Dengan demikian, Masjid Jami' Air Tiris lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, mulai dari pendidikan, pemberdayaan masyarakat, hingga pelestarian budaya. Sebagai pusat kehidupan sosial, masjid ini terus berkontribusi dalam memperkuat ikatan sosial dan membangun komunitas yang harmonis.
Ciri Khas Mesjid Jami'
Bentuk bangunan induk bersegi lima (limas)
Dinding berukir
Atap seng bersusun tiga (tumpang) meruncing ke atas
Menggunakan kayu tentangu yang tahan panas dan hujan
Pemasangan atap, dinding tidak menggunakan paku besi, melainkan terbuat dari paku kayu
Mimbar masjid berasal dari Trengganu dan dikerjakan di Singapura
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Salah satu inisiatif yang dilakukan oleh pengurus masjid adalah mendirikan lembaga pendidikan. Sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan masjid ini menyediakan pendidikan formal dan non-formal bagi anak-anak dan remaja di sekitar. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut.
Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan
Masjid Jami' Air Tiris juga berperan sebagai pusat kebudayaan. Berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival, dan pameran sering diselenggarakan untuk memperkenalkan warisan budaya lokal. Ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial di antara warga, tetapi juga melestarikan budaya lokal yang mungkin terancam punah.
Kesimpulan
Masjid ini terletak di Jalan Pasar Usang, Desa Tanjung Barulak, Kelurahan Air Tiris, Kabupaten Kampar. Masjid ini didirikan atas prakarsa Engku Mudo Sangkal pada tahun 1901 dan proses pengerjaannya baru selesai pada tahun 1904 atau tahun 1322 H. Engku Mudo Sangkal adalah seorang tokoh penyebar Islam di daerah Kampar. Salah satu penyebab Engku mudo Sangkal berniat untuk mendirikan masjid di daerah sekitar Pasar Air Tiris adalah karena ketika beliau hendak melaksanakan shalat zhuhur, beliau tidak menemukan tempat shalat atau masjid di daerah Air Tiris tersebut, padahal tempat tempat tersebut merupakan daerah yang ramai. Hasil pemikiran beliau ini disampaikan pada Dt. Palo yang kantornya berada di sekitar pasar tersebut. Dt. Palo kemudian menyampaikan usul ini kepada Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris. Melalui pertemuan rapat (musyawarah) yang dipimpin oleh Dt. Palo (bernama Ajik) diputuskan bahwa Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris menyetujui usulan Engku Mudo Sangkal untuk mendirikan masjid di dekat Pasar Air Tiris dengan pertimbangan sebagai tempat beribadah bagi masyarakat, pengunjung dan para pedagang yang berada di sekitar Pasar Air Tiris.
Secara keseluruhan pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Ninik Mamak Kenagarian Air Tiris yang terdiri dari penghulu suku dengan sebutan Ninik Mamak Nan Duo Baleh yang memiliki anak kemenakan dalam 20 banjar (kampung) dalam Kenagarian Air Tiris. Dalam kesepakatan selanjutnya teknis pembangunan masjid disepakati sebagai berikut:
Â
1.real tanah tempat pembangunan masjid dicarikan oleh Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris.
2.Kayu dan Sondi dibebankan kepada masyarakat Banjau Air Tiris.
3.Tukang diambil dari tukang-tukang yang ada di Pasar Air Tris.
4.Pelaksanaan dilakukan secara gotong royong.
Menurut penuturan serta kepercayaan masyarakat sekitar ketika pendirian masjid ini dilakukan, setiap langkah kaki Engku Mudo Sangkal selalu diiringi oleh kalimat-kalimat suci yang mengingatkan akan kebesaran Allah. Inilah yang memberikan kekuatan lain dari Masjid Jami' Air Tiris sehingga bangunan tanpa paku ini walau sudah berumur lebih satu abad tetap kokoh berdiri. Selain itu menurut cerita Nurdin Abbas (Pengurus Masjid Jami' periode tahun 1995; hasil wawancara dalam Majalah Amanah hal. 32) bahwa ketika masa revolusi dulu, masjid ini menjadi basis pertahanan pejuang, sehingga masjid ini pernah dibakar oleh tentara Jepang, tapi berkat izin Allah secara keseluruhan bangunannya masih tetap utuh.