Mohon tunggu...
Ega Ardiana
Ega Ardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Love about art

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akankah Membaik?

10 November 2023   12:46 Diperbarui: 10 November 2023   13:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai bunga-bunga yang mekar, baumu harum, dan tanaman lainnya terlihat segar. Sepertinya para tumbuhan bersemangat di hari ini." Ucapnya pada alam.

Alam yang menyambut dengan penuh semangat pada hari ini, matahari bersinar terang, langit yang biru, dan suasana yang menenangkan. Membuat pikiran seorang manusia menjadi lebih "fresh".

Ana terus berjalan melewati pohon-pohon rindang. Hingga ia akan bertemu sungai dan melihat pantulan dirinya di air.

"Aku akan melihat air mengalir dan gemercik suaranya."

Germercik air terdengar, seperti melengkapi suasana alam yang cerah hari ini. Air sungai itu bening, ikan-ikan bahagia ada di dalamya. Ana pun juga bahagia, dia merasa menemukan tempat yang tepat untuk merenung. Meninggalkan pikiran berisiknya tentang hal-hal yang buruk.

"Pemandangan yang indah, semoga pikiran dan hatiku lebih tenang di sini. Hanya ada aku dan alam. Aku bisa berbicara apapun di sini, terhindar dari tempat yang sesak." Betapa senangnya Ana, lalu dia duduk di atas rerumputan. Menghirup udara segar, memejamkan mata, dan mendengarkan gemercik air. Kemudian membuka matanya dengan harapan lebih tenang.

"Pikiranku lebih tenang, tidak berisik seperti sebelumnya. Hatiku ikut bahagia melihat pemandangan ini. Menjauh dari hal yang tidak membuatku senang sementara waktu. Sebenarnya tidak semua hal buruk, masih banyak yang baik. Aku saja yang sedang lelah,"

Ia berdiri lalu berjalan menuju tepi sungai, melihat ke arah mana air sungai itu mengalir. Perlahan-lahan dia fokus kepada pantulan dirinya di air.

"Seperti bukan diriku, wajahku terlihat datar. Di mana senyumku? Mataku terlihat lelah. Oh, perempuan manis, mungkin aku akan mencoba tersenyum."

Dia benar-benar tersenyum ke arah air itu, "Nah, ini baru aku. Aku bisa membuat orang lain tersenyum juga dengan wajah ini. Mereka tidak perlu tahu hal yang membuatku merasa lelah. Orang yang dekat denganku pasti akan mengerti dengan sendirinya. Tapi di sini tidak ada orang selain aku, tapi alam menemaniku." 

Entah apa yang dikatakannya, ucapan manusia yang mulai merasa lelah dan bosan. Dia butuh waktu sendiri untuk mengenali dirinya. Merasakan apa yang dia rasakan, tanpa perlu ada orang lain. Hingga Ana memilih untuk ke tempat sepi yang tidak mengganggunya sama sekali.

"Selamat tinggal alam, mungkin aku akan kembali di lain waktu. Aku akan menemui orang-orang lagi, ke tempat yang ramai. Di tempat yang ramai, tapi aku merasa sendiri. Di sini memang sepi, tapi aku merasa baik." 

Perjalanan mencari tempat yang tenang dengan waktu yang singkat. Setidaknya, perasaan baik bisa terbawa ke tempat semula. Ana berjalan meninggalkan tempat itu, kembali ke rutinitas dengan para manusia lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun