Hidup itu sangat berharga. Â Banyak orang sampai harus mengeluarkan begitu banyak uang untuk menyembuhkan penyakit karena ingin tetap sehat dan hidup.Â
Belakangan penghargaan terhap nyawa baik diri sendiri maupun orang lain mulai merosot. Â Nyawa dan kehidupan seolah tidak lagi berharga. Manusia bahkan terkadang bertindak layaknya malaikat penjemput nyawa, yang dapat menjemput nyawa seseorang di manapun dan kapanpun.Â
Maraknya kasus pembunuhan dan bunuh menjadi cerminan bahwa nyawa seseorang kadang tidak dianggap berharga sehingga persoalan menghilangkan nyawa seseorang dianggap sebagai sesuatu yang sepele.Â
Belakangan mulai muncuk di Indonesia aksi-aksi terorisme mulai dari kasus penyerangan terhadap aparat hingga pengeboman pada tempat-tempat tertentu termasuk rumah ibadah. Â
Tindakan terorisme tersebut mereka lakukan dengan alasan memerangi kedzaliman dan pemerintah yang dianggap sebagai thagut oleh mereka.Â
Apapun alasannya, tindakan terorisme tidak dibenarkan oleh agama manapun. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk merusak tatanan sosial apalagi tatanan kehidupan. Â
Meski mengatasnamakan agama dan ajaran agama, aksi yang mereka lakukan adalah bentuk penyelewengan dari kesucian agama dan ajarannya.Â
Ada jaminan surga dan bidadari yang mereka tanamkan dalam setiap aksi teror yang dilakukan. Â Sehingga kematian mereka meski telah merusak, menyerang dan membunuh orang lain dianggap sebagai jihad membela agama dan akan menghantarkan mereka ke surga.Â
Sungguh pemahaman yang miris dan mengkhawatirkan. Doktrin yang begitu kuat ditanamkan hingga membuat orang rela melakukan tindakan tidak terpuji membunuh orang lain, bahkan membunuh dirinya sendiri dengan cara menjadi pengantin bom bunuh diri.Â
Aksi bom bunuh diri didasari karena niat untuk jihad. Â Akan tetapi sebenarnya yang dilakukannya adalah bentuk dari keputus asaan dari rahmat Tuhan.Â