Beberapa pekan ini, kita pasti sering sekali ya mendengar atau melihat berita tentang pengeroyokan anak, adanya bullying di dalam lingkungan sekolah, aksi pemukulan antar pelajar yang didasari karna senioritas, aksi pemukulan dan pemaksaan, dan masih banyak aksi-aksi kekerasan verbal maupun fisik lainnya.
Sungguh miris memang, apalagi pelakunya adalah mayoritas seorang pelajar atau anak-anak yang di bawah umur. Tapi kalian tahu gak sih apa itu 'perundungan'? Kira-kira kenapa ya seorang anak bisa melakukan perundungan terhadap anak-anak lain?
Yuk markibas! [ Mari kita bahas :) ]
Perundungan atau bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya. Akibatnya membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Biasanya pelaku perundungan ini merasa lebih kuat dan mampu, dan kebanyakan korban perundungannya adalah anak-anak yang terlihat lemah secara mental dan fisik. Tapi tahu gak sih perilaku menyimpang ini berawal dari pola asuh orangtua di rumah loh, apa aja sih? Yuk mari scroll ke bawah ya :)
1. Berawal dari pola asuh otoriter.
Kalian pasti sudah tidak asing ya dengan pola asuh 'otoriter' ini? Pola asuh otoriter adalah salah satu bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua agar anak tunduk dan patuh. Biasanya nih orangtua tersebut mengharapkan anak-anaknya untuk mengikuti aturan tanpa diskusi atau kompromi terlebih dahulu. Kadang anak-anaknya dituntut untuk menjadi anak yang pintar, berhasil, serba bisa dan sempurna, sesuai dengan keinginan orangtuanya. Tidak ada ruang diskusi, sehingga kebanyakan anak menjadi introvert, penakut, takut mengekspresikan dirinya ketika dewasa.
Bahkan terkadang pola asuh ini membuat anak menjadi sering dimarahi, dibentak, dan anak sering mendapatkan perilaku kekerasan secara verbal, fisik dan mental oleh orang tuanya jika tidak menuruti perintahnya.
Nah, orangtua yang seperti ini harus berhati-hati ya karena anak akan mengikuti perlakuan orangtuanya tersebut, melakukan kekerasan atau bahkan berisiko melakukan perundungan kepada teman-temannya di sekolah jika anak memiliki kontrol diri yang rendah.
Kenapa? Karena, pelaku perundungan ini bisa hadir karena kontrol diri yang rendah. Mereka mungkin sebelumnya menjadi korban kekerasan di rumah secara verbal, fisik dan mental lalu menganggap dirinya selalu terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang sebagai bentuk balas dendam.
2. Terbiasa menuruti keinginan anak di rumah juga bisa menjadi penyebab anak menjadi perundung.
Lagi-lagi berawal dari pola asuh di rumah nih. Karena anak yang sering dituruti permintaannya menjadikan anak merasa berhak semena-mena, melakukan ini dan itu agar keinginannya tercapai. Merasa iri dengan keberhasilan temannya di sekolah maka anak bisa berisiko melakukan perundungan, karena tidak sesuai dengan harapannya. Hati-hati ya karena anak juga akan hilang rasa empatinya :)
Berikanlah anak pengetahuan tentang sanksi sosial jika anak melakukan kesalahan. Supaya anak bisa menahan dirinya jika dia ingin kembali melakukan kesalahan yang sama.
Orangtua juga berhak loh untuk mengingatkan pihak sekolah memberikan penegasan agar selalu mensosialisasikan tentang perundungan termasuk bentuk hukuman-hukumannya kepada seluruh siswa. Karena perundungan ini termasuk tindak pidana, jadi walaupun pelakunya dibawah umur pidana akan tetap berlaku maksimal 3 tahun penjara.
Dari penjelasan diatas, mengajarkan kita betapa pentingnya peran orangtua di rumah sejak anak usia dini untuk mencontohkan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama. Bukalah ruang diskusi dengan anak, agar anak bisa lebih open minded dan bisa membangun bonding dengan anak. Bonding orangtua dan anak sangatlah penting agar anak merasa dirinya aman, nyaman, mendapat dukungan dan merasa diakui.
Jika anak memiliki kedekatan dengan orangtuanya justru akan membentuk pribadi anak yang lebih baik, menjadikan orangtua sebagai tempat mengadu [tidak takut berkata jujur], dan anak akan lebih mendengarkan anjuran orangtua.
Jadilah orangtua yang dicintai, bukan ditakuti. Jika suatu hari nanti anakmu mengalami kegagalan dan kesalahan, tetaplah berikan dia dorongan dan perhatian penuh bukan intimidasi, supaya anak bisa kembali bersemangat dan merasa tidak sendirian. Tugas orangtua ketika anak masih berusia dini adalah mengajarkan dan mencontohkan hal-hal baik sesuai dengan anjuran agama. Namun, jika anak sudah beranjak remaja lalu dewasa maka tugas orangtua berubah menjadi mengarahkan dan tidak mengekangnya.
Bagi para orangtua baru atau pasangan milenial sekarang sepatutnya juga memahami tentang dasar-dasar parenting, supaya anak-anak generasi selanjutnya bisa lebih open minded melihat lingkungan dan sekitarnya, dan tidak ada lagi bibit-bibit perundung lainnya :)
Kalau menurut kalian gimana nih?
Semoga bermanfaat yaa, see you! :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H