Validasi apapun emosi yang ia rasakan, beri opsi untuk menenangkan diri misalnya dengan berlatih 3 ketukan tarik napas lalu 6 ketukan hembusan napas. Latihan relaksasi sederhana ini mengajarkan anak untuk memiliki kontrol akan dirinya.
Pada anak-anak di usia lebih kecil yang lebih rentan mengalami separation anxiety dari ibunya, kita bisa berlatih dengan permainan petak umpet.Â
Ajak anak untuk saling bersembunyi, tapi jika ia takut dan menginginkan ibunya kembali, dia bisa berteriak menggunakan kata tertentu (pilih yang familier dengan kesehariannya).Â
Lalu mulailah permainan tapi usahakan selalu kita yang lebih dulu meneriakkan kata tersebut kemudian biarkan anak yang datang menghampiri . Berikan ekspresi lucu sehingga anak tertawa ketika bertemu lagi dengan orangtuanya. Â
Prinsipnya dalam permainan ini kita mengajarkan anak untuk mengalami perpisahan dari orangtunya, namun dengan cara yang aman. Permainan ini mengajarkan anak bahwa perpisahan bukan berarti ia kehilangan figur lekatnya. Dan karena justru orangtuanya yang mengekspresikan rasa takut, anak dapat berlatih menjadi pihak yang memberikan rasa aman. Dengan demikian, anak juga berlatih memberi dukungan rasa aman untuk dirinya sendiri.
Lalu kesimpulannya, apakah kembali ke sekolah adalah hal yang menantang bagi anak? Ya, tentu saja. Namun ketika anak-anak dilatih untuk menghadapi masalahnya dengan strategi yang memadai, kita sekaligus membantunya tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh.Â
Itulah salah satu cara terbaik orangtua membantu anak mencapai resiliensi dirinya. Tugas kita adalah menjadi model yang dapat menyakinkan anak bahwa ia memiliki segala dukungan yang dibutuhkan.
Ega Asnatasia Maharani- Psikolog, Dosen.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H