Sebelumnya, bangunan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berada di dua tempat yaitu di Jalan Medan Merdeka Selatan dan di Salemba. Kini, lokasi Perpustakaan Nasional RI telah menjadi satu di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Bangunan paling depan yang sebelumnya menjadi ruang perpustakaan dan kegiatan bagi para pengunjung telah berubah fungsi. Ruang yang sebelumnya menjadi tempat menyimpan buku-buku kini menjadi ruang media yang berjumlah empat ruangan dengan didukung teknologi audio visual yang akan memberikan edukasi kepada para pengunjung berkaitan dengan aksara, naskah, bahasa, dan kegiatan literasi. Bagian lorong kini menjadi area pameran yang memamerkan foto-foto kegiatan Presiden Joko Widodo dan Kepala Perpustakaan Nasional RI, dilengkapi dengan toilet di kedua sisi kanan dan kiri. Keluar terdapat taman, serambi dan barisan kursi untuk bersantai. Masuk ke dalam gedung baru akan disambut sebuah rak buku raksasa yang tinggi menjulang. Di lengkapi dengan sarana penunjang seperti Kantin, Area Parkir, dan Mushola. Terdapat ruang teater, ruang promosi budaya baca, data center, layanan anak, lansia dan disabilitas. Terdapat koleksi buku langka dan layanan multimedia.
Terdiri dari 24 lantai dan diklaim sebagai Perpustakaan tertinggi di dunia. Selain menyimpan buku-buku, Perpusnas RI juga menyimpan begitu banyak naskah-naskah Nusantara. Banyak naskah Nusantara telah didigitalisasi oleh Perpusnas dan dapat diakses oleh masyarakat umum. Seluruh fasilitas di Perpusnas RI telah menggunakan teknologi tinggi sehingga perputakaan tidak menjadi tempat yang ketinggalan zaman, tapi justru sebaliknya Perpustakaan menjadi pusat dari peradaban suatu bangsa.
Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) merupakan asosiasi yang mewadahi para peminat, pecinta dan pengkaji naskah-naskah Nusantara. Komunitas atau asosiasi tersebut berdiri pada tanggal 5 Juli 1996 oleh para filolog dan para pecinta naskah Nusantara. Salah satu pendiri Manassa yang kemudian menjadi Ketua Umum yang pertama adalah Prof. Dr. Achadiati Ikram. Banyak hasil penelitian yang sudah dihasilkan dan dipublikasikan kepada masyarakat, serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan naskah Nusantara telah banyak dilakukan salah satu kegiatan tahunan yang baru berlangsung beberapa bulan yang lalu adalah  Festival Naskah Nusantara II dan Simposium Internasional ke-16 Pernaskahan Nusantara bekerjasama dengan Perpusnas RI.
Dalam cerita Sang Kuriang, digambarkan bahwa Dayang Sumbi tengah menenun hingga akhirnya ia menjadi istri dari Si Tumang. Tenun juga mengandung nilai-nilai filosofi dan mistis. Ada makna-makna yang terkandung dalam warna yang dipilih. Ada beberapa pola yang digunakan dalam menenun pada masa lalu dan tidak dapat dijumpai lagi. Dulu, menenun dianggap sebagai simbol kedewasaan wanita. Seorang wanita dianggap dewasa jika sudah bisa menenun, dan karena itu ia baru diperbolehkan untuk menikah. Ia mengkritik para peneliti dan penulis sejarah tenun yang tidak memasukan masyarakat Sunda dalam lintasan sejarah tenun. Padahal menurutnya, tenun Sunda memiliki kekhasan tersendiri. Itulah sebabnya Jawa Barat disebut dengan Kota Tekstil.