Saya sering bertanya tentang surga. Bukan tentang eksistensinya, tetapi bagaimana nanti kehidupan disana.
Saya sudah sering mendengar bahwa di surga nanti yang ada hanyalah keindahan. Yang ada hanya tentang kenikmatan. Semua keinginan kita akan terpenuhi. Tetapi saya belum pernah mendapatkan penjelasan bagaimana semua itu tersedia, dan bagaimana nanti kita bisa merasakannya.
Ya. Mungkin tentang bagaimana semua itu tersedia bukanlah ranah yang bisa kita pahami. Mutlak itu adalah kehendakNya. Tetapi bagaimana nanti kita bisa merasakannya? Kita adalah subjek pelakunya.Â
Semua keindahan dan kenikmatan itu adalah tentang kebutuhan kita. Bukankah harusnya kita paham apa yang menjadi keinginan kita? Bukankah harusnya kita tahu tentang yang indah dan nikmat buat kita sendiri?
Selama ini, representasi kita atas keindahan dan kenikmatan berbeda - beda satu sama lain. Pola pikir, sudut pandang dan latar belakang kita yang berbeda memberikan nilai yang berbeda atas hal tersebut. Apakah nanti semua itu akan terjawab begitu saja? Apakah nantinya setiap keinginan kita itu akan terpenuhi begitu saja?Â
Atau semua sudah tersedia, kita tinggal menikmatinya? Bagaimana jika keindahan dan kenikmatan itu buat sebagian kita bukan hanya tentang apa yang akan didapatkan tetapi juga tentang apa yang dapat dilakukan?
Jika semua keinginan kita hanya tentang apa yang bisa kita dapatkan, saya melihatnya sama saja halnya dengan orang tua yang kaya raya yang bisa memenuhi setiap keinginan anak - anaknya. Tetapi bagaimana jika anak - anaknya punya keinginan melakukan sesuatu yang bertentangan satu sama lain?Â
Misalnya, bagaimana jika anaknya si A ingin memelihara kucing yang banyak di rumah, tetapi anaknya si B sangat benci dengan kucing? Atau hal - hal lain yang lebih kompleks lagi pertentangannya? Atau bahkan bagaimana jika keinginan anak - anaknya itu bertentangan dengan keinginan orang tuanya tersebut?
Apakah semua keinginan kita itu akan terjadi begitu saja? Apakah semua keinginan orang lain akan terjadi bergitu saja? Walaupun bertentangan dengan keinginan kita tetapi kita tidak akan merasakan pertentangan? Atau akankah keinginan kita itu terpuaskan begitu saja tanpa kita melakukannya?
Bagaimana mungkin orang bebas berbuat yang bertentangan dengan kita tanpa kita merasakan pertentangannya apalagi jika objeknya adalah kita? Bagaimana mungkin kita merasakan kepuasan tanpa kita melakukannya? Bukankah itu artinya kemampuan kita merasakan dan berpikir telah dicabut?Â
Bukankah itu artinya interaksi kita dengan yang lain tidak lagi berasa? Jika memang demikian adanya bahwasanya semua berjalan begitu saja, bagaimana kita akan menyatakan keinginan kita? Atau mungkin kita tidak bisa punya keinginan lagi? Jadi dimana letak keindahan dan kenikmatannya?