Mohon tunggu...
Ega Maulana
Ega Maulana Mohon Tunggu... Politisi - Seorang yang berusaha menerjemahkan pikirannya lewat tulisan.

Menuliskan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Menerima Takdir

14 Juli 2022   14:00 Diperbarui: 14 Juli 2022   14:00 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takdir atau ketetapan adalah sesuatu yang diterima atau dijalani oleh seluruh manusia, mereka tidak bisa menolak apa yang telah menjadi ketetapan Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menjalani takdir hidupnya didunia, disadari atau tidak bahwa apa yang menimpa mereka sebenarnya sudah tertulis di lauhul mahfudz. Takdir manusia telah dituliskan bahkan sebelum mereka terlahir ke dunia, seperti rezeki, jodoh, celaka, bahkan kematian pun sudah dituliskan.

Sebagai manusia kita tidak punya pilihan lain selain tetap menjalani hidup, dan terkadang kita harus menjalani kehidupan atau keadaan yang tidak pernah kita inginkan dan bayangkan sebelumnya. Jika menerima sesuatu yang baik dan bisa membuat Bahagia tentu kita akan mudah menerimanya, akan tetapi kehidupan tidak selamanya Bahagia, kadang ada saat di dalam hidup kita berada pada titik terendah dan kita harus tetap bisa menerima takdir atau ketentuan tersebut.

Takdir Allah selalu baik meskipun kadang perlu air mata dulu untuk bisa menerimanya, kita tidak akan bisa mengubah apa yang sudah terjadi, yang bisa kita lakukan adalah menerimanya. Perlu proses untuk bisa menerima keadaan yang membuat kita sedih atau jatuh, dan pada akhirnya kita harus sadar bahwa apa yang terjadi atau apa yang telah Allah tetapkan adalah yang terbaik untuk kita.

Seorang filsuf asal Jerman Bernama Friedrich Nietzsche terkenal dengan ungkapanya yaitu Amor Fati atau bisa diartikan cintai takdir, jika dikaji lebih dalam kalimat tersebut mempunyai nilai yang mengajarkan untuk tetap husnudzon atau berbaik sangka terhadap qada dan qadar yang telah ditetapkan Allah SWT.

Kalimat yang dikatakan Nietzsche tersebut harus mengingatkan kita bahwa apa yang telah menjadi ketetapan Tuhan adalah apa yang terbaik untuk kita dan kita harus bisa menerima bagaimana pun caranya. Meskipun apa yang telah ditetapkan adalah apa yang tidak pernah kita inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun