Mohon tunggu...
Efri Triana Nur Arifin
Efri Triana Nur Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di UPI

saya adalah seorang mahasiswa UPI yang menyukai puisi dan teknologi serta suka menulis berbagai hal apabila memiliki waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peningkatan Minat dan Motivasi Siswa dalam Literasi Sains Melalui Implementasi Literasi Keluarga dan Media Visual

24 September 2021   23:03 Diperbarui: 24 September 2021   23:06 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sebagai salah satu negara yang masih berada pada tahap negara berkembang, saat ini berada pada kondisi tertinggal khususnya dalam bidang literasi dibandingkan dengan negara lain, seperti halnya di lingkup ASEAN Indonesia masih berada sangat jauh tertinggal secara kualitas pendidikan atau literasi dibandingkan dengan negara Singapura, Malaysia, Thailand, dan juga Brunei. 

Ketertinggalan literasi ini mencakup beberapa macam literasi seperti literasi aksara, literasi finansial, literasi sains, literasi budaya, dan literasi teknologi. Ketertinggalan tersebut merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri dan perlu diselesaikan segera.

Beberapa hasil survey menempatkan Indonesia pada peringkat bawah dalam bidang literasi. Salah satu survey yang menunjukan bahwa tingkat kemampuan literasi di Indonesia masih rendah adalah survey yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Asessment) yang dilaksanakan pada tahun 2018 yang menempatkan indonesia berada pada peringkat 72 dari 77 negara yang disurvey, dengan hasil nilai yang diraih pada ketiga bidang yang diteskan yaitu bidang matematika, membaca, dan sains, secara umum hasil skor menunjukan penurunan dibandingkan tes sebelumnya yaitu PISA tahun 2015 dimana pelajar Indonesia pada tahun tersebut mampu meraih skor membaca yang ada di peringkat 65, skor sains peringkat 64, dan skor matematika peringkat 66, dibandingkan dengan tahun 2018 skor membaca Indonesia hanya berada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.

Apabila dibandingkan dengan hasil-hasil dari negara tetangga dalam cakupan ASEAN Indonesia berada paling bawah bersama Filipina yang mendapat peringkat terakhir dalam membaca dan skor kedua terakhir di dua bidang lain. 

Sementara itu Singapura konsisten mendapat peringkat teratas di tiga bidang, bahkan mengalahkan Jepang dan Korea Selatan. Lalu negara jiran yaitu Malaysia berada pada peringkat menengah dan hampir menembus ranking 30 besar secara keseluruhan.

Kondisi-kondisi ini menunjukan bahwa kondisi pendidikan khususnya literasi dalam bidang membaca, matematika dan sains berada pada kondisi yang darurat dan perlu segera dilakukan reformasi secara masif dan efektif agar dapat meningkatkan mutu kualitas literasi bangsa disertai dengan meningkatnya mutu kualitas manusia yang ada di Indonesia. 

Peningkatan-peningkatan ini perlu didorong secara masif oleh program pemerintah yang tepat sasaran disertai mampu untuk mengakomodasi secara penuh intensifikasi literasi yang bukan hanya terbatas di ruang lingkup sekolah saja melainkan tersebar ke seluruh lini masyarakat baik dari kalangan atas maupun bawah. 

Program peningkatan literasi ini pun mampu didorong secara mandiri oleh agen-agen penggerak literasi bangsa yang peduli terhadap pendidikan dan nasib sumber daya manusia indonesia demi membudayakan dan membudidayakan literasi pada setiap lini-lini kehidupan bangsa indonesia.

Beberapa ahli menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya literasi. Menurut Fardiyani (2010) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi literasi yaitu seperti intelegensi, jenis kelamin, perkembangan motorik, kondisi fisik, kesehatan fisik, lingkungan, perbedaan status sosial keluarga termasuk didalamnya keterlibatan orangtua dalam pemberdayaan literasi. Lalu menurut Deborah  (2006)  menjelaskan  bahwa ketertarikan anak dalam membaca mempunyai  hubungan  yang  kuat  dengan cara yang digunakan ibu dalam membacakan buku.

Pendapat dari dua ahli tersebut cukup menyiratkan bahwa peran serta keluarga dalam memberdayakan literasi keluarga akan sangat berdampak pada kondisi atau motivasi anak untuk melakukan literasi. 

Selain itu selain adanya motivasi yang dapat timbul oleh dorongan keluarga, motivasi peserta didik untuk belajar biasanya dipengaruhi juga oleh unsur yang penting dalam mewujudkan proses kegiatan pendidikan dan pengajaran yang berupa bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong minat siswa dalam pencapaian hasil belajar secara optimal.

Pembelajaran yang optimal ini akan dapat terbentuk apabila seorang guru dapat memahami apa yang menjadi minat dan menarik atensi peserta didik untuk tetap dapat fokus dan menikmati proses pembelajaran sehingga efektivitas pembelajaran dapat sesuai sasaran. 

Pada studi kasus yang penulis lakukan, peserta didik yang penulis analisis berada pada rentang usia Sekolah Dasar dan bertempat tinggal di wilayah pedesaan. 

Latar belakang tersebut menjadi sebuah faktor indikasi bahwa peserta didik tersebut akan memiliki kecederungan untuk menyukai dan tertarik pada suatu hal. Kondisi keluarga yang secara umum berada pada tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah dan juga pendidikan orang tua yang dominan lulusan dibawah SMA menjadi dasar acuan studi kasus penulis dalam mengetahui minat dan metode pembelajaran terhadap siswa.

Melalui observasi, interview kepada peserta didik dan guru ditemui sebuah metode yang efektif dalam meningkatkan literasi dan minat belajar siswa di SDN 3 Situmandala yang penulis jadikan studi kasus yaitu melalui pendampingan literasi secara berkala bersama dengan orang tua siswa pada kediaman mereka masing-masing dan juga pembuatan media ajar yang menarik dan interaktif dengan penyediaan media visual berupa poster dan karton-karton yang dihiasi gambar dan tulisan untuk menyampaikan materi yang diajarkan.

Melalui adanya proses pembelajaran dengan memanfaatkan dua metode tersebut selama sekitar satu bulan penulis melakukan pembelajaran nampak siswa memiliki motivasi yang baik dan tinggi untuk aktif belajar dan berinteraksi dengan guru atau rekan sebaya mengenai materi pembelajaran yang diajarkan. Siswa selalu berupaya untuk bertanya dan memberikan pandangannya mengenai apa yang mereka tahu akan materi yang sedang diajarkan. 

Pemberian variasi pada pembelajaran seperti membawa siswa untuk belajar diluar kelas dan menikmati langsung suasana alam sekitar menghasilkan pola pembelajaran yang nyaman dimana siswa dapat merasakan kebebasan dari kondisi pembelajaran yang terkesan terlalu formal dan hanya menjadikan siswa sebagai objek untuk diajari, bukan sebagai subjek bagian dalam kegiatan pembelajaran. 

Kondisi alam yang asri disertai banyak kenampakan pemandangan maupun flora dan fauna menjadikan proses pembelajaran terasa terbantu utamanya dalam penyampaian materi bertemakan sains dimana tanaman, mahluk hidup, kondisi alam dapat menjadi alat peraga pembelajaran yang efektif dan variatif untuk mengedukasi siswa.

Proses pembelajaran secara bervariasi dan menyertakan segala macam komponen disekitar siswa, berdasarkan studi kasus yang penulis lakukan secara umum berhasil meningkatkan motivasi siswa dan efektivitas siswa dalam mengikuti dan memahami pembelajaran yang dilakukan. 

Siswa secara umum lebih tertarik apabila mereka mampu untuk diberikan ruang eksplorasi yang luas disertai dengan pengakomodasian proses pembelajaran yang nyaman dan komunikatif antara guru dan peserta didik.

Berdasarkan hal-hal tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian pembelajaran yang sesuai minat siswa disertai dengan pemberian metode pembelajaran yang tepat akan menjadi dasar pemacu siswa untuk dapat optimal dalam mengikuti dan memahami pembelajaran. 

Namun hal ini hanya dapat diraih apabila seorang guru mampu untuk melakukan identifikasi secara menyeluruh terlebih dahulu terhadap subjek yang akan diajarkan dan juga kemampuan guru untuk mengakomodasi proses pembelajaran tersebut harus dapat maksimal sehingga siswa dapat merasakan kenyaman selama proses pembelaran berlangsung. 

Kemudian kemampuan guru untuk mengintegrasikan setiap komponen yang dapat membantu siswa dalam belajar tersebut memerlukan waktu dan tenaga yang tidaklah sedikit dalam pelaksanaannya. 

Oleh karena itu komunikasi guru yang efektif dengan pihak sekolah dan orang tua akan dapat menjadi sebuah solusi dalam upaya pengitegrasian komponen pembelajaran ini disertai juga adanya kesadaran dari setiap pihak bahwa pembelajaran atau pemberdayaan literasi kepada siswa tidaklah terbatas hanya didalam ruang kelas atau sekolah saja, melainkan terjadi secara menyeluruh dan bersifat terintegrasi dengan semua aspek kehidupan baik di lingkungan sekolah, keluarga, pertemanan, ataupun masyarakat umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun