullah Ternate. Pulau Ternate merupakan pulau yang terletak di Propinsi Maluku Utara. Meski saat ini sudah bukan merupakan ibu Kota Maluku Utara, Kota Ternate masih merupakan penggerak ekonomi penting di Maluku Utara. Ternate merupakan kota di lembah Gunung Gamalama, yeng merupakan Gunung aktif hingga sekarang. Sejak tahun 2011 ibu kota Maluku Utara berpindah ke Kota Sofifi di Pulau Halmahera. 

Kesultanan Ternate menyimpan kenangan sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia, diantaranya pengusiran penjajah Portugis oleh Sultan Baabullah yang berkuasa pada tahun 1530-1583. Perlawanan Heroik Sultan Baabullah ini yang menyadarkan pentingnya persatuan di kepulauan Maluku saat itu. 

Saat penulis mengunjungi Ternate pada Juni 2023 lalu, keasrian alam dan bersihnya udara masih dirasakan. Kemegahan masjid raya Al-Munawwar Ternate dengan bangunan diatas pesisir pantai, turut memperkaya khazanah masjid terapung di Indonesia, yang dimiliki oleh Makassar dengan masjid terapung Losari, dan masjid terapung Kota Bima. Makanan khas Ternate sangat dipengaruhi oleh makanan dari Laut dan secara budaya terjadi pencampuran selera antara Manado dan Papua. Tak heran papeda Ternate memiliki rempah yang lebih kaya dengan papeda yang ada di Papua.

Danau Tolire berjarak 10 km dari pusat Kota Ternate. Terdapat pintu masuk dengan membayar tiket Rp. 20.000 untuk satu mobil, mobil yang saya tumpangi berjalan gahar meniti jalanan menanjak sejauh 200 meter menuju area parkir. Setelah turun dari mobil, kami disuguhkan jalanan 15 anak tangga, terdapat patung buaya dan tulisan "Buaya berkepala putih, Raja Penghuni Danau Tolire" disamping kanan. Lokasi sekitar telah dibangun beberapa warung yang saat itu sepi tidak ada penjual. Penjual batu yang biasanya dipergunakan untuk melempar ke danau pun pada hari itu tidak terlihat.  Sekitar lokasi terdapat pagar tembok setinggi 150 cm, dengan celah di beberapa titik, memungkinkan pengunjung dapat mengakses tepi atas danau.  

Sekilas, karakteristik danau yang jika dilihat dari bentuknya memiliki karakteristik seperti danau vulkanik karena berada di kaki Gunung Gamalama, memiliki bentuk seperti kawah yang luas, dengan ketinggian tebing berkisar antara 40-50 meter, permukaan danau berbentuk melingkar dengan diameter 500-800 meter. Saat penulis kunjungi di siang hari, tampak air permukaan danau berwarna hijau gelap, dengan tepi danau dikelilingi oleh pohon tinggi, dan belukar yang rimbun, menyulitkan pandangan bagaimana wujud tepi danau, apakah memiliki daratan landai atau langsung berbatasan dengan tebing/ dinding danau. Jika melalui celah pagar utama, tampaknya bertemu dengan tebing titik tertinggi, kemudian sedikit menurun jika berjalan berbelok ke kanan, namun ketika penulis susuri jalan lebih lanjut, pemandu sudah melarang kami untuk lanjut. Akhirnya diakhiri dengan berfoto sekitaran danau.

Menurut penuturan pemandu, masyarakat sekitar menganggap danau ini memiliki aura mistis tersendiri. Pasalnya terdapat buaya berkepala putih yang tinggal di dalamnya. Dan saat itu penulis dianggap beruntung oleh pemandu, karena penulis melihat sendiri seekor buaya dengan warna badan gelap dan berkepala putih sedang melenggak santai dipermukaan air tepat ditengah danau. Namun karena jarak yang terlalu jauh, sulit dipastikan ukuran buaya tersebut. Penulis sempat mencoba mengambil gambar, namun dengan instrumen yang tidak memadai, tidak menghasilkan gambar seperti yang diharapkan.

Konon danau Tolire adalah berupa desa yang gemah ripah loh jinawi, desa yang subur dengan hasil pertanian yang menghidupi warga penduduknya. Namun karena adanya hubungan incest antara ayah dengan anak gadisnya (ada yang mengatakan anak gadisnya sampai hamil) memicu kemarahan warga. Ketika sang ayah dan anak gadisnya lari, terjadi longsoran tanah yang menelan sang ayah menjadi Danau Tolire Besar, sedangkan sang anak dapat berlari terus menuju tepian pantai Sulamadaha, namun terjadi longsoran juga yang menelan anak gadis, kemudian membentuk danau Tolire kecil. Jarak antara Danau Tolire Besar dan Kecil kurang lebih 300 meter.  

Menurut pemandu kami, belum lama ada dua anak usia kelas 5/6 SD berhasil mengakses danau, bahkan salah satu anak menaiki belukar ditepi danau, namun tergelincir dan jatuh ke air danau. Sang teman yang berada di tepi berteriak-teriak memanggil temannya, namun tidak muncul jua ke permukaan. Sang teman pulang dan melapor ke desanya. Leluhur desa kemudian berkumpul dan menyelenggarakan doa bersama disertai sesembahan, dengan ajaibnya seekor buaya berkepala putih muncul ke permukaan dan memuntahkan anak tersebut dalam keadaan meninggal, tanpa ada bekas gigitan ditubuhnya. Cerita ini menambah tingkat kemistisan cerita danau Tolire. Ditambah buaya yang penulis lihat dianggap bukan buaya satu-satunya yang hidup didanau tersebut, namun masyarakat tidak berani menyebutkan angka pasti.

Penelitian ilmiah terkait kandungan air danau belum pernah berhasil dilakukan, karena terkendala cara pengambilan sampel yang sulit baik secara medan maupun secara budaya. Konon juga danau Tolire banyak mengandung harta masyarakat sekitar yang dibuang akibat menghindari perampasan oleh penjajah Portugis. Menurut cerita, terdapat peneliti yang berhasil mendaratkan alat sonar di tengah danau, dan sinyal sonar menghantam benturan benda yang diyakini berbahan logam. 

Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun