Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Eksistensi Pondok Pesantren dalam Lintasan Waktu

22 November 2017   21:27 Diperbarui: 22 November 2017   22:04 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak Panjang Pondok Pesantren

Umat Islam di Indonesia telah memiliki sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah berusia lama, masih eksis dan dapat kita jumpai hingga kini yaitu Pondok Pesantren. Pesantren memiliki sejarah yang cukup panjang. Saat Islam mulai menyebar dan masuk ke Nusantara, dakwah yang semula dilakukan secara tatap muka perorangan, dengan berjalannya waktu seiring dengan meningkatnya antusias masyarakat kala itu membuat aktifitas dakwah memerlukan sarana yang lebih luas untuk menampung masyarakat. Ajaran Islam kemudian diajarkan di langgar, surau atau mushala.

Setelah itu, dirasakan perlunya tempat khusus untuk masyarakat yang ingin mempelajari dan memperdalam agama Islam berkesesuaian dengan keinginan para dai untuk mencetak dan melahirkan para penerus perjuangan mereka dalam mendidik umat, maka dibangunlah Pondok Pesantren.

Di Jawa, Walisongo dianggap sebagai peletak dasar dari Pondok Pesantren. Sunan Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai peletak pertama dasar dan nilai dari sebuah Pondok Pesantren. Sementara pembangun pertama Pondok Pesantren adalah Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang mendirikan Pesantren Ampel Denta.

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang didirikan oleh Rahmah El Yunusiah seorang Ulama Wanita. Dok. Pribadi
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang didirikan oleh Rahmah El Yunusiah seorang Ulama Wanita. Dok. Pribadi
Pondok Pesantren dibangun sebagai tempat menempa diri menjadi manusia yang hakiki. Karena dianggap sebagai basis pengkaderan bagi dakwah Islam, maka setiap orang yang belajar di Pesantren dibekali berbagai ilmu pengetahuan, baik itu ilmu agama dan ilmu bela diri.

Para santri yang belajar di Pesantren pada mulanya hanya datang pada waktu-waktu tertentu seperti pada waktu salat dan pengajian. Santri model ini kemudian dikenal dengan istilah "santri kalong". Belakangan, Pesantren juga membangun dan menyediakan tempat menginap atau bermalam bagi para santri. Pesantren kemudian mengharuskan para santri untuk tinggal di lingkungan Pesantren agar lebih mudah dikontrol dan mengefesienkan proses pendidikan. Santri yang menetap disebut dengan "santri mukim".

Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, para ulama dan santri dari Pondok Pesantren telah banyak berjasa dan ikut serta dalam merebut dan mempertahankan NKRI. Banyak di antara mereka yang meninggal dan tidak dituliskan nama dan jasanya dalam sejarah. Meski pun sebagian orang tidak banyak tahu bahkan mungkin melupakan kontribusi Pondok Pesantren, para santri dan ulama dalam sejarah kemerdekaan, tapi fakta itu tidak bisa dipungkiri. Itulah mengapa Hari Santri dianggap sebagai bentuk perhatian dan pengakuan pemerintah dan Negara terhadap perjuangan para santri dan ulama Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Sidogiri: Banyak Menerbitkan Buku. Dok. Pribadi
Pondok Pesantren Sidogiri: Banyak Menerbitkan Buku. Dok. Pribadi
Di Indonesia, kita mengenal beberapa model Pondok Pesantren. Pertama, Pesantren Salaf yang lebih menekankan untuk memperdalam agama dan kitab kuning. Kedua, Pesantren Khalaf yang bertujuan untuk memperdalam agama dan pengetahuan modern seperti bahasa dan teknologi. Ketiga, Pesantren Kombinasi yaitu memadukan unsur salaf dan khalaf. Masing-masing Pondok Pesantren memiliki ciri khas dan memfokuskan diri dalam bidang-bidang tertentu misalnya khusus untuk mempelajari kitab kuning, bahasa, dan menghafal al-Qur'an.

Arus Tantangan Pondok Pesantren

Perkembangan zaman menuntut segala sesuatu untuk bergerak maju ke depan dan mentransformasikan diri sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pondok Pesantren amat menyadari kondisi seperti itu. Agar dapat selalu eksis, mau tidak mau Pondok Pesantren harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kondisi umat serta perkembangan zaman. Karena itu, Pondok Pesantren terus melakukan inofasi dan transformasi menjadi lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai terdahulu yang baik. Beberapa Pondok Pesantren bahkan telah dilengkapi dengan pendidikan formal dari tingkat kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi.

Pondok Pesantren berusaha untuk mengubah paradigma masyarakat yang selama ini masih memandang sebelah mata Pondok Pesantren, bahkan takut dan enggan untuk memasukkan anaknya ke dalam Pondok Pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun