Mohon tunggu...
Eggy Gilang
Eggy Gilang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Admin Media Sosial dan Copywriting
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya menyukai hobi berolahraga seperti futsal, batminton dan sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Penyakit Atresia Ani Sejak Dini, agar Terhindar dari Penyakitnya

7 September 2022   16:30 Diperbarui: 7 September 2022   16:30 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.halodoc.com/kesehatan/atresia-ani

Semua orang tua pasti akan tersenyum bahagia ketika bayinya lahir dengan sehat dan normal tanpa kekurangan suatu apapun, termasuk sebuah pembuangan (dubur atau anus). Sebab ketika bayi lahir tapi tidak memiliki saluran pembuangan, maka bayi tidak dapat membuang hasil ekskresi dari tubuhnya yang berupa kotoran atau feses. Kelainan ini dinamakan atresia ani yang mana ini akan cukup sering terjadi pada saat bayi baru lahir, sedangkan kasus ini umumnya terjadi dalam angka 1:5000 kelahiran.

Namun sebelum membahas lebih jauh mengenai penyakit ini, ada yang tahu engga apa itu Atresia Ani? Kalau belum tahu, yuk simak artikel ini baik-baik ya sahabat, karena kami akan membahasnya secara lengkap. Check this out!!

Dr. Chandra Adi Purwadadi, Sp. BA mengungkapkan bahwa atresia ani adalah suatu kelainan bawaan yang sudah terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan. Gangguan ini diakibatkan oleh gagalnya pembentukan calon saluran pembuangan sehingga saluran tersebut tidak terbentuk secara sempurna dan tertutup oleh kulitnya. Akan tetapi seringkali para orang tua tidak menyadari adanya kejanggalan ini, sebab letak dari saluran pembuangan ini sangat tersembunyi jadi akan lebih baik jika perawat, bidan maupun dokter yang dapat mendiagnosisnya sejak awal agar dapat segera ditangani.

Sebab normalnya, bayi yang baru lahir ini akan melakukan buang air besar (BAB) dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan. Namun jika tidak, akan membuat perut bayi menjadi kembung dan membesar disusul dengan gejala muntah. Hal ini akan sangat berbahaya bagi keselamatan bayi jika cairan muntah tersebut masuk ke dalam saluran pernafasan yang mengakibatkan bayi mengalami sesak nafas dan bisa menyebabkan kematian.

Melansir dari  UCSF Benioff Children’s Hospital, dalam beberapa kasus atresia ani, rektum bisa berpindah posisi hingga berada di dekat panggul maupun mendekati posisi normalnya. Rektum sendiri adalah organ yang bertindak sebagai jalur keluarnya feses atau tinja dan akan menghubungkan antara bagian usus besar dan anusnya. Ketika ada bagian usus dan kantung kemih terhubung menjadi satu, tinja atau feses bayi bisa diekskresikan atau diubah menjadi urine. Kedua kondisi khususnya terjadi pada bayi perempuan dengan satu lubang besar penghubung (klaoka) rektum, kantung kemih dan vagina.

Untuk idealnya, jika mau dilakukan pembedahan dalam kasus atresia ani harus dilakukan dalam 24 jam pertama setelah teridentifikasi walaupun pada kenyataannya tidak sedikit pula yang datang terlambat ke rumah sakit sehingga keadaan bayi sudah cukup memprihatinkan. Selain itu perlu diketahui secara seksama, bahwa atresia ani ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu pendek, sedang dan tinggi. Maksud dari ketiga tipe ini adalah seberapa jauh jarak atresia ani dari permukaan kulit. Tipe pada atresia ani sangat menentukan tahap pembedahan yang akan dilakukan setelah melakukan pemeriksaan laboratorium dan foto.

Pada tipe atresia ani pendek dapat dilakukan pembedahan satu tahap jika kondisi bayi telah dinyatakan baik sehingga bayi akan langsung dibuatkan saluran pembuangan atau anus. Sedangkan, untuk atresia ani tipe sedang dan tinggi diperlukan tiga tahap pembedahan. 

Pada tahap pertama bayi akan dibuatkan anus sementara di perut yang biasa disebut dengan stoma. Setelah pembedahan pertama dilakukan, dalam kurun waktu tiga bulan akan segera dilakukan pembedahan kedua jika hasil evaluasi menunjukkan hasil yang baik. Pada pembedahan kedua ini akan dilakukan pembuatan anus untuk bayi. Apabila setelah pembedahan kedua tidak terjadi penyempitan pada anus yang sudah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah menutup stoma dan mengembalikan ke dalam perut bayi sebagaimana mestinya.

Perlu dipahami bahwa pembuatan stoma ini akan difungsikan untuk pengalihan saluran pembuangan sementara untuk mengeluarkan urine atau fesesnya. Pada umumnya, stoma akan dibuat di sebelah kiri perut bayi. Stoma bukanlah sebuah penyakit dan bersifat sementara sehingga harus dijaga kebersihannya dengan menggunakan air hangat atau NaCl bila sedang berada di rumah sakit. Tidak hanya membersihkan stoma saja, namun kantung pembuangan juga harus diganti secara berkala. Jangan sampai kantungnya terlalu penuh atau bahkan sampai bocor. Sebab jika hal itu terjadi maka akan menimbulkan iritasi atau kemerah-merahan pada kulit bayi yang terbilang cukup sensitive. 

Ada berbagai model kantung pembuangan, namun yang seringkali dijual dipasaran ialah kantung sekali pakai, artinya harus dilakukan bongkar pasang kantung di stoma sehingga dapat menimbulkan trauma pada kulit bayi. Jadi pemilihan kantung pembuangan dengan kualitas baik dapat meminimalisir adanya iritasi. Selain itu, orang tua perlu memahami sedini mungkin bagaimana cara membersihkan stoma yang baik sehingga ketika anak masih dirawat di Rumah Sakit. Orang tua bisa melihat atau mempelajari bagaimana cara perawat membersihkan dan merawat stoma, mulai dari cara melepaskan kantung pembuangan, membersihkan stoma, mengeringkan stoma, sampai dengan memasang kembali kantung pembuangan baru pada stoma yang sudah bersih.

Dalam keadaan anak menggunakan stoma sebagai saluran pembuagannya terdapat kemungkinan jika anak akan mengalami prolaps. Prolaps merupakan usus yang menjadi saluran pembuangan pada stoma mengalami penambahan ukuran (memanjang), dimana idealnya hanya 1-2 cm di atas permukaan kulit. Namun bila terjadi prolaps, maka panjang usus yang berada di atas permukaan kulit bisa mencapai 5 cm atau bahkan lebih. 

Prolaps bisa terjadi karena otot-otot pada stoma tidak cukup kuat untuk menahan kantung dan bersamaan dengan terjadinya peningkatan tekanan di dalam rongga perut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan pada rongga perut seperti ketika anak batuk, menangis, rewel, dan beberapa hal lain. Jadi berusahalah untuk mengurangi terjadinya faktor-faktor yang menyebabkan pemanjangan usus pada stoma. Namun, jika usus sudah mulai memanjang segera posisikan anak dalam keadaan berbaring terlentang lalu kompreslah usus tersebut dengan air dingin agar bisa kembali seperti semula. Bila sudah dikompres tapi tidak ada perubahan segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Keberhasilan pembedahan atresia ani dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti letak atresia ani itu sendir dan tipe atresia ani yang diderita. Sejauh ini tingkat keberhasilan pembedahan pada pasien yang memiliki atresia ani tipe pendek jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan dua tipe lainnya. Presentasi keberhasilan pembedahan atresia ani tipe pendek mencapai 90% sedangkan untuk pembedahan atresia ani tipe sedang dan panjang hanya sekitar 70%-80%. Hal ini terjadi karena pada atresia ani tipe sedang dan panjang biasanya diikuti dengan organ-organ lain yang berada di sekitarnya pun juga bermasalah. Oleh sebab itu, segera bawa anak ke Rumah Sakit terdekat bila anak mengalami gejala-gejala yang tidak wajar.

***

Jika melihat penjelasan yang disampaikan oleh Dr. Chandra Adi Purwadadi, Sp. BA ini mengenai penyebab, faktor resiko dan lain sebagainya, di belahan daerah lainnya di Indonesia, khususnya di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ada seorang anak kecil yang lagi mengalaminya.

Anak tersebut adalah Raditya dan Septian. Pasalnya, sejak dilahirkan oleh ibunya dia divonis oleh dokter menderita Atresia Ani, yang dimana anusnya itu tidak terbentuk dengan sempurna.

Bagi yang menanyakan kondisi terkini dari Raditya dan Septian, untuk kondisi Raditya ini sangatlah memprihatinkan. Pasalnya, ketika dia buang air besar, keluarnya itu bukan melalui lubang anusnya melainkan melalui mulutnya dan ketika berkonsultasi dengan bidannya, katanya itu masalah biasa saja dan tidak perlu di khawatirin. Selain itu, perutnya Raditya kian lama kian membesar seperti busung lapar.

Sementara, untuk kondisinya Septian sendiri sudah mulai membaik dari sebelumnya yang tadinya bobot tubuhnya tidaklah bagus yang diakibatkan oleh asupan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya, kini bobot tubuhnya sudah bagus. Namun, berbagai macam kendala masih harus di hadapi oleh orang tua Septian. Salah satu contohnya adalah kondisi ekonomi yang serba kekurangan menjadi salah satu penghambat kelancaran pengobatan.

Oleh karena itu, bagi sahabat yang mau tahu informasi lengkapnya mengenai keduanya, bisa melihatnya melalui

Campaign Ini Ya :

Terlahir Tanpa Anus, Balita Radit Secepatnya Harus Melakukan Operasi

Dokpri/berbagi bahagia
Dokpri/berbagi bahagia

Dan Campaign Ini Ya Sahabat :

Terlahir Tanpa Anus, Bayi Septian Harus Segera Jalani Operasi

Dokpri/berbagi bahagia
Dokpri/berbagi bahagia

Terima Kasih!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun