[caption caption="Ruat Lauk ke-48 Blanakan Subang Jawa Barat"][/caption]Seperti lumrahnya masyarakat pesisir Pantura (pantai utara Jawa) yang lebih banyak masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan, berbagai kegiatan budaya dan adat istiadat walau di masa modern seperti sekarang, masih terus dilestarikan. Seperti yang baru kemarin dilaksanakan di Blanakan, Subang Jawa Barat pihak KUD Mina Fajar Sidik Blanakan Subang kembali mengadakan acara budaya Ruat Laut yang ke-48. Kegiatan ini memang sudah menjadi agenda rutin yang  berlangsung setiap satu tahun sekali. Di berbagai daerah, memang berbeda dalam menyebut acara seperti  ini. Ada yang menyebut acara semacam ini dengan Pesta Laut, Nadran, Ruatan dan labuh Saji.
Acara ini biasanya diperingati untuk mengungkapkan rasa syukur nelayan terhadap  melimpahnya hasil tangkapan mereka selama setahun penuh serta memohon peningkatan hasil tangkapan di tahun depan dengan harapan tidak menemui kesulitan dan rintangan selama mencari ikan di laut. rezeki berupa banyaknya ikan yang mereka tangkap, atau juga dalam rangka memohon banyaknya hasil ikan tangkapan yang akan diperoleh oleh para nelayan. Mungkin tidak masuk akal dan sebagian orang menganggap acara seperti ini menyimpang dari ajaran agama.
Namun, bagi saya inilah budaya yang perlu dilestarikan guna menjaga identitas kita sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk dan berbudaya. Logisnya kepala kerbau yang dilarung atau ditenggelamkan di laut akan dimakan oleh ikan-ikan di laut sehingga akan membuat ikan-ikan di daerah itu semakin banyak.
[caption caption="Suasana Penjual Pernak-Pernik di Pasar Malem"]
Berbagai macam jajanan serta aneka perabotan dan permainan ada di pasar malam ini. Pengunjung yang terdiri dari Tua, muda dan berbagai profesi memadatinya setiap harinya. Selama seminggu rangkaian acara Nadran ini juga dengan diisi kegiatan dan event-event di antaranya pertandingan sepak bola, dangdutan, pagelaran seni sandiwara, dan masih banyak lagi.
[caption caption="Acara yang berlangsung"]
Prosesi acara ritual di muli dengan menyembelih sekor  kerbau, kemudian khusus kepala kerbau itu diletakan pada replica perahu nelayan yang dihiasi sedemikian rupa ditambah berbagai macam sesaji atau sesajen. Replika Perahu Nelayan yang berisikan kepala kerbau itu acap kali di sebut dengan ancak atau dongdang.
Sehari sebelum acara Nadran di mulai, biasanya dongdang ini ditaruh di sekitar KUD/TPI diberikan sesaji dan diiringi pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang menurut orang Jawa dikenal dengan istilah ngeruat. Biasanya sondang kemudian di bawa bersama perahu nelayan ke tengah laut biasanya sekitar jam 9 siang atau bertepatan dengan berlangsungnya pagelaran wayang.
Setiap perahu nelayan yang akan mengantarkan rombongan perahu pembawa dongdang atau yang hanya mengikuti dari jauh dihiasi dengan berbagai macam pernak pernik baik dari janur kelapa termasuk dengan buah-buahan dan makanan ringan serta minuman. Rombongan iring-iringan perahu berbaris rapih dan menjadi pemandangan yang menarik bagi para pengunjung.
[caption caption="Replika Perahu Nelayan "Dongdang" Pembawa Kepala Kerbau"]
[caption caption="Pagelaran Wayang Kulit"]