Mohon tunggu...
Ega Putra
Ega Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hobi lari Suka makan sate

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dani dan Tunawisma

23 November 2023   10:37 Diperbarui: 23 November 2023   10:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dani, seorang siswa dari SMP 1 Ciptokusumo. Memiliki badan yang kurus, namun posturnya tinggi. Dani merupakan siswa yang sedikit pintar namun tidak bodoh. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Tidak semua keinginannya dapat di turuti oleh kedua orang tuanya.

Dani selalu berangkat ke sekolah hanya dengan berjalan kaki. Kedua orang tuanya adalah orang yang sangat senang bekerja. Dani selalu ditinggalkan kedua orang tuanya sendirian dirumah saat sepulang sekolah dikarenakan kedua orang tuanya sangat sibuk bekerja.

Dan disaan kedua orang tua Dani bekerja itu pun Dani sering pergi keluar rumah untuk menghilangkan suntuk. Ia seringkali pergi ke lepangan di dekat rumahnya untuk melihat teman teman seusianya bermain sepak bola. Dani selalu ingin ikut untuk bermain sepak bola dengan teman temannya itu. Namun, Dani seperti terkucilkan dan tidak digubris oleh teman temannya disitu.

Suatu hari, saat Dani sedang berjalan untuk menuju ke lapangan. Dani melihat seorang pedagang sioamay keliling didepannya. Dani yang perutnya sedang lapar pun membeli satu porsi siomay dan membawanya untuk dimakan dilapangan sembari menonton teman temannya bermain sepak bola.

Saat diperjalanan Dani melihat seorang tunawisma yang sedang duduk di pinggir jalan dengan rambut yang gimbal dan terlihat sangat kotor dengan pakaian compang camping. Tunawisma itu terlihat sedikit tidak waras, ia meneriaki Dani dan berkata “Woy, makan dong makan sini siomaynya buat gue aja!”. Dani sedikit takut mendengar teriakan dari tunawisma gila itu. Dan ia langsung memberikan siomay itu kepada tunawisma gila itu dan ia langsung melanjutkan jalannya ke lapangan.

Saat sampai dilapangan ia bingung tidak ada temannya yang bermain disana lagi. Dani pun pulang kerumah dengan keadaan perut yang lapar. Saat diperjalanan, Dani melihat tunawisma gila itu lagi. Tunawisma gila itu sedang dirundung oleh anak anak sepak bola yang biasa bermain dilapangan. Anak - anak  itu meminta siomay dari tunawisma itu secara paksa dan memaksa.

Entah kenapa Dani merasa kasihan melihat sang tunawisma itu dimintai secara paksa oleh anak - anak itu. Dani menghampiri mereka dan menyuruh mereka untuk berhenti memintai tunawisma itu. Dani yang berbadan kurus dan dipandang lemah oleh teman temannya pun menjadi sasaran empuk temannya. Dani ditendang dan dipukuli habis habisan oleh teman temannya. “orang gila kaya gini aja dibelain.” Ucap salah satu teman Dani disitu. Tak lama setelah Dipukuli oleh temannya, tunawisma itupun bangkit dan membentak teman teman Dani. Teman – teman Dani yang kaget dan takut pun langsung kecil nyalinya. Mereka langsung lari meninggalkan Dani yang sedang babak belur setelah dihujani pukulan dan tendangan oleh mereka.

Tunawisma itu pun membantu Dani untuk bangkit. Dan tunawisma itu mulai berbicara kepada Dani. “namaku Zaki nak, aku tidak gila.” Begitu kata tunawisma itu. Dani pun sekarang mengetahui bahwa nama orang itu adalah Zaki. “terimakasih banyak ya pak sudah membantuku tadi” kata Dani berterimakasih kepada pak Zaki. Pak Zaki pun menjawab “iya nak, saya juga berterimakasih karena sudah memberikan saya makan.”

Dari kejadian itu, Dani sering memberi makan pak Zaki yang selalu ada ketika ia sedang ingin menuju ke lapangan untuk menonton sepak bola. Dani juga sering sekali bercengkrama dengan pak Zaki. Dan bercerita tentang masalah masalah yang dihadapinya kepada pak Zaki. “Ternyata pak Zaki itu tidak gila ya pak.” Ucapnya dengan sedikit tertawa. Pak Zaki pun menjawab dengan sedikit bercanda “saya memang sedikit sinting nak Dani”. Mereka pun saling bertukar cerita dan tawa di hari itu.

Tidak terasa waktu telah menunjukan pukul 5. Dani pun terburu buru untuk pulang, dan ia tidak sadar meninggalkan dompetnya. Saat ditengah jalan pun Dani baru tersadar dompetnya tertinggal saat mengobrol dengan pak Zaki tadi. Ia pun berbalik arah dan disebrang terlihat pak Zaki yang sedang melambaikan tangannya yang memegang dompet kepada Dani. Pak zaki pun berjalan menuju Dani, dan tanpa disadari ada sebuah truk yang menuju kearah Pak Zaki. Pak Zaki pun kaget dan tak sempat menghindari truk itu. Akhirnya ia pun terlindas oleh truk itu dan Dani menyaksikan kejadian tragi situ didepan matanya sendiri.

Dani pun terdiam dan merenung menyaksikan kejadian itu. Teman yang baru ia dapatkan hilang begitu saja didepan matanya. Tak ada sepatah kata pun terucap di bibir Dani. Sudah banyak orang yang menghampiri tubuh pak Zaki yang tergeletak di jalan. Dani pun ikut menghampiri tubuh pak dani. Sekilas ia melihat pak Zaki tersenyum kepada Dani dan di hari itu juga Dani melihat pak Zaki untuk terakhir kalinya.

Hari - hari dijalani Dani dengan sunyi seperti biasanya. Tidak ada lagi pak Zaki yang selalu diberinya makan. Dani pun mengingat ingat kenangan tentang bagaimana ia bertemu dengan pak Zaki yang sedang meminta makan padanya. Dengan nada yang tinggi pak Zaki meminta dan membentak Dani untuk menyerahkan makanannya. Namun, setelah itu Zaki juga mendapatkan pertolongan dari pak Zaki dan Dani juga mendapatkan teman berkat pak Zaki. Bagi Dani pak Zaki adalah pahlawan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun