Mohon tunggu...
Ehrlant Pratama
Ehrlant Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan seorang mahasiswa yang tertarik membahas isu di bidang sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Penggunaan Sosial Media terhadap Kesehatan Mental Remaja

7 Januari 2025   15:06 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi kaum remaja. Akses yang mudah dan cepat ke berbagai platform seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan Twitter membuat media sosial menjadi sarana utama untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Meskipun media sosial menawarkan banyak manfaat, seperti meningkatkan konektivitas dan akses ke informasi, ada juga dampak negatif yang perlu diperhatikan, terutama terkait dengan kesehatan mental remaja.

Remaja, yang sedang berada dalam masa transisi dan perkembangan psikologis, sangat rentan terhadap pengaruh eksternal, termasuk media sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak sehat dapat memengaruhi keseimbangan emosi, hubungan sosial, dan citra diri remaja. Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja, serta beberapa langkah untuk mengurangi dampak tersebut.

1. Kecemasan dan Depresi

Salah satu dampak paling signifikan dari penggunaan media sosial adalah meningkatnya kecemasan dan depresi di kalangan remaja. Media sosial sering kali menyajikan gambaran hidup yang sempurna dan ideal, yang dapat memengaruhi cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri. Banyak remaja merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di depan layar, mengedit foto agar terlihat lebih menarik, atau memamerkan gaya hidup yang tampak lebih mewah. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri, kecemasan, bahkan depresi.

Studi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan perasaan kesepian dan isolasi, meskipun remaja terhubung dengan banyak orang secara online. Keterbatasan interaksi fisik dan kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat memperburuk perasaan cemas dan tidak berharga. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Abnormal Psychology pada tahun 2020 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi pada remaja.

2. Body Image dan Gangguan Makan

Media sosial juga memiliki dampak besar terhadap persepsi tubuh remaja, terutama di kalangan remaja perempuan. Gambaran tubuh yang ideal dan standar kecantikan yang sering dipromosikan di media sosial dapat menciptakan tekanan besar untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Banyak remaja merasa bahwa mereka harus memiliki tubuh ramping, kulit mulus, atau penampilan fisik tertentu untuk dianggap menarik.

Peningkatan penggunaan aplikasi berbasis gambar seperti Instagram dan TikTok dapat memperburuk masalah ini, karena remaja terus-menerus terpapar pada gambar-gambar yang dimodifikasi atau direkayasa untuk menciptakan citra tubuh yang tidak realistis. Perbandingan sosial ini dapat menyebabkan perasaan tidak puas dengan penampilan fisik mereka, yang berpotensi mengarah pada gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial cenderung memiliki kecemasan yang lebih tinggi terkait dengan penampilan fisik mereka.

3. Cyberbullying dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Selain dampak yang terkait dengan citra tubuh, media sosial juga menjadi tempat yang subur bagi praktik perundungan dunia maya (cyberbullying). Remaja yang menjadi korban perundungan online sering kali merasa lebih terisolasi, tertekan, dan cemas. Berbeda dengan perundungan di dunia nyata, perundungan online dapat berlangsung 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan dapat terjadi di mana saja, bahkan di rumah.

Menurut data yang dirilis oleh Pew Research Center, sekitar 60% remaja mengaku pernah mengalami perundungan online, baik sebagai korban maupun saksi. Dampak dari perundungan ini bisa sangat merusak, dengan banyak korban merasa tertekan, marah, bahkan memiliki keinginan untuk melukai diri sendiri. Kasus-kasus bunuh diri yang terjadi akibat perundungan online semakin menambah keprihatinan terkait dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

4. Kecanduan Media Sosial

Seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial, ada fenomena yang disebut kecanduan media sosial. Remaja yang kecanduan media sosial akan merasa terus-menerus ingin terhubung dengan dunia maya, bahkan mengabaikan kegiatan penting lainnya, seperti belajar, berinteraksi dengan teman-teman di dunia nyata, atau beristirahat. Kecanduan ini dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan produktivitas, dan menurunnya kualitas hidup secara keseluruhan.

Kecanduan media sosial juga dapat memengaruhi kesehatan mental remaja dengan menyebabkan perasaan cemas atau stres ketika tidak dapat mengakses media sosial. Beberapa studi menunjukkan bahwa remaja yang kecanduan media sosial lebih rentan terhadap gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres. Kecanduan ini juga dapat menyebabkan gangguan pada interaksi sosial di dunia nyata, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kesepian dan isolasi.

5. Pengaruh Positif Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Meskipun terdapat banyak dampak negatif, penggunaan media sosial juga dapat memberikan manfaat positif bagi kesehatan mental remaja. Media sosial dapat menjadi sarana untuk mencari dukungan emosional, berbagi pengalaman, dan belajar tentang kesehatan mental. Banyak remaja yang merasa lebih nyaman berbicara tentang masalah mereka di platform media sosial dibandingkan dengan berinteraksi langsung dengan orang dewasa atau teman-teman mereka. Melalui grup dukungan online atau akun-akun yang mengedukasi tentang kesehatan mental, remaja dapat memperoleh informasi yang dapat membantu mereka mengatasi masalah psikologis yang mereka hadapi.

Selain itu, beberapa platform media sosial juga menyediakan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri dan menemukan identitas mereka. Kreativitas dan ekspresi diri melalui media sosial dapat memberikan rasa kepuasan dan kebanggaan, yang berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik.

6. Langkah-langkah untuk Mengurangi Dampak Negatif

Ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh remaja, orang tua, dan pendidik untuk mengurangi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja. Pertama, penting untuk membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial. Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di platform-platform tersebut, semakin besar kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan batas waktu yang sehat dan menjaga keseimbangan antara waktu online dan offline.

Kedua, pendidikan tentang media sosial yang sehat harus diberikan kepada remaja. Orang tua dan pendidik perlu mengajarkan cara menggunakan media sosial secara positif, termasuk cara mengenali perbandingan sosial yang merugikan, pentingnya privasi, dan bagaimana menghindari perundungan online.

Ketiga, penting bagi remaja untuk memiliki pola pikir yang sehat terhadap media sosial. Mereka perlu diajarkan untuk tidak membandingkan diri mereka dengan orang lain dan untuk memahami bahwa banyak gambar di media sosial adalah hasil dari editing atau penciptaan citra yang tidak realistis.

Kesimpulan

Dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja sangat kompleks dan dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada bagaimana media sosial digunakan. Penggunaan yang berlebihan dan tidak sehat dapat menyebabkan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, gangguan makan, dan perundungan online. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, baik remaja, orang tua, maupun pendidik, untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan mendukung kesehatan mental remaja. Dengan pemahaman dan pengelolaan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk perkembangan sosial dan emosional remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun