Gen Z dan Pancasila: Bagaimana Nilai Lama Bertemu Dunia Baru?

Oleh : Ega Azka Mutia 

Mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Jakarta 

Apakah Pancasila Masih Penting bagi Gen Z?  

Bagi banyak Gen Z, Pancasila mungkin terdengar seperti materi hafalan dari buku sekolah, slogan formal di upacara bendera, atau bahkan sekadar simbol yang dianggap tidak lagi relevan. Namun, di tengah perkembangan dunia yang semakin cepa di mana teknologi, media sosial, dan budaya global semakin mendominasi kehidupan sehari-hari pertanyaannya adalah: apakah Pancasila masih memiliki tempat dalam hidup generasi ini? Ataukah ia hanya menjadi sebuah formalitas tanpa makna nyata?  

Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, Gen Z menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Persoalan seperti polarisasi sosial, hoaks, budaya cancel, hingga perbedaan pandangan politik menjadi bagian dari keseharian. Dalam kondisi seperti ini, Pancasila justru bisa menjadi panduan penting. Namun, agar relevan, pendekatan terhadap nilai-nilai Pancasila perlu lebih adaptif dan kontekstual sesuai kebutuhan zaman.

---

Perspektif Gen Z terhadap Pancasila 

Sebagai generasi yang hidup dengan akses tak terbatas ke informasi global, Gen Z dikenal sebagai generasi yang kritis, ekspresif, dan sering kali mempertanyakan otoritas tradisional. Banyak dari mereka merasa bahwa Pancasila sering kali disampaikan dalam bentuk yang kaku, formal, dan jauh dari kenyataan hidup mereka. Pelajaran Pancasila sering berfokus pada hafalan teks dan sejarah, tanpa menunjukkan bagaimana nilai-nilai ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan modern.  

Namun, di balik kritik tersebut, sebagian Gen Z tetap melihat nilai-nilai Pancasila sebagai sesuatu yang penting, terutama dalam menghadapi isu-isu besar seperti keberagaman dan toleransi. Konsep Bhinneka Tunggal Ika misalnya, menjadi sangat relevan di tengah perbedaan yang kerap memicu konflik, baik di dunia nyata maupun media sosial. Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, menjaga keseimbangan antara identitas nasional dan keterbukaan terhadap budaya lain menjadi tantangan besar yang membutuhkan panduan seperti Pancasila.

---

Tantangan Penerapan Nilai Pancasila

Meski memiliki nilai yang sangat relevan, penerapan Pancasila sering kali menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah bagaimana menyampaikan nilai-nilai ini dengan cara yang dapat diterima oleh Gen Z. Pembelajaran Pancasila di sekolah sering dianggap monoton, terlalu teoretis, dan tidak memiliki kaitan langsung dengan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.  

Misalnya, konsep gotong royong sering dipahami sebagai kerja bakti di lingkungan fisik, tetapi tidak pernah dijelaskan bagaimana prinsip ini bisa diterapkan dalam komunitas online, seperti saling mendukung dalam proyek kolaboratif atau membantu mengatasi hoaks yang menyebar di media sosial. Demikian pula, sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sering kali disalahartikan sebagai dominasi satu keyakinan tertentu, padahal nilai ini sebenarnya menekankan pada penghormatan terhadap semua keyakinan.  

Selain itu, ada juga tantangan dalam menghadapi tren individualisme yang semakin kuat di era digital. Budaya ini kadang membuat generasi muda lebih fokus pada pencapaian pribadi dibandingkan kontribusi terhadap masyarakat. Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mendorong mereka untuk melihat dampak dari tindakan individu terhadap komunitas yang lebih luas.

---

Solusi dari Gen Z untuk Gen Z  

Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif, adaptif, dan inovatif. Karena itu, solusi untuk membuat Pancasila relevan di mata mereka harus datang dari pendekatan yang mereka pahami dan nikmati. Salah satu langkahnya adalah mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam platform digital yang menjadi bagian dari keseharian mereka.  

Kampanye Media Sosial Berbasis Pancasila  

 Buat kampanye digital yang mempromosikan nilai-nilai seperti toleransi, gotong royong, dan keadilan sosial melalui konten yang engaging seperti video pendek, meme, dan infografis. Misalnya, membuat tagar yang memotivasi generasi muda untuk berbagi cerita tentang bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam hidup mereka.  

Diskusi Virtual dan Podcast Gen Z  

Platform diskusi virtual atau podcast yang membahas isu-isu terkini seperti polarisasi sosial, kesetaraan gender, dan keberagaman budaya, dengan pendekatan yang mengaitkannya pada nilai-nilai Pancasila. Ini bisa menjadi ruang aman bagi Gen Z untuk belajar sekaligus berbagi perspektif.  

Game dan Aplikasi Edukatif 

Mengembangkan game atau aplikasi yang mengajarkan Pancasila secara interaktif. Misalnya, game yang mengajak pemain menyelesaikan konflik sosial melalui pendekatan musyawarah atau bekerja sama untuk membangun komunitas virtual berdasarkan nilai gotong royong.

Proyek Kolaboratif yang Menghidupkan Pancasila  

Melibatkan Gen Z dalam proyek nyata yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti kampanye lingkungan berbasis gotong royong, program literasi digital untuk melawan hoaks, atau penggalangan dana yang menanamkan semangat keadilan sosial. 

---

Menghidupkan Pancasila di Era Digital 

Bagi Gen Z, Pancasila tidak harus menjadi doktrin kaku yang dihafalkan tanpa dipahami. Sebaliknya, ia bisa menjadi panduan fleksibel yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual, kreatif, dan digital, nilai-nilai Pancasila dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan era globalisasi tanpa kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia.  

Pancasila bukan sekadar formalitas, melainkan semangat yang harus dihidupkan kembali dengan cara yang sesuai dengan zaman. Bukan hanya untuk menjaga persatuan, tetapi juga untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kokoh di tengah dinamika global, berkat generasi muda yang memahami dan mengamalkannya. 

"Apakah Pancasila masih relevan bagi Gen Z? Temukan bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan di era digital melalui toleransi, gotong royong, dan aksi nyata. Saatnya Gen Z menghidupkan Pan

casila dengan cara yang kreatif dan modern!”