Mohon tunggu...
egidya rizki
egidya rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi membuat konten video

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2022: Pentingnya Pendidikan yang Layak sebagai Bentuk Peduli Anak Putus Sekolah di Sekitar Jalan Pasir Koja

20 Agustus 2022   10:15 Diperbarui: 20 Agustus 2022   10:23 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://youtu.be/P0fuKANOF-s

(Dokpri)
(Dokpri)

Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satu Universitas yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata atau yang sering disebut KKN. Untuk Kuliah Kerja Nyata Tematik periode kali ini, Universitas Pendidikan Indonesia mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa dan MBKM". Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik ini dilaksanakan secara Kelompok dengan jurusan yang berbeda dan dilakukan di tempat tinggal masing -- masing, salah satunya Kelompok KKN 48 yang berdomisili di Kota Bandung, Jawa Barat. Kemudian kelompok tersebut terbagi lagi menjadi kelompok kecil sesuai dengan kelurahan masing -- masing. Seperti penulis yang melaksanakan kegiatan KKN di kelurahan Warung muncang, Kota Bandung, Jawa Barat.

Dalam kegiatan KKN kali ini, kelompok Kelurahan Warung Muncang mengambil tema " Desa Tanggap Budaya" dan salah satu poin didalamnya adalah "Anak Putus Sekolah di Daerah Konflik atau bencana alam" yang menjadi fokus utama kelompok kelurahan warung muncang. Menurut Data Badan Pusat Statisik Kota Bandung tahun 2021 lalu, terdapat 18.581 warga Kota Bandung yang tergolong tidak atau belum tamat SD. Tak banyak Yayasan yang dapat menampung anak putus sekolah dengan jumlah yang sangat tinggi. Kelompok kelurahan warung muncang memilih daerah pasir koja sebagai tempat kegiatan KKN Tematik.

Kelompok KKN 48 berkunjung ke Yayasan Bagea dan bertemu langsung dengan Ibu Sumi yang merupakan pendiri Yayasan Bagea. Setelah mencari tahu lebih dalam dengan melakukan wawancara dengan Ibu Sumi sebagai pendiri Yayasan Bagea, Kelompok Kelurahan Warung Muncang melakukan survey lapangan dan melakukan kunjungan ke rumah -- rumah warga sekitar lalu melakukan wawancara dengan keluarga yang anaknya mengalami putus sekolah seperti yang dimaksud pada fokus utama kelompok kkn 48. Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Sumi dan warga sekitar, penulis mengetahui beberapa informasi seperti Penyebab anak putus sekolah jenjang sekolah dasar dan menengah di daerah Sekitar Pasir Koja yang disebabkan karena kemampuan ekonomi keluarga yang mempengaruhi keberlangsungan pendidikannya, kurangnya pendapatan orang tua akan memberikan dampak pada biaya sekolah dan kebutuhan peralatan sekolah anak dan kebutuhan lainnya.

Melihat hal tersebut, Kelompok Kelurahan Warung Muncang mulai melakukan Program Kerja yang berfokus pada masalah pertama yaitu " Anak Putus Sekolah di Daerah Konflik atau bencana alam". Kegiatan yang dilakukan adalah bekerjasama dengan Yayasan Bagea yang merupakan salah satu Yayasan di Kota Bandung yang menampung anak-anak dan remaja yang putus sekolah, dengan melakukan kolaborasi bersama salah satu komunitas Cerdas Dini. Cerdas Dini merupakan suatu komunitas yang bergerak dalam bidang sosial, khususnya pendidikan. Cerdas Dini sendiri memiliki motivasi yang besar dan kuat untuk secara sukarela turun langsung ke lapangan dalam rangka memfasilitasi dan menyediakan media serta sarana pendidikan, terutama untuk anak-anak yang membutuhkan dan memiliki berketerbatasan.

Tujuan adanya program kerjasama Bersama Komunitas Cerdas Dini:

  • Membantu memberikan pembelajaran secara langsung kepada anak yang putus sekolah di daerah kelurahan warung muncang terutama di Yayasan Bagea.
  • Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
  • Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak yang tidak anak dapatkan selama dirumah.

Dengan melakukan pendampingan kepada anak putus sekolah di Yayasan Bagea, terlihat banyak perkembangan yang terlihat di anak - anak tersebut, diantaranya seperti mulai terbentuknya perilaku, sikap disiplin dan hubungan sosial yang baik antar teman - teman lainnya, kemudian anak - anak merasa senang dan merasa diperhatikan karena anak merasa menemukan suatu kelurga kecil yang bisa dijadikan tempat berkumpul juga saling berbagi cerita dan dimana mereka tidak lagi merasa sendiri, lalu mereka juga mendapatkan pelayanan pendidikan, tidak hanya hal akademik melainkan dalam hal sosial maupun yang lainnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun