Mohon tunggu...
Eggy Adrian Pratama
Eggy Adrian Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110034 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Pemeriksaan Pajak - Diskursus Model Dialektika Hegelian, dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

30 November 2024   18:04 Diperbarui: 30 November 2024   18:04 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Nilai Tanggung Jawab dalam "Hanacaraka"

  • Hanacaraka berarti "ada utusan" atau tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang untuk dilaksanakan. Dalam konteks audit perpajakan, auditor bertindak sebagai "utusan" negara yang bertugas memastikan bahwa wajib pajak menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan.
  • Auditor pajak memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga transparansi, akurasi, dan keadilan dalam proses audit. Filosofi ini sejalan dengan esensi Hanacaraka yang menekankan pentingnya menjalankan tugas dengan penuh integritas dan dedikasi.

Relevansi dalam Audit Pajak:

  • Auditor harus memastikan laporan pajak wajib pajak sesuai dengan fakta dan peraturan perpajakan yang berlaku.
  • Nilai tanggung jawab dalam Hanacaraka membantu auditor untuk tetap fokus pada tujuan utama: menciptakan kepatuhan pajak yang adil dan transparan.

2. Penyelesaian Konflik dalam "Datasawala"

  • Datasawala dalam legenda Hanacaraka menggambarkan pertentangan atau konflik yang terjadi. Dalam audit pajak, konflik sering muncul antara auditor dan wajib pajak, terutama ketika ada perbedaan interpretasi terhadap peraturan perpajakan.
  • Proses audit sering melibatkan pertukaran argumen, bukti, dan klarifikasi yang mencerminkan situasi "datasawala". Namun, seperti dalam Hanacaraka, tujuan akhir dari konflik ini adalah menemukan solusi yang adil dan seimbang.

Relevansi dalam Audit Pajak:

  • Konflik dapat diselesaikan melalui dialog dan komunikasi yang efektif antara auditor dan wajib pajak.
  • Prinsip datasawala menekankan pentingnya pendekatan yang adil dan rasional dalam menyelesaikan perbedaan pandangan, sehingga tercipta kepatuhan pajak tanpa menimbulkan ketidakadilan.

3. Harmoni dalam "Padha Jayanya"

  • Padha Jayanya berarti "kekuatan yang seimbang." Dalam audit perpajakan, harmoni ini tercapai ketika auditor dan wajib pajak menemukan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak: kepatuhan pajak terpenuhi tanpa memberatkan wajib pajak secara tidak proporsional.
  • Prinsip ini juga mencerminkan keadilan dalam sistem perpajakan. Auditor harus memastikan bahwa pajak dihitung dan dibayarkan sesuai dengan aturan, sementara wajib pajak memiliki hak atas kejelasan dan transparansi dalam proses audit.

Relevansi dalam Audit Pajak:

  • Audit yang berhasil menciptakan harmoni antara negara dan wajib pajak dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem perpajakan.
  • Prinsip harmoni membantu auditor untuk tidak hanya fokus pada pelanggaran, tetapi juga pada pembinaan wajib pajak agar mereka lebih patuh di masa depan.

4. Akhir yang Harmonis dalam "Maga Bathanga"

  • Maga Bathanga, atau "akhir dari konflik," menggambarkan pentingnya menyelesaikan proses audit dengan cara yang membawa manfaat bagi semua pihak. Dalam audit perpajakan, hasil akhir yang ideal adalah penyelesaian sengketa pajak secara konstruktif, di mana wajib pajak merasa diperlakukan dengan adil, dan negara memperoleh pendapatan pajak yang sesuai.
  • Proses ini mencerminkan prinsip keberlanjutan dalam sistem perpajakan: audit yang tidak hanya mengatasi masalah saat ini tetapi juga membangun fondasi untuk kepatuhan yang lebih baik di masa depan.

Relevansi dalam Audit Pajak:

  • Hasil audit yang baik adalah yang memberikan kontribusi positif terhadap sistem perpajakan, baik dari segi kepatuhan wajib pajak maupun penerimaan negara.
  • Prinsip "akhir konflik" membantu menciptakan proses audit yang lebih manusiawi dan berfokus pada solusi.

5. Keterkaitan dengan Nilai Lokal dan Budaya

  • Dalam banyak kasus, audit perpajakan di negara seperti Indonesia tidak hanya bergantung pada aturan teknis, tetapi juga pada pemahaman terhadap nilai-nilai budaya lokal. Hanacaraka, sebagai simbol filosofi Jawa, menawarkan pendekatan yang relevan dalam membangun hubungan yang baik antara auditor dan wajib pajak.
  • Dalam budaya Jawa, komunikasi yang santun, pendekatan yang berbasis harmoni, dan sikap adil sangat penting. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam audit untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi dialog dan penyelesaian sengketa.

Relevansi dalam Audit Pajak:

  • Menggunakan pendekatan budaya lokal dalam audit dapat membantu membangun kepercayaan antara auditor dan wajib pajak.
  • Hanacaraka menjadi simbol penting yang mengingatkan auditor untuk menjaga etika dan nilai-nilai moral selama proses audit.

6. Penguatan Identitas Nasional dalam Perpajakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun