Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meet and Greet Bimas Islam Ajak Milenial untuk Menangkal Hoaks dan Berkontribusi Positif di Era Perkembangan Teknologi Informasi

15 Desember 2019   14:37 Diperbarui: 15 Desember 2019   17:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Bimas Islam bagi Milenial. Dok. Pribadi

Sama halnya dengan menulis konten di media sosial hukumnya adalah mubah. Tetapi jika konten yang ditulis akan berdampak baik bagi wawasan masyarakat dan membuat mereka ikut terpengaruh menjadi lebih baik maka hukumnya adalah wajib.

Saat menyebarkan konten positif dan berusaha mengedukasi orang lain agar tidak terjebak hoaks, pasti di era media sosial ada orang yang membenci dan ada orang yang menyukai.

Untuk kebenaran dan sesuatu yang positif Prof. Nur Kholis mengutip Kitab Hilyatul Auliya,  wajar sekali jika manusia dalam hidup menghalami masalah dan karena itu ia harus mampu menghadapi orang-orang yang tidak menyukainya, Nabi dan para ulama saja kala itu juga mengalami hal yang sama, mendapatkan banyak masalah dan tidak sedikit yang membenci mereka. 

Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anthonius Malau. Dok. Pribadi
Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anthonius Malau. Dok. Pribadi
Pada sesi terakhir kegiatan "Meet & Greet" menghadirkan pembicara Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anthonius Malau untuk memberikan edukasi mengenai strategi penanganan hoaks.

Hoaks menurutnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Fenomena merebaknya hoaks juga terjadi di dunia hampir di semua negara termasuk negara-negara besar. Hoaks bahkan telah menimbulkan kekacauan bahkan membuat stabilitas keamanan, ekonomi menjadi terganggu. 

Negara semaju apa pun meski mengandalkan otak dan rasionalitas faktanya kemampuan itu tidak menutup kemungkinan mereka akan terhindar dari hoaks justru masyarakat juga mudah terkena hoaks. Ia menjelaskan bahwa  informasi yang keliru membuat kerusakan dan menggiring opini banyak orang di negara maju untuk melakukan sesuatu yang belum pasti kebenarannya termasuk melakukan tindakan kekerasan.

Di Indonesia, berdasarkan data temuan hoaks periode Agustus 2018 sampai 30 November 2019 telah mencapai 3.901. Jumlah yang sangat besar tentunya dan memperihatinkan karena tidak sedikit orang yang kemudian mempercayai dan ikut menyebarkan hoaks tersebut.

Oleh sebab itu peran kaum milenial sangat penting sebagai perpanjangan tangan untuk ikut menjadi agen edukasi kepada orang lain mulai dari keluarga, teman, lingkungan sekitar agar mereka terhindar dari hoaks, berita bohong dan ujaran kebencian Literasi digital tidak pandang bulu, siapa pun harus memiliki untuk menyaring informasi yang didapatkan karena hoaks bisa meracuni siapa pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun