A. Persepsi RuangÂ
Persepsi ruang merujuk pada bagaimana individu atau komunitas memahami dan  menafsirkan ruang berdasarkan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial. Teknologi modern  mengubah persepsi ruang dengan memperkenalkan ruang virtual dan data real-time. Persepsi ruang  melibatkan dimensi kognitif, di mana individu memproses informasi tentang ruang yang diakses  melalui peta, data spasial, atau langsung dari pengalaman (PK4 & 5). Teknologi memperkaya persepsi  ini dengan menyediakan alat bantu seperti GIS dan pemantauan lingkungan berbasis data.Â
Dalam Future Cities, persepsi ruang berubah dengan adanya internet of Things (IoT) dan data  real-time yang memungkinkan warga memonitor kondisi lingkungan kota secara langsung. Kota  menjadi lebih responsif dan efisien, di mana ruang publik dan layanan perkotaan dapat dipantau dan  dioptimalkan untuk kebutuhan masyarakat (Boyson, 2016). Dalam Society 5.0, persepsi ruang menjadi  lebih fleksibel dengan integrasi antara ruang fisik dan digital. Teknologi AI dan robotika membantu  lansia tetap mandiri di rumah dengan akses layanan kesehatan dan sosial berbasis teknologi. Hal ini  menciptakan persepsi baru tentang ruang sebagai sesuatu yang inklusif dan terhubung secara digital (Pemerintah Jepang, 2019).Â
B. Preferensi RuangÂ
Preferensi ruang adalah pilihan yang dibuat individu atau komunitas terkait ruang  berdasarkan kenyamanan, fungsi, dan nilai budaya. Teknologi mengubah preferensi ini dengan  memperkenalkan ruang yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah teknologi. Dalam artikel The  Timescape of Smart Cities, Teknologi di kota pintar mengubah persepsi dan preferensi ruang dengan  memperkenalkan konsep spasial dan temporal baru, di mana aktivitas manusia dioptimalkan  berdasarkan data real-time dan IoT (Kitchin, 2019). Artikel berjudul City 5.0: Towards Spatial  Symbiotic Intelligence, menggambarkan bagaimana City 5.0 mengubah cara masyarakat memahami  dan memilih ruang melalui integrasi sistem fisik dan virtual menggunakan DAO dan AI (Lin et al., 2023). Â
Preferensi ruang dipengaruhi oleh nilai sosial dan faktor psikologis, seperti kenyamanan dan  keamanan. Masyarakat cenderung memilih ruang yang mendukung kebutuhan mereka, baik untuk  bekerja, tinggal, atau berinteraksi sosial (PK4 & 5). Dengan kemajuan teknologi, preferensi ruang mulai  bergeser ke arah ruang-ruang yang berbasis digital dan efisien. Dalam Future Cities, masyarakat lebih  memilih transportasi umum terintegrasi dan ruang hijau, di tengah kota. Aplikasi dan data pintar  memudahkan warga mengakses layanan perkotaan dengan cepat dan efisien, menciptakan preferensi  baru untuk ruang yang mudah diakses dan berkelanjutan (boyson, 2016). Dalam Society 5.0,  preferensi ruang berubah menuju lingkungan yang inklusif dan berfokus pada kesejahteraan sosial.  Misalnya, rumah pintar dengan robot asisten menjadi pilihan bagi lansia di Jepang, mencerminkan  perubahan preferensi menuju ruang yang memprioritaskan kenyamanan dan aksesibilitas (Pemerintah Jepang, 2019).Â
Dua dasar kajian perilaku keruangan, yakni persepsi ruang dan preferensi ruang, terus  berkembang seiring dengan perubahan teknologi. teknologi membantu masyarakat untuk memahami  dan memilih ruang secara lebih efisien dan inklusif. Ruang kini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga  mencakup ruang digital yang memungkinkan interaksi dan akses lebih luas.Â
Daftar PustakaÂ
- Boyson, O. (2016). Future Cities [Video]. YouTube. https://youtu.be/xOOWk5yCMMs  Bronfenbrenner, U., & Ceci, S. J. (1994). Nature-nurture reconceptualized in developmental perspective: A  bioecological model. Psychological Review, 101(4), 568–586.Â
- Kitchin, R. (2019). The Timescape of Smart Cities. Â
- Lin, Y., & Co-Authors. (2023). City 5.0: Towards Spatial Symbiotic Intelligence.Â
- Pemerintah Jepang. (2019). Society 5.0 [Video]. YouTube. https://youtu.be/m5-fKmcUllQ Â Piaget, J. (1954). The construction of reality in the child. Basic Books.Â
- PK4 & 5 - Perilaku Keruangan dan Lingkungan serta Ketahanan Pangan (2024). Â
- Wahyuni, D., & Setiawan, A. (2023). Merdeka Belajar dalam perspektif teori belajar kognitivisme Jean Piaget. Â Jurnal Pendidikan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H