Mohon tunggu...
Ega Wiguna
Ega Wiguna Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sastra || @sastra.wiguna_

Memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peran Pemuda dalam Ketahanan Energi Indonesia

25 Maret 2020   08:53 Diperbarui: 25 Maret 2020   08:55 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menipisnya stok atau cadangan energi sudah menjadi permasalahan serius hampir di semua negara, termasuk Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk serta perubahan gaya hidup yang semakin energy-intensive, menyebabkan konsumsi energi terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, menunjukkan adanya peningkatan hampir dua kali lipat selama 20 tahun terakhir.

Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energinya, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan atau permasalahan yang menyebabkan kondisi ketahanan energinya semakin memburuk. Hal tersebut disampaikan oleh Hanan Nugroho (2014), dalam Makalah Kebijakan Ketahanan Energi Bappenas, antara lain: 

Merosotnya kapasitas produksi atau dengan kata lain adanya penurunan kemampuan dalam penyediaan energi secara nasional; banyaknya rumah tangga di pedesaan yang belum terlistriki; adanya rasio elektrifikasi yang masih rendah; adanya permasalahan harga energi (listrik maupun BBM); tingginya ketergantungan akan bahan bakar fosil, dan permasalahan yang lainnya.

Generasi muda Indonesia mempunyai peranan penting untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa, termasuk permasalahan ketahanan energi. Kenapa pemuda? Karena pemuda pemilik masa depan bangsa, yang akan menentukan hidup matinya suatu bangsa.

Pemuda merupakan kelompok umur dinamis, berani, kreatif, inovatif, serta pekerja keras, sehingga ditangan pemuda diharapkan muncul ide-ide ataupun solusi yang aplikatif yang dapat mengatasi permasalahan ketahanan energi di Indonesia. Karena, tanpa adanya ketahanan energi yang baik, maka pertumbuhan ekonomi atau bahkan ketahanan nasional akan terganggu. Oleh karena itu, diperlukan adanya beberapa solusi atau tindakan yang dipelopori oleh pemuda untuk memperbaiki ketahanan energi Indonesia. Beberapa solusi tersebut diantaranya:

Pertama, untuk perbaikan dari sisi indikator availability, solusinya adalah menjaga ketersediaan energi dengan melakukan pola hidup yang ramah lingkungan.

Pola hidup seperti ini misalnya, membuat gerakan bersepeda, membiasakan jalan kaki, dan kegiatan lainnya yang ada hubungannya dengan upaya penghematan energi. Intinya membatasi penggunaan dari kendaraan bermotor, yakni ketika akan bepergian dan jaraknya tidak terlalu jauh, maka alangkah lebih baiknya gunakan sepeda atau jalan kaki.

Bagi mahasiswa yang jarak kampus dan tempat tinggal atau kontrakannya tidak terlalu jauh, maka jalan kaki ataupun bersepeda adalah suatu hal yang harus dibiasakan. Karena selain untuk menjaga agar ketersediaan energi Indonesia, kebiasaan tersebut juga dapat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan tubuh.

Untuk membuktikan apakah solusi ini nantinya akan efektif atau tidak dalam menjaga ketersediaan energi, maka bisa dilihat dari estimasi sebagai berikut: pada tahun 2016 data BPS mencatat bahwa jumlah pemuda Indonesia mencapai 62.061.400 jiwa, jika setengah dari jumlah tersebut sedikitnya menghemat BBM (bensin) sebanyak satu liter per orang dalam satu minggu, maka dalam satu tahun Indonesia dapat menurunkan konsumsi untuk BBM sebanyak 1.489.473.600 liter atau kurang lebih sekitar 9.367.759 barel per tahun.

Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, namun secara tidak langsung solusi ini telah memberikan gambaran bahwa. Jika apa yang dilakukan oleh pemuda dilakukan juga oleh seluruh masyarakat, maka yakinlah akan ada perbaikan dari ketahanan energi di Indonesia. Apalagi jika pola hidup seperti ini dilakukan juga oleh masyarakat dalam penggunaan atau konsumsi energi listrik dan energi yang lainnya.

Kedua, dalam upaya memperbaiki keempat indikator dalam ketahanan energi (avaibility, accessibility, affordability, acceptability), maka pemuda dituntut aktif dan ikut andil dalam pengembangan energi terbarukan atau energi alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat.

Dalam hal ini pemuda khusunya mahasiswa bisa berperan sebagai penemu ataupun ikut dalam kegiatan-kegiatan riset terkait energi alternatif atau energi terbarukan. Misalnya, ikut dalam proses pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah, agar keberadaan sampah ini lebih bisa bermanfaat dan memberikan eksternalitas positif yang lebih besar kepada masyarakat sekitar.

Terbukti di beberapa kota besar keberadaan TPA ini dapat memberikan pasokan energi atau bahan bakar pengganti gas elpiji, yakni gas metan yang dihasilkan dari sampah. Bahkan rencana kedepannya akan ada proyek kerjasama dengan Denmark terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. 

Tentunya hal ini harus disambut baik oleh pemuda khususnya mahasiswa untuk ikut andil dalam proyek tersebut. Minimal dari sekarang sudah melakukan riset-riset pendahuluan yang nantinya hasil riset tersebut bisa dijadikan rekomendasi bagi Kementerian Lingkungan Hidup atau dinas terkait dalam memutuskan atau mengambil kebijakan.

Contoh Konkret lainnya adalah pembangkit listrik tenaga angin, ataupun teknologi kincir angin yang dikembangkan oleh seorang lelaki tangguh bernama Ricky Elson dengan mendirikan Lentera Angin Nusantara atau sekarang dikenal Lentera Bumi Nusantara di site Ciheras, Tasikmalaya. Bahkan site ini menjadi tempat belajarnya mahasiswa dari berbagai penjuru Nusantara. Selain itu, kincir angin buatannya bersama dengan tim (yang notabennya pemuda) telah menjadi sumber pasokan energi listrik untuk dapat digunakan di tiga desa di Pulau sumba, Nusa Tenggara Timur. 

Tentunya hal ini telah membantu pemerintah dalam upaya menjaga ketahanan energi di Indonesia dengan memperbaiki indikator accessibility. Semangat seperti inilah yang harus dimiliki oleh semua pemuda Indonesia. Solusi yang kedua ini mengandung makna bahwa pemuda tidak harus selalu menemukan sesuatu yang baru, tapi dituntut untuk mau belajar dan terus berusaha, dan aktif dalam pengembangan energi terbarukan.

Oleh karena itu dengan adanya beberapa solusi diatas, diharapkan kesenjangan yang lebar antara kondisi ketahanan energi Indonesia saat ini dengan kondisi idealnya bisa diperkecil, dan berbagai permasalahan yang menyangkut ketahanan energi sedikit demi sedikit bisa diatasi. Intinya dalam menjaga ketersediaan energi, pemuda bisa memulainya di lingkup yang kecil terlebih dulu seperti desa. Karena seperti halnya apa yang pernah diutarakan oleh Bung Hatta: 

"Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa". 

Sehingga harapan yang selama ini digantungkan kepada pemuda bukanlah harapan kosong semata, pemuda dapat membuktikannya dengan ikut andil dalam mewujudkan ketahanan energi nasional yang mandiri dan berkelanjutan (berkesinambungan).

Referensi:

Hariyadi, Purwiyatno. (2015). Tantangan Generasi Muda dalam Pertanian, Pangan, dan Energi, hlm.126. Bogor: IPB Press.

Nugroho, Hanan. (2014). "Ketahanan Energi Indonesia: Gambaran Permasalahan dan Strategi Memperbaikinya". Makalah Kebijakan Ketahanan Energi Bappenas, hlm.3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun