Mohon tunggu...
Egis L Ristia
Egis L Ristia Mohon Tunggu... -

Egis L Ristia hanya sekadar nama saya saja. Bukan nama anda. Nama itu terasa berharga dan berkesan untuk saya. Mungkin tidak bagi anda. Sama seperti halaman ini. Namun saya masih memiliki sedikit harapan agar halaman ini menjadi sedikit berkesan untuk anda. Bukankah media itu diciptakan untuk membuat isi dari media tersebut berkesan bagi khalayak dan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Orang Gila

31 Mei 2010   12:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku selalu benci kau memilih lelaki lain sebagai pacarmu. Entah kenapa aku begitu membenci itu? Tapi aku tentu tidak akan menunjukan benci itu kepadamu. Tentu tidak... jika kau teliti mengamati betul sorot mataku, di dalamnya ada kecewa yang sangat mengganggu aktivitas isi kepalaku. Tentu aku tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepadamu, sedikit menyalahkanmu saja tidak pantas rasanya. Aku juga tidak akan seperti kebanyakan orang bodoh, menggantungkan lehernya sendiri pada tambang. Tentu saja tidak, masih banyak sederetan upacara dunia yang belum aku selesaikan.

Jika ada yang menenyakan, apakah aku lelah menjalani semua ini? Maka dengan pasti aku akan menjawab, "menjalani kehidupan dunia pastilah lelah, tetapi apakah kita harus beristirahat atau berhenti setelah lelah? Jawabnya harus. Karena aku hanya akan melakukan sesuatu tindakan jika itu sesuai dengan pikiranku, dan sekarang aku menginginkannya, entah besok atau lusa".

Sepertinya aku harus segera membuat akhir dari tulisan ini. Ah... aku mulai bosan dengan tema-tema rendahan seperti ini. Apa benar rendahan? Siapa tahu saja benar, jadi bisa di jual ke pasaran. Bukan begitu, bukan? Seperti selogan sebuah sponsor acara musik "musik for sale {kata sale dicoret} soul. Yang beredar pesat sekarang di pasaran adalah rendahan. Entahlah aku selalu benci jika mendengar kata pasar.

Aku harus segera menyelesaikan tulisan ini sebelum pasar mengetahui keberadaannya lalu memintanya. Kemudian pasar akan berkata dengan lantang bahwa tulisanku ini buatannya. Tulisan ini harusnya jangan ada yang membacanya, selain dapat menyebabkan kantuk juga akan mengundang banyak perasaan gundah, galau, atau apalah itu manusia menyebutnya. Anehnya, aku juga berharap agar seseorang yang aku maksud dalam tulisan ini agar tidak pernah membaca ini.

Aduh sepertinya aku sudah mulai kehabisan akal-akalan untuk membuat lanjutannya. Oh, begini saja jika ada seseorang diantara kalian yang merasa mencintaiku, tulislah lanjutan dari potongan tulisan kurang berguna ini. Jangan bertanya dari mana cerita ini bermula sehingga tulisan ini tidak jelas apakah ini potongan cerita atau apalah. Yang jelas dengan kesadaranku, aku merasa dilahirkan untuk menulis tulisan ini, hanya itu. Dan aku segera menulisnya, sebelum lupa.

Begitulah tulisan ini bermula dan akan berakhir, semoga setara dengan kisah Ramayana, Mahabharata, Romeo dan Juliet, Si Kancil, Si Unyil, Si Kabayan, Si Jagur, Si Luman atau cerita apapun itu yang menurut pembaca bagus. Seperti para penulis-penulis kebanyakan yang biasanya mengharapkan saran dan kritik untuk menambahkan dan mengoreksi kesalahan2 dalam tulisannya. Maka saya tidak perlu saran dan kritik, karena itu tidak akan banyak berguna. Seperti tulisan ini tidak banyak berguna bagi pembacanya. Jadi saya sarankan jangan membacanya, jikapun sudah terlanjur membacanya maka itu salah sendiri jika anda tidak bisa menghentikan membaca sampai selesai dan tidak bisa berhenti memikirkan amanat yang terkandung dalam tulisan ini, itupun jika tulisan ini mempunyai amanat.

Terima kasih karena telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun tulisan ini bukan untuk anda.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun tulisan ini setara dengan tulisan2 semacam Ramayana, Romeo Juliet, Kancil dan Babi, Si Luman Si Tomang.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun anda telah menjadi pacarnya.
Terima kasih telah berasedia membaca tulisan ini, walaupun anda mencintai saya.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun saya sekarang tidak lagi mencintai anda.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun anda heran, apakah ada kisah antara kancil dan babi?
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun saya sudah melarang anda membacanya.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun secara jujur kau tak tergantikan.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun badai menghadang.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun sambil duduk atau berdiri.
Terima kasih kepada Bang Jali yang sudah memberizin menuliskan semua ini.
Turut mengundang segenap teman-teman untuk sejenak menghentikan upacara keduniaan dan merenungi keberadaan kita di dunia, yang entah ada atau tidak.

Saya kira kalimat terakhir tadi bisa mengakhiri panjang tulisan ini. Selanjutnya jalan cerita saya serahkan kepada orang yang bisa membaca dan menulis.
Terima kasih, setidaknya aku pernah mencintai manusia lain selain keluarga. Setidaknya aku berbahagia masih disebut dengan sebutan manusia.

Lalu sang kancil memerankan perannya sebagai seekor babi hutan yang rakus, kotor, dan selalu berkubang. Sang kancil kemudian melompati pagar makan tanaman Pak Tani, tetapi Pak Tani tidak marah melainkan murka melihat penulis menghadirkan dirinya dalam tulisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun