Menara dengan tinggi sekitar 20 meter ini menjadi salah bagian yang sangat eye catching pada bangunan masjid ini. Di menara ini juga masih tersimpan saksi sejarah, bahwa masjid ini dulu pernah dibombardir oleh Pasukan Kartosuwiryo. Namun karena sudah dilakukan perbaikan, sudah apada ditambal, jadi hanya tersisa beberapa lubang bekas peluru di penutup seng menara di bagian telinganya (yang dilingkari).
Nah ini lebih jelasnya. Karena pada waktu saya berkunjung kebetulan tidka diizinkan untuk naik ke menara dan memfoto lebih dekat, hanya di beri foto ini oleh salah satu pengurus masjid dan pesantren. Untuk lubang yang ditunjukkan itu diperjelas, jadi kelihatan tampak lebih besar. Kalau foto aslinya kecil (ukuran diameter peluru).
Tampak luar, jendelanya memiliki ciri khas sendiri. Dengan jumlah yang relatif banyak daripada masjid-masjid pada umumnya. Untuk kusennya sendiri, itu adalah hasil renovasi (kalau yang dulu sudah lapuk katanya).
Sayangnya pada waktu berkunjung, saya tidak emnghitung, dan lupa bertanya, sebenarnya ada berapa sih jendelanya itu. 32 kah? Atau lebih?
Auditorium tertutup ini adalah bagian tambahan bangunan masjid (bukan bagian utama) yang biasanya digunakan untuk shalat dan mengaji para santriwati.