Mohon tunggu...
Effrillia Rizki Fauzia
Effrillia Rizki Fauzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Malang Gadis Belia dalam Novel "Gadis Pantai"

12 Mei 2018   22:04 Diperbarui: 12 Mei 2018   22:19 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis Pantai

by Pramoedya Ananta Toer

"Aku tak butuhkan sesuatu dari dunia kita ini. Aku cuma butuhkan orang-orang tercinta, hati-hati yang terbuka, senyum tawa dan dunia tanpa duka, tanpa takut" --Gadis Pantai: 133

Berikut merupakan kutipan sebuah karya yang berjudul Gadis Pantai karanngan Pramoedya Ananta Toer. Ia adalah salah satu sastrawan Indonesia yang hampir menghabiskan separuh hidupnya di penjara; 3 tahun dalam penjara colonial, satu tahun di masa Orde Lama, dan 14 tahun di masa Orde Baru tanpa proses pengadilan. Di dalam penjara, Pramoedya menghasilkan beberapa karya, salah satunya novel yang berjudul Gadis Pantai ini. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis belia yang berasal dari kampung nelayan di pesisir Utara Jawa Tengah, Kabupaten Rembang. Novel ini menceritakan tentang feodalisme masyarakat Jawa yang dilakukan oleh golongan priyai pada saat itu.

Feodalisme menurut Wikipedia adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Kisah dalam novel ini sangat memperlihatkan kritik sosial yang tajam dan memiliki latar belakang sejarah colonial Belanda, maka novel ini sempat dicekal peredarannya saat rezim Orde Baru.

Gadis belia yang berusia empat belas tahun itu gadis yang manis, dengan warna kulit kuning  langsat, memiliki tubuh yang mungil, mata agak sipit. Dia adalah bunga kampung nelayan sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang. Pada suatu hari salah seorang utusan pembesar dari kota Jawa Tengah dating ke kampong gadis pantai, tepatnya ke rumah gadis pantai tersebut. Dia menyampaikan bahwa Bendoronya ingin menjadikan Gadis Pantai sebagai istrinya. Pada saat itu untuk menikah dengan rakyat jelata, Bendoro tidak perlu datang dan meminta gadis pantai itu kepada orang tuanya, cukup diwakilkan dengan sebilah keris. Lalu  dinikahkanlah gadis pantai dengan sebilah keris.

Keesokan harinya setelah menikah dengan Bendoro, gadis pantai yang ditemani bapak dan emaknya serta kepala kampung dan beberapa warga, diantar menuju  ke kota tempat keidaman pembesar yang menjadikannya istri. Sebutan Bendoro Putri telah melekat pada sosok Gadis Pantai. Kini derajat Gadis Pantai lebih tinggi dibandingkan dengan warga dikampungnya. Hal tersebut membuat Gadis Pantai menjadi disegani oleh warga kampung nelayan. Sebuah dokar telah disiapkan oleh bendoro untuk menjemput gadis pantai.

Setelah menikah dengan Bendoro, Gadis Pantai memiliki gelar Mas Nganten. Mas Nganten adalah istilah bagi perempuan yang melayani kebutuhan seks para priyai hingga mereka memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang berasal dari golongan sederajat.

Bendoro mengutus seorang pekayaan untuk melayani dan membantu semua kebutuhan Gadis Pantai. Tidak hanya itu, pelayan tersebut juga menjadi sahabat Gadis Pantai untuk sekedar menemani berbicara hingga bercerita tentang hal apapun. Gadis Pantai selalu ingin tahu banyak hal dan membandingkan kehidupannya saat berada dikampung nelayan dan di kota. Gadis Pantai sama sekali tidak kesusahan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan para priyai, pelayan selalu membantunya.

Setelah menjadi Mas Nganten keehidupan Gadis Pantai sangatlah berbeda. Tidak seperti dikampung nelayan yang sehari-hari ia bisa bebas bermain dengan air laut, pasir pantai, membantu Emak di dapur. Sangat jauh berbeda dengan kehidupannya di kota, yang hanya menghabiskan waktu dikamar, terkadang jalan-jalan di kebun belakang, berbincang dengan pelayan, bersekolah di pagi hari dan mengaji di malam hari. Gadis Pantai juga sering merasa kesulitan saat berinteraksi dengan Bendoro, ia sangat takut untuk berbicara kepadanya bahkan untuk sekedar membalas sapaan Bendoro.

Tidak terasa usia pernikahan Gadis Pantai dan Bendoro telah memasuki tahun kedua. Pelayan yang masih setia membantunya sejak awal ia datang ke tempat persinggahan Bendoro tersebut selalu bercerita banyak hal, memberitahu hal-hal yang tidak diketahui Gadis Pantai serta menjawab semua pertanyaannya. Sampai suatu hari ada kejadian yang membuat pelayan tersebut diusir dari rumah oleh Bendoro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun