Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peluncuran 150 Judul Buku Berbasis Naskah Nusantara, Upaya Perpusnas RI dalam Merawat Naskah Nusantara

14 Desember 2019   17:23 Diperbarui: 15 Desember 2019   10:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang mungkin mengenal istilah “naskah” apalagi bagi para penulis. Tapi pernahkah pembaca mendengar istilah “Naskah Kuno” sebuah naskah peninggalan masa lalu yang sarat dengan nilai-nilai peradaban pada masanya. Naskah kuno pada umumnya berisikan tentang sejarah dan kehidupan masa lalu baik itu mengenai bencana, kebudayaan, politik, obat, jimat, rempah, perdukunan, ajaran agama dan lain-lain.

Naskah Kuno merupakan benda peninggalan masa lalu yang menandakan peradaban pengetahuan dan kebudayaan yang pernah ada di masa lalu. Jumlah naskah Nusantara sebenarnya sangat banyak, sayangnya dari sekian banyak naskah tersebut masih tersimpan di beberapa perpustakaan di luar negeri. Di Indonesia sendiri, naskah kuno telah tersimpan di Perpustakaan Nasional RI dan sebagian lain masih dimiliki secara personal atau individu baik perorangan atau masyarakat dan komunitas tertentu.

Keberadaan naskah kuno memang tersebar karena naskah bisa saja diwariskan turun-temurun dari nenek moyang pemilik awal naskah kepada anggota keluarganya dan sebagian besar banyak yang tidak terurus hingga dimakan usia atau rayap, sebagian lagi disimpan sebagai jimat atau benda pusaka.

Keberadaan Naskah Kuna tidak sekadar menjadi benda mati. Ia harus mampu ditranfsormasikan agar orang-orang yang hidup di zaman sekarang bisa mempelajari dan mengetahui kandungan isi sebuah naskah. Perpustakaan memang dituntut untuk tidak hanya menjadi tempat penyimpanan buku atau naskah-naskah kuno, tetapi bisa mentranfsormasikan kandungan koleksi yang dimilikinya agar bisa dipahami dan dinikmati oleh semua masyarakat.

Selain melakukan digitalisasi naskah agar tetap dapat terjaga dan bisa diakses oleh banyak orang, Perpusnas RI juga menghadirkan Program Alih Aksara, Alih Bahasa, Saduran dan Kajian Naskah Kuno Nusantara.

Tidak mudah memang untuk membaca apalagi menggali kandungan dalam sebuah naskah kuno. Butuh kemampuan bahasa dalam membaca aksaranya, butuh kemampuan bahasa untuk menerjemahkannya, butuh ilmu untuk mengetahui jenis kertas, usia dan jika ada isi naskah yang sudah rusak atau tidak terbaca. Maka kehadiran alih aksara, alih bahasa dan saduran dan kajian naskah untuk memberi kemudahan akses bagi masyarakat luas dalam mengakses naskah kuno sangat diperlukan.

Senin, 2 Desember 2019 bertempat di Ruang Teater Perpustakaan Nasional RI di Jl. Salemba, Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) mengadakan Launching Buku Hasil Alih Aksara, Alih Bahasa, Penyaduran dan Kajian Naskah Kuno Nusantara yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi.

Sambutan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Dok. Pribadi
Sambutan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Dok. Pribadi
Perpusnas RI meluncurkan 150 judul buku dari empat kategori yaitu Alih Aksara, Alih Bahasa, Saduran dan Kajian Naskah dengan rincian 65 judul Alih Aksara, 35 judul  Alih Bahasa, 20 judul Saduran, dan 30 judul Kajian Naskah. 150 judul buku yang diluncurkan merupakan hasil seleksi dari 227 judul yang masuk kepada panitia.

Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara, Munawir Holil sangat menyambut gembira peluncuran buku yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Ia berharap kerja sama dan program ini dapat terus dilanjutkan.

Dalam sambutannya ia sangat mengapresiasi dan meminta semua pihak untuk terus mendukung Perpusnas RI, karena program semacam ini sangat dibutuhkan oleh para akademisi dalam usaha menyampaikan hasil kerjanya agar bisa diinformasikan dan dinikmati oleh masyarakat, dan tidak berhenti hanya di rak buku perpustakaan atau lemari pribadi penulis yang kemudian berakhir menjadi sarang laba-laba, atau rusak dimakan tikus dan rayap.

Usaha menerbitkan 150 judul buku yang dilakukan oleh Perpusnas, menurut Munawar Holil perlu dicatat dalam sejarah “hari ini sungguh merupakan hari yang sangat istimewa dan yang saya kira pantas dicatat dalam sejarah perbukuan khususnya di bidang kajian naskah Nusantara. Sependek ingatan saya, belum pernah terjadi di Indonesia menerbitkan satu judul buku per tahun saja merupakan kegiatan yang sangat langka dalam konteks penerbitan buku yang berbasiskan naskah Nusantara.”

Sambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI. Dok. Pribadi
Sambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI. Dok. Pribadi
Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa Perpustakaan adalah institusi yang berbicara tentang masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Untuk itu penting menurutnya untuk melakukan transfer knowladge koleksi Perpustakaan kepada masyarakat. Ia tidak sependapat jika Indonesia dianggap memiliki budaya literasi atau minat membacanya rendah. 

Sejatinya budaya literasi bangsa Indonesia sangat tinggi, ia mencontohkan misalnya I la Galigo yang tidak mungkin dibuat oleh komunitas atau orang yang literasi atau minat bacanya rendah. Sudah pasti peradaban literasi bangsa Indonesia sudah tinggi sejak dulu.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi  hingga sore hari dengan pembicara Dra. Titiek Kismiyati, Prof. Dr. Titik Pudjiastuti, Dr. Priscila Fitriasih Limbong, Dr. Dewaki Kramadibrata dan 10 orang narasumber perwakilan dari penulis yang bukunya diterbitkan dipandu oleh Dr. Munawar Holil dan Dr. Mu’jizah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun