Mohon tunggu...
Aleebreeze
Aleebreeze Mohon Tunggu... Petani - Sederhana

Meninggalkan Jejak - Jejak Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dimensi Kehidupan Lain

7 September 2019   14:13 Diperbarui: 7 September 2019   14:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalani kuliah pagi di hari Senin selalu menjadi beban buatku (sebenarnya hari - hari lainnya pun tidak ada yang aku nikmati ).

Banyak waktu yang aku habiskan dalam dunia game dan larut dalam suasana film sci-fi yang menyuguhkan imaginasi tingkat dewa. Ditambah lagi membaca artikel - artikel yang membawa pemikiran adanya dimensi kehidupan berdampingan dengan dimensi hidup yang kita jalani. Begitu tertariknya aku dengan pemikiran mereka.

Duniaku tidak kunikmati lagi. Pikiranku penuh dengan imaginasi tentang adanya dimensi hidup lain yang mungkin bisa aku jalani. Ibarat dalam dunia game, ada alur yang membawa kita pada kegagalan, ada alur yang membuat jalan kita berat tetapi masih bisa berhasil diakhir, dan ada juga alur yang membawa kita dengan mudah meraih keberhasilan. Aku pun ingin menjalani alur hidup yang lain. Aku merasa salah pilih dengan alur hidup yang sedang aku jalani ini. Semuanya serba susah aku dapatkan, aku ingin pindah ke alur yang lain.

Tiba - tiba ....

Keajaiban itu pun datang. Tiba - tiba aku berada di dunia yang berbeda. Aku memperhatikan apa yang terjadi. Aku sudah menjadi pribadi yang berbeda. Aku begitu energik, pandanganku begitu terang, sepertinya semua yang aku lihat terekam baik di kepalaku. Semua bisa aku lihat dengan jelas.

Aku tidak melihat lagi dosenku di senin pagi itu. Aku juga tidak perlu lagi berkumpul dengan teman -  temanku penghuni barisan belakang yang kalau tidak tidur, usil ke teman lainnya. Sekali - kali diam seribu bahasa dan sibuk dengan pikiran masing - masing, tidak juga memperhatikan kuliahan dari dosen.

Keajaiban ini membawaku kembali ke masa awal kuliahku dulu. Pandanganku langsung tertuju dengan gadis yang  sering menghiasi mimpiku. Dia sedang asyik dengan teman - temannya memilih pernak - pernik di sebelah warung langgananku (dulu) tempat aku sedang menikmati secangkir kopi. Seperti dalam mimpi saja, dia begitu cantik saat itu. Makin cantik dari yang sebelum - sebelumnya aku pernah lihat. Gerak - geriknya sungguh menawan, wajahnya sungguh berseri dengan senyuman yang sangat tulus.

Aku beranikan diri mendekatinya.

"Ana"

Begitu ramahnya dia menyebut namanya setelah aku memperkenalkan diri. Aku sedikit senyum dengan kekonyolan masa laluku. Aku hanya bisa curhat ke teman - temanku menyebut namanya Ita dengan nama lengkapnya Wanita hanya karena belum berani minta kenalan dengannya. Jurusan kami memang beda, bahkan mungkin kampusnya. Aku ga pernah tahu. Aku jarang melihatnya, hanya beberapa kali di "Pajak USU", tempat yang jadi pusat jajanan mahasiswa kala itu di kota kami. Mungkin saja dia dari kampus lain, aku ga tahu. Selama ini aku hanya menduga - duga tentang dia, tidak pernah komunikasi.

Aku menyadari hidupku kini berbeda. Kegagalan - kegagalan masa laluku bisa aku perbaiki. Aku tahu apa yang aku inginkan. Aku tidak ragu lagi meraih impianku.

Pun dengan Ana yang ternyata ambil jurusan hukum dan masih satu kampus denganku. Aku tidak akan menyia - nyiakan kesempatanku. Aku akan berjuang mendapatkannya.

"Tidak diajak minum?"

"Mereka langsung balik pakde, masih ada kuliah katanya"

"Tapi udah nyimpan nomornya kan?"

"Hahaha...pakde tau aja urusan anak muda".

Sepulangnya Ana dan teman - temannya, aku pun kembali ke warung menikmati kopi yang masih sisa setengah lagi. Ternyata pakde yang punya warung diam - diam memperhatikan kami juga. Dulu aku anggap biasa saja, sekarang aku bisa merasakan perhatiannya ke setiap pengunjungnya.

Aku buka lagi hp ku. Aku cari kontak Ana yang sudah aku simpan tadi dan melihat foto profilnya.

"Hmmmm.... Kau akan jadi penyemangat hidupku" batinku.

***
Aku begitu bersyukur kembali ke sini, tidak kembali ke fase dimana aku harus dilahirkan kembali. Dengan begini aku bisa mengingat yang telah aku lalui dan mungkin bisa memperbaikinya.

Aku juga bisa mengingat bagaimana aku meninggalkan dimensi hidupku sebelumnya. Aku masih sempat melihat tubuhku tergeletak kaku berlumuran darah di tengah jalan. Aku masih sempat melihat kerumunan orang mengelilingi tubuhku hingga aku tiba - tiba berada di sini.

Semua baik - baik saja. Keluargaku baik - baik saja. Bahkan sekarang aku bisa pulang kampung melihat nenekku masih hidup.

"Hidupku akan kunikmati. Kuliah dan perjuanganku akan kujalani dengan baik" tekadku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun