Filsafat tidak mempersoalkan masalah pada tataran gejala di permukaan (surface), tetapi yang dicari adalah hakikat dari sesuatu fenomena. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin ada secara mendalam dan menyeluruh.Â
Dalam Susanto (2011), filsafat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah berkaitan dengan segala sesuatu, baik bersifat materi maupun imaterial secara sungguh-sungguh untuk menemukan hakikat sesuatu yang sesungguhnya, mencari prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional dan logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat Proses pencarian dan pengkajian yang masuk ke dalam ra- nah hakikat membawa sebuah pemaknaan bahwa filsafat lebih bersifat abstrak. Namun sesungguhnya filsafat tidak selalu dipahami sebagai sesuatu yang abstrak.Â
Filsafat terkadang sangat konkret dan juga praktis, sebab jawaban-jawaban yang terang juga banyak terhadap sebagian besar pertanyaan filosofis. Gagasan filosofis sulit dipahami bukan karena terlalu abstrak atau terlampau melayang jauh dari kehidupan kita sehari-hari, melainkan justru karena teramat konkret.
Dalam pada itu setidaknya terdapat empat unsur utama dalam bidang filsafat (lihat Palmqiust, 2000). Dua unsur pertama bersifat "teoretis" yakni metafisika dan logika. Unsur pertama, yaitu metafisika yang menengarai pertanyaan dan mengkaji mengenai "apa sesungguhnya hakikat yang nyata?". Bagian unsur kedua yaitu "logika", merupakan pengkajian berpikir secara sahih atas suatu pernyataan yang tersusun melalui kata-kata atau bahasa. Setidaknya, penentuan persoalannya bisa diungkap melalui logika adalah "bagaimana kita memahami makna kata-kata atau pernyataan".
Terhadap dua unsur terakhir dalam filsafat lebih bersifat praktis, yakni dalam makna sains dan ontologis. Penerapan kata-kata bermakna sebagaimana dalam logika pada praksisnya menimbulkan pengetahuan, yakni pengetahuan dalam pengertian ilmu. Pertanyaan filosofis mengenai ilmu berkaitan dengan "di manakah garis tapal batas yang tepat antara pengetahuan dan kebenaran?". Unsur keempat ialah ontologi, yang mengajukan pertanyaan "apa maksud keberadaannya?".Â
Dengan menanyakan dan menjawab pertanyaan ontologis, kita berharap meningkatkan pemahaman kita tentang sifat dasar berbagai hal misalnya mengenai Tuhan, manusia, hewan, dan/atau tipe pengalaman yang berlainan seperti keindahan, cinta, kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H