Menipisnya stok atau cadangan energi sudah menjadi permasalahan serius hampir di semua negara, termasuk Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk serta perubahan gaya hidup yang semakin energy-intensive, menyebabkan konsumsi energi terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, menunjukkan adanya peningkatan hampir dua kali lipat selama 20 tahun terakhir.
Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energinya, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan atau permasalahan yang menyebabkan kondisi ketahanan energinya semakin memburuk. Hal tersebut disampaikan oleh Hanan Nugroho (2014), dalam Makalah Kebijakan Ketahanan Energi Bappenas, antara lain:Â
Merosotnya kapasitas produksi atau dengan kata lain adanya penurunan kemampuan dalam penyediaan energi secara nasional; banyaknya rumah tangga di pedesaan yang belum terlistriki; adanya rasio elektrifikasi yang masih rendah; adanya permasalahan harga energi (listrik maupun BBM); tingginya ketergantungan akan bahan bakar fosil, dan permasalahan yang lainnya.
Generasi muda Indonesia mempunyai peranan penting untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa, termasuk permasalahan ketahanan energi. Kenapa pemuda? Karena pemuda pemilik masa depan bangsa, yang akan menentukan hidup matinya suatu bangsa.
Pemuda merupakan kelompok umur dinamis, berani, kreatif, inovatif, serta pekerja keras, sehingga ditangan pemuda diharapkan muncul ide-ide ataupun solusi yang aplikatif yang dapat mengatasi permasalahan ketahanan energi di Indonesia. Karena, tanpa adanya ketahanan energi yang baik, maka pertumbuhan ekonomi atau bahkan ketahanan nasional akan terganggu. Oleh karena itu, diperlukan adanya beberapa solusi atau tindakan yang dipelopori oleh pemuda untuk memperbaiki ketahanan energi Indonesia. Beberapa solusi tersebut diantaranya:
Pertama, untuk perbaikan dari sisi indikator availability, solusinya adalah menjaga ketersediaan energi dengan melakukan pola hidup yang ramah lingkungan.
Pola hidup seperti ini misalnya, membuat gerakan bersepeda, membiasakan jalan kaki, dan kegiatan lainnya yang ada hubungannya dengan upaya penghematan energi. Intinya membatasi penggunaan dari kendaraan bermotor, yakni ketika akan bepergian dan jaraknya tidak terlalu jauh, maka alangkah lebih baiknya gunakan sepeda atau jalan kaki.
Bagi mahasiswa yang jarak kampus dan tempat tinggal atau kontrakannya tidak terlalu jauh, maka jalan kaki ataupun bersepeda adalah suatu hal yang harus dibiasakan. Karena selain untuk menjaga agar ketersediaan energi Indonesia, kebiasaan tersebut juga dapat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan tubuh.
Untuk membuktikan apakah solusi ini nantinya akan efektif atau tidak dalam menjaga ketersediaan energi, maka bisa dilihat dari estimasi sebagai berikut: pada tahun 2016 data BPS mencatat bahwa jumlah pemuda Indonesia mencapai 62.061.400 jiwa, jika setengah dari jumlah tersebut sedikitnya menghemat BBM (bensin) sebanyak satu liter per orang dalam satu minggu, maka dalam satu tahun Indonesia dapat menurunkan konsumsi untuk BBM sebanyak 1.489.473.600 liter atau kurang lebih sekitar 9.367.759 barel per tahun.
Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, namun secara tidak langsung solusi ini telah memberikan gambaran bahwa. Jika apa yang dilakukan oleh pemuda dilakukan juga oleh seluruh masyarakat, maka yakinlah akan ada perbaikan dari ketahanan energi di Indonesia. Apalagi jika pola hidup seperti ini dilakukan juga oleh masyarakat dalam penggunaan atau konsumsi energi listrik dan energi yang lainnya.
Kedua, dalam upaya memperbaiki keempat indikator dalam ketahanan energi (avaibility, accessibility, affordability, acceptability), maka pemuda dituntut aktif dan ikut andil dalam pengembangan energi terbarukan atau energi alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat.