Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Naskah Butuh Keluarga dan Rumah

14 November 2017   15:20 Diperbarui: 14 November 2017   15:35 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi Ketiga, Kuliah Umum. Dok. Pribadi

Budaya literasi telah berkembang cukup lama di Indonesia. Sebagai sebuah negara besar yang memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek baik itu keanekaragaman sumber daya alam dan keanekaragaman sumber daya manusianya. Indonesia pernah menjadi saksi dari perkembangan berbagai peradaban masyarakat termasuk peradaban sebuah agama. Aliran kepercayaan dan agama berkembang pesat di Indonesia, diterima berbagai lapisan masyarakat.

Peradaban di masa lalu telah meninggalkan banyak peninggalan sebagai bentuk eksistensi dan prasasti sejarah yang patut diketahui oleh orang-orang yang hidup belakangan. Selain meninggalkan artefak-artrefak dan bangunan, peradaban masa lalu juga meninggalkan naskah-naskah. Budaya literasi pada dasarnya telah hidup di masa lalu khususnya kegiatan menulis dan menyalin. 

Melalui tulisan nama seseorang akan terus dikenang dan diketahui banyak orang. Bahkan tulisan bukan hanya memberikan sumbangsih pengetahuan, tapi juga memberikan gambaran atas suatu peristiwa. Lewat naskah Nusantara kita dapat mengetahui sejarah bangsa kita di masa lalu dan bagaimana kehidupan sosial, budaya, agama dan pengetahuan kala itu. Naskah-naskah yang ada tidak selalu berisikan urainan tentang sastra, tapi banyak aspek lainnya yang terkandung di dalamnya. Ada juga naskah yang membahas suatu peristiwa, mitos, dan pengobatan.

Bangunan Gedung Baru Perpusnas RI. Dok. Pribadi
Bangunan Gedung Baru Perpusnas RI. Dok. Pribadi
Salah satu cara melestarikan dan merawat naskah adalah dengan cara mendigitalisasinya. Prosesnya memang tidak mudah, membutuhkan waktu yang lama, tenaga ahli dan dana yang mencukupi. Dengan digitalisasi setidaknya telah ada duplikasi terhadap suatu naskah. Sehingga para pengkaji naskah dapat mengakses suatu naskah melalui hasil digitalisasi tersebut tanpa menyentuh naskah aslinya karena dikhawatirkan mudah rusak.

Kondisi Lorong Bangunan Perpustakaan Nasional RI. Dok. Pribadi
Kondisi Lorong Bangunan Perpustakaan Nasional RI. Dok. Pribadi
Kondisi Naskah Nusantara

Naskah Nusantara ibarat harta karun yang masih terpendam karena keberadaannya masih berserakan dan sebagian belum bisa diakses. Naskah Nusantara banyak juga yang tersimpan di berbagai lembaga dan perpustakaan luar negeri dan belum ada duplikat dari naskah tersebut yang kita miliki. Terlepas dari adanya wacana beberapa pihak yang mengusulkan agar pemerintah meminta pihak-pihak tersebut untuk mengembalikan naskah yang mereka simpan. Menurut saya, naskah di luar negeri mendapatkan perhatian khusus, dikaji secara konsisten, dan dirawat dengan baik. Jika memang suatu saat wacana pengembalian naskah tersebut ingin direalisasikan, tentu saja kita harus menyiapkan berbagai sarana prasarana. Jangan sampai saat naskah tersebut kembali kepada kita justru tidak terawat, tidak dikaji dan hanya disimpan sebagai koleksi belaka.

Sebagian naskah masih disimpan di tempat tertentu di beberapa wilayah atau menjadi koleksi pribadi. Ada beberapa naskah yang kondisinya memperihatinkan baik itu rusak, bahkan sudah tidak terbaca lagi. Banyak naskah yang belum terawat dengan baik, belum lagi dengan adanya ancaman jual-beli naskah Nusantara yang dilakukan oleh masyarakat kepada pihak luar.

Audio Visual di Ruang Media. Dok. Pribadi
Audio Visual di Ruang Media. Dok. Pribadi
Perlu Perhatian Semua Pihak

Indonesia dengan sejarah panjang yang dimilikinya serta peradaban yang pernah ada telah menghasilkan begitu banyak peninggalan termasuk salah satunya naskah Nusantara. Keberadaan naskah Nusantara memang perlu mendapatkan perhatian lebih dari berbagai kalangan. Masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta terhadap naskah-naskah Nusantara. Dengan begitu naskah yang ada akan terawat, dan tidak mungkin dijual ke luar, dan lebih bahagia lagi jika para pemilik naskah akhirnya mau memberikan naskah-naskah tersebut ke Perpustakaan. Selain itu, akan ada peningkatan minat sumber daya manusia untuk masuk ke jurusan yang berkonsentrasi dalam menggeluti naskah-naskah melalui jalur akademik di berbagai Perguruan Tinggi. Semakin banyak lahir para peneliti naskah atau Filolog, maka keterbatasan dan kekurangan sumber daya manusia untuk mencari, mengumpulkan, meneliti dan mendigitalisasi naskah akan dapat teratasi.

Bagian Belakangan Bangunan Perpusnas RI yang Lama. Dok. Pribadi
Bagian Belakangan Bangunan Perpusnas RI yang Lama. Dok. Pribadi
Peran pemerintah pusat hingga daerah melalui kementerian dan lembaga terkait dapat dilakukan dengan memfasilitasi dan mengusahakan beasiswa pendidikan untuk meningkatkan kemampuan para pengkaji naskah seperti beasiswa filologi, memfasilitasi alat-alat yang dapat menunjang dalam proses perawatan naskah, serta menyediakan anggaran untuk biaya ganti rugi jika ada pemilik naskah yang menginginkan ganti rugi saat pertukaran naskah.

Rak Buku Raksasa di Gedung Baru Perpusnas RI. Dok. Pribadi
Rak Buku Raksasa di Gedung Baru Perpusnas RI. Dok. Pribadi
Perpustakaan Nasional, Rumah Bagi Naskah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun