Katarina menyuruh Molas untuk mengambil surat tanda persetujuan orang tuanya. Dan Molaspun menyetujuinya. Dengan ide cemerlangnya,  Molas  akhirnya mempunyai cap jempol lewat kaki mungilnya Katarina. Hatinya Molas merasa bahagia karena melalui surat ini, masa depan akan membuka untuknya dan membiarkan dia bereksplorasi sesuai dengan keinginannya. Dan akhirnya ia terima di sekolah standar guru (SGB). Sekolah Standar Guru ini menjadi tempat yang  ia idolakan kini telah menjadi nyata.
Â
      Setelah dua bulan kota Ndona, Molas mengajak teman-teman untuk menyelusuri kota Ende yang tidak jauh dari Ndona. Ende waktu itu, menjadi pusat ibukota Flores. Nama  Flores ini dibaptis oleh orang Portugis bernama Antonio  de Abreau. Ia melihat ujung pulau Flores bagaikan bunga. Cape of Flores  yang artinya tanjung bunga.[2]
Â
Ia akhirnya menjadi seorang sukses. Ia selalu teringat pesan leluhurnya bahwa orang Manggarai selalu mengidentikkan dengan bulbul. Orang Manggarai boleh pergi jauh, boleh terbang tinggi untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik lagi, tetapi tidak boleh melupakan kampung halaman.
Â
      Hal ini dilukiskan dalam salah satu syair lagu orang Manggarai " ngkiong le poco, berbunyi  ngkiong e, neka oke kuni agu kalo yang artinya jangan lupa kampung halaman.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI