Mohon tunggu...
Egga Olivia
Egga Olivia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Aktif Guru, Perisai Penangkal Hoaks

9 November 2017   12:30 Diperbarui: 9 November 2017   19:00 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaitannya dengan penyebaran hoaks. Siswa merupakan salah satu objek sasaran empuk yang mudah mempercayai berita hoaks. Dengan menjadi followerakun medsos siswa, guru dapat memantau perkembangan dan aktivitas medsos siswa. Lantas ketika muncul berita hoaks atau broadcast yang beredar pada siswa, dampingi mereka untuk mengenali/mengidentifikasi kebenarannya. Selalau gunakan prinsip "saring sebelum sharing".Lakukan terus menerus agar mereka terbiasa mengecek kebenaran sebelum mereka mempercayai sebuah berita atau bahkan ikut meyebarluaskan sehingga mata rantai penyebaran hoaks bisa sedikit dicegah.

Berkaitan dengan penyalahgunaan medsos oleh siswa di sekolah kami, adalah sempat beredarnya pesan yang berupa ujaran kebencian (hate speech) yang ditujukan pada beberapa kandidat ketua OSIS dengan mengatasnamakan akun salah seorang siswa di sekolah kami. Beberapa siswa yang diteror sempat tersulut emosinya dan mengadukan pada guru agar diproses sebagai salah satu bentuk pelanggaran. Itulah bentuk nyata siswa yang mudah merespon ujaran kebencian yang beredar di medsos mereka tanpa mengonfirmasi kebenarannya.

Kasus tersebut bisa dipastikan merupakan bentuk pemalsuan akun facebooksebab dalam waktu bersamaan guru yang menjadi followermelihat dua akun dengan nama yang sama aktif dalam waktu yang bersamaan. Kemudian untuk memastikan kebenaran akun tersebut guru yang bersangkutan melakukan video callterhadap kedua akun tersebut. Hasilnya sudah bisa dipastikan, akun facebook asli milik siswa yang disalahgunakan tersebut mau menerima panggilan guru, sementara akun yang palsu sengaja menolak panggilan guru tersebut. Setelah mengetahui bahwa akun tersebut palsu, maka siswa diminta untuk melaporkan akun palsu tersebut pada fitur yang ada di dalam facebooksekaligus memblokirnya agar tidak menjadi pemicu perselisihan. Dengan langkah konfirmasi terlebih dahulu sebelum bertindak dan tidak reaktif terhadap akun penyebar ujaran kebencian merupakan salah satu langkah sederhana menyelesaikan masalah penyebaran berita hoaks.

Integrasi dalam Proses Pembelajaran

Salah satu langkah nyata seorang guru dalam memerangi berita hoaks adalah dengan mengintegrasikan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas 8 semester 2 dalam kompetensi dasar menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca intensif. Dalam materi tersebut sangat tepat sekali disisipi materi tentang mengedukasi siswa terutama dalam hal mengidentifikasi berita hoaks.  Media yang digunakan adalah beberapa berita yang membahas topik yang sama dan salah satunya disertakan teks berita hoaks. Sintag pembelajaran yang bisa dilakukan dalam pembelajaran tersebut bisa saja digunakan model pembelajaran kooperatif lantas setiap kelompok diminta mengidentifikasi apa topik/masalah utama beberapa teks berita tersebut dan juga setiap kelompok harus mengidentifikasi teks berita hoaks.

Dengan integrasi dalam pembelajaran, edukasi pengenalan berita hoaks, secara tidak langsung siswa diajak berpikir kritis sehingga harapannya ketika mendapati sebuah berita hoaks siswa telah mampu mengidentifikasinya dan otomatis tidak terpengaruh atau tersulut emosinya dengan isu yang disebar apalagi ikut andil dalam menyebarkannya.

Optimalisasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Salah satu penyebab maraknya penyebaran hoaks adalah akibat dari rendahnya kemampuan literasi siswa. Literasi di sini tidak hanya sebatas kemampuan membaca saja. Namun, makna literasi yang sesungguhnya mencakup melekvisual yaitu kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (video dan gambar). (www.komunikasipraktis.com). Dengan definisi tersebut, seharusnya para pengguna medsos yang kritis akan mencerna sebuah informasi dengan memahami dengan seksama inti berita yang diperoleh dan sekaligus mencermati apakah visual berupa gambar atau video yang disertakan mendukung fakta berita atau tidak, juga apakah gambar atau video yang disertakan asli -- bukan hasil editing --.

Jadi, pada dasarnya sebagai seorang pembaca yang kritis tentunya tidak boleh terlalu cepat reaktif ketika menerima sebuah berita. Harus konfirmasi kebenaran berita baru setelah dirasa berita tersebut merupakan fakta bisa dibagikan kepada pengguna medsos yang lain ketika dianggap perlu dan bermanfaat.

Untuk itulah pencanangan gerakan literasi sekolah harus digalakkan dan didukung oleh seluruh warga sekolah agar pembiasaan kegiatan membaca dan pengembangannya dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian, ketika siswa menerima sebuah informasi mereka mampu mencernanya, memahami inti permasalahan, dan mengonfirmasi kebenarannya. Selanjutnya sinergi antara guru dan siswa dalam menyukseskan GLS diharapkan dapat menghasilkan siswa yang  mampu berpikir kritis serta dapat berpartisipasi memutus mata rantai penyebaran berita hoaks. 

Dari uraian di atas jelas sudah peran penting seorang guru dalam menjadi perisai memerangi berita hoaks. Guru merupakan sosok teladan terdekat juga salah satu sumber yang dipercayai siswa. Guru merupakan manager - yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan. Jadi marilah menjadi guru yang cerdas dan kritis agar kita mampu melahirkan generasi muda cerdas, kritis, dan tidak mudah diadu domba oleh kabar hoaks. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun