Mohon tunggu...
EGIE
EGIE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Benar Stoikisme Itu Solusi dalam Kebahagiaan?

15 Desember 2022   18:11 Diperbarui: 15 Desember 2022   18:39 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dapat kita pahami bersama bahwasanya ajaran filsafat itu sebetulnya bukan suatu hal yang simpel ya, walaupun bisa saja menjadi simpel juga. Namun jika kita mau mempelajari secara mendalam tentu kita harus banyak dalam membaca buku terkait filsafat, kadang kala buku dari buku yang membahas tentang buku. Disisi lain menurut standar masyarakat sepakat bahwa suatu hal yang mungkin terlampau simpel itu bisa jadi rentan salah. 

Di masa sekarang ini tepatnya Era industry 5.0 manusia diberikan kemudahan dalam mengakses informasi apapun termasuk Filsafat ini, dengan mudah stokism jadi diikutin oleh semua orang dan di modifikasi menjadi tips hidup di dalam banyak hal misalnya sedang depresi ya stokisme, sedang bisnis ya stoikisme, sedang berduka ya stoikisme, sedang bingung ya stoikisme. Terkait semuanya sebetulnya tidak ada yang salah namun pertanyaanya apakah hal yang menjadi tips sederhana ini sudah sebenar-sebenarnya stoikisme?, apakah memang ini sistem terbaik dalam menghadapi kehidupan sehari-hari?. 

Juga ada salah satu blogspot yang pernah saya baca yang berpendapat "stoik modern sekarang itu sering banget dipilah-pilah gitu, ya dipilih-pilih juga ajaranya Cuma diambil yang postifinya aja dan stoik modern itu seringkali juga ngemodif ajaran-ajaran sistem yang lama". Sebenarnya juga tidak apa seperti itu namun yang nyebelin adalah ketika orang sotoy gitu dalam artian Stoik Ortodoks yang berlandaskan nalarnya sendiri yang mana sebetulnya ajaran sesungguhnya tidak demikian. 

Contoh dari salah satu tokoh Stoikism yakni Senecca beliau juga salah satu dari pencetus ajaran filsafat ini, beliau pernah kehilangan sahabatnya dan otomatis beilau juga dihadapkan sama situasi berduka, lalu saat-saat seperti itu gagasan dari Senecca meyatakan bahwasanya sedih itu haram jadi kita sebagai manusia tidak boleh sedih kerana sedih. 

Padaha jika secara realita terkait manusia sendiri itu juga merupakan mahkluk yang emosional bukan hanya rasional saja. Adapun beberapa ajaran Stoikisme Modern. Dan maraknya lagi bahwa penganut aliran filsafat stokisme modern ini menutupi  hal itu, urgensi untuk masa sekarang ini terkait Stokisme Modern bahwasanya stokisme yang kita semua percaya itu belum tentu benar dan belum tentu cocok buat masing---masing individu apalagi dalam situasi tertentu dan belum tentu juga dengan berbagai riset Psikologi yang ada di masa sekarang ini, belum lagi fenomena poser yang dimaksud adalah orang yang ikut-ikutan tanpa tau hakikat dari ajaran ini.

nah yang jadi masalah dari poster juga tentang miskonsepsi yang sebetulnya buruk tapi dianggap bahwa ini adalah part of Souls / bahwa ini adalah alirannya memang seperti ini. Adapu gagasan yang paling populer yakni Bodo Amat sama eksternal, padahal prinsip ini busa dibilang sedikit bertentangan dengan aliran filsafat stokisme. 

Sebagai contoh jika memang implus dari aharan filsafat stoik ada lah sikap bodo amat segala hal yang memang diluar kendali ya sudah bodo amat'in aja, maka jika seperti itu Marcus Aurelius tidak akan menjadi kaisar yang baik pada jaman kekuasaanya, padahal justru Marcus Aurelius itu peduli dengan eksternal namun kepedulianya pada eksternal hanya sebagai sarana berpikir dalam mengambil keputusanya.

Tapi pada dasarnya bahwa Stoikism itu bukan untuk semua orang, misalnya jika frutasi apakah itu karena tidak bisa menjadi stoik atau memang secara pribadi neurotik atau memang sangat peduli dengan berbagai macam kejadian eksternal, gampang nangis dan sebagainya. Menurut saya pribadi saya lebih setuju jika manusia itu tidak memiliki label-label tersendiri seperti hal nya misal oh saya paling stoik, oh ini yang paling stoik atau oh ini sipaling stoik saya lebih setuju seperti karena memang ada banyak banget aliran filsafat yang bisa kita anut atau pelajari bahkan kita bisa aja bikin aliran sendiri untuk diri sendiri seperti misalnya banyak hal baik dari suatu ajaran ya sudah diambil saja, sedang yang kurang cocok ya udah jangan dianut, diluar sikap merasa menganut suatu ajaran bahkan stoik maka kita secara batiniyah bebas melakukan apapun termasuk mengambiul sisi baik dari suatu ajaran yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun