Mohon tunggu...
Ega Fatmawati
Ega Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGMI UIN Walisongo Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterampilan Abad 21 Menunjang SDM Menuju Indonesia Emas 2045

23 November 2021   09:28 Diperbarui: 23 November 2021   09:32 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Collaborative (kolaborasi), adalah sebuah keterampilan bekerja sama yang dilakukan secara efektif dan menunjukkan rasa hormat terhadap anggota tim yang lain dalam membuat sebuah keputusan yang diperlukan dalam mencapai tujuan bersama. 

Warsono dan Haryanto  berpendapat bahwa pembelajaran yang dilakukan secara berkolaboratif dapat terjadi disetiap saat, tidak hanya di dalam pembelajaran yang berada di dalam kelas, akan tetapi pembelajaran kolaboratif dapat dilaksanakan antara siswa yang berada di sekolah lain atau sekumpulan siswa yang saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sehingga, pembelajaran secara kolaboratif dapat dilakukan tidak hanya di dalam kelas akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan diluar kelas. 

Yang terpenting siswa dapat menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama dengan kelompok atau siswa lainnya dan dapat beradaptasi dengan berbagai tugas ataupun peran serta dapat bertanggung jawab secara maksimal dengan kelompok, teman, dan tugas atau perannya.

Crtical Thinking and Problem Solving, (berpikir kritis dan pemecahan masalah), adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang dipergunakan di dalam kegiatan seperti memecahkan sebuah masalah, dalam mengambil keputusan, membujuk, menganalisis, dan melakukan sebuah penelitian ilmiah. Berpikir kritis juga dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan yang digunakan untuk mengevaluasi secara logis mengenai pendapat pribadi dan pendapat yang disampaikan oleh orang lain.  Fahrudin Faiz mengemukakan bahwa tujuan dari berpikir kritis yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita itu valid dan benar. Dengan kemampuan berpikir kritis seseorang akan dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.  

Creativity (kreativitas), adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan perwujudan kecerdikan yang bersumber dari pikiran yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan suatu persoalan dengan cara tersendiri.  Krulik berpendapat bahwa di dalam merencanakan maupun memahami pemecahan suatu permaslaahan diperlukan kemampuan untuk berpikir kreatif siswa yang cukup memadai, karena kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan bernalar tingkat tinggi setelah berpikir dasar dan kritis.  

Dan peran guru di dalam pembelajaran untuk dapat mengembangkan daya berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan dorongan kepada siswa untuk memahami suatu permasalahan yang ada serta dalam meningkatkan kemampuan daya berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian dapat melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan penyelesaian masalahnya. Tentunya untuk awalan perlu adanya bimbingan dan pendampingan dari guru agar kemampuan daya berpikir kreatif siswa dapat berkembang dengan baik dan maksimal.
 
Keempat aspek keterampilan abad 21 tersebut dapat menunjang SDM sebagai generasi Emas menuju Indonesia Emas 2045, apabila dalam pelaksaan pembelajarannya dilakukan secara maksimal. Karena seorang guru juga harus menyesuaikan pengetahuan dan keterampilannya dalam menghadapi perkembangan pendidikan di abad 21 untuk mempersiapkan siswa sebagai sumber daya manusia yang lebih berkarakter dan dapat berpikir secara luas untuk menghadapi tuntutan zaman dan perkembangan secara global kedepannya. 

Beberapa paradigma yang dapat diubah dalam merencanakan pembelajaran abad 21 menurut Hadinugrahaningsih yaitu guru harus bisa berubah dari pengarah menjadi fasilitator, pembimbing dan konsultan bagi siswanya, guru yang awalnya sebagai sumber belajar harus berlatih menjadi teman belajar untuk siswanya, desain pembelajaran juga berubah menjadi student centered, belajar berdasarkan kegiatan percobaan, survei, pemecahan masalah, ataupun projek, dan pembelajaran kompetitif berubah menjadi kolaboratif agar siswa dapat lebih belajar mengenai komunikasi antara siswa lainnya dan belajar untuk menerima pendapat-pendapat yang beragam dari orang lain.  

Sehingga dalam pengembangan pembelajaran berbasis keterampilan abad 21 ini guru tidak hanya berperan sebagai pendidik saja akan tetapi guru juga harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan aspek-aspek keterampilan abad 21 ini. Hal tersebut sejalan dengan tujuan yang dituntut ditahun 2045 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun