Gelaran debat Cawapres 2024 berakhir. Ada rasa senang, ada juga rasa kecewa.
Siapa pemenang debat tadi malam? Jawabannya adalah Gibran Rakabuming Raka.Â
Tentu, ada rasa senang. Gibran semula tampil kalem. Tapi, akhirnya dia mampu memberikan gagasan dan membalas lancar pertanyaan yang diarahkan kepadanya.
Bagaimana gambaran debat Cawapres tadi malam? Untuk memberikan penjelasan sederhana, izinkan saya menyampaikannya dalam analogi sepak bola.
Pertandingan sengit dan awalnya mudah diprediksi
Saya sehari-hari bekerja sebagai penulis SEO di berbagai website. Dan kebetulan, tema yang cukup sering saya geluti adalah sepak bola.Â
Jika diperhatikan, masyarakat kita memang senang perihal menebak masa depan. Prediksi bola dan ramalan zodiak adalah beberapa contoh kata kunci populer di mesin pencarian.Â
Dan keinginan untuk membuat prediksi juga menular sebelum debat Cawapres berlangsung.
Memang, begitulah keseruan dalam membuat prediksi. Analisa harus kuat. Pembuat prediksi juga harus jeli dalam mengambil pendekatan.Â
Demikian dalam gelaran debat. Boleh dikatakan, debat Cawapres sama seperti pertandingan sepak bola.Â
Anda menghadapi lawan. Anda harus menggunakan taktik. Formasi, tempo dan juga memiliki pemain andalan untuk membuat peluang dan mencetak gol.
Dalam menyusun taktik, pelatih terlebih dahulu menganalisis penampilan lawan. Ia melihat berbagai indikator seperti performa lawan head-to-head dan hasil pertandingan.Â
Ada juga perhitungan tentang persentase gol, efektivitas dalam menyerang dan bertahan, dll).Â
Kemudian pelatih juga akan memperhatikan siapa pemain kunci di pihak lawan. Bahkan hal yang dianggap kurang relevan seperti jumlah trofi di kompetisi juga diperhitungkan.
Head-to-Head
Sejauh pengamatan, belum ada pertemuan tiga Cawapres ini dalam debat resmi.
Riwayat cawapres
Jika head-to-head debat tidak ditemukan, kita dapat menggunakan pendekatan lain, yaitu riwayat cawapres. Mahfud MD pernah menjadi anggota partai PKB.Â
Hanya saja, berapa lama Mahfud MD menjadi anggota di sana, saya kesulitan menemukan informasi pastinya.Â
Yang pasti, Mahfud MD berada dalam irisan yang sama dengan Muhaimin Iskandar yang sekarang menjabat sebagai ketua umum PKB. Â
Tentu, ada kemiripan di antara keduanya dalam cara berpikir dan menyampaikan pendapat. Terlebih mereka merupakan warga NU yang memiliki latar Islam dan nasionalis.
Sementara Cawapres Gibran Rakabuming adalah Wali Kota Solo. Dia juga menjadi kadar dari PDIP yang bersifat nasionalis. Dia menjadi anggota partai sejak tahun 2020 untuk maju dalam Pilkada Wali Kota Solo.Â
Dalam usia, pengalaman Gibran di partai politik kalah dibandingkan Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD.Â
Dua terakhir ini telah memegang berbagai posisi jabatan politik sejak belasan tahun lalu. Perkecualian saat Mahfud MD menjadi ketua MK.
Dari sini, Gibran kurang unggul dalam hal pengalaman politik praktis. Di sisi lain, kita menemukan bahwa Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming dan Mahfud MD memiliki kesamaan dalam paham nasionalis.
Siapa yang diunggulkan?
Dari pengalaman, Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD tampak menjadi unggulan.
Semua Cawapres saat ini menduduki posisi strategis. Muhaimin Iskandar adalah Wakil Ketua DPR RI; Gibran adalah Wali Kota Solo; dan Mahfud MD adalah Menko Polhukam.
Dari tema debat, tiga Cawapres tampak memiliki kedalaman di ekonomi kerakyatan.Â
Tetapi, Gibran lebih unggul dalam penguasaan beberapa topik, seperti pengelolaan APBN/APBD, investasi, perkotaan, dan perdagangan.
Kenapa demikian? Gibran saat ini menjabat Wali Kota Solo. Perekonomian kota Solo ditopang oleh sektor perdagangan.Â
Dia juga beberapa kali terlibat dalam upaya meningkatkan investasi di Solo. Baru-baru ini, dia pergi ke Prancis untuk mempromosikan kota Solo.
Hasil pertandingan
Hasil debat memperlihatkan Gibran mumpuni untuk mengatasi lawannya. Ini membuatnya tampak seperti pemain muda Zaire Emery dari Paris Saint-Germain.
Sebagai informasi, Zaire Emery adalah pemain muda PSG yang sedang naik daun. Dia sudah memecahkan berbagai rekor debut pemain termuda di timnas Prancis dan klub dalam waktu singkat.Â
Dia juga tipikal pemain yang irit bicara. Tetapi aksinya di lapangan dapat membuat lawan kesulitan.
Mahfud MD seharusnya menjadi unggulan dalam debat semalam.Â
Ia semula tampak seperti Zlatan Ibrahimovic jika melihat mentalitas dan kecakapannya dalam bidang yang ia tekuni.Â
Tetapi, Mahfud MD justru tidak begitu perform untuk bermain di posisi yang tidak dia kuasai. Ibaratnya, dia berpindah posisi dari penyerang tengah menjadi pemain gelandang.Â
Kembali lagi, sebagian tema debat tidak sepenuhnya menjadi domain dirinya.Â
Pada akhirnya, dia harus berimprovisasi dan beradaptasi dalam posisinya.Â
Sebenarnya itu bukan masalah besar untuk Mahfud MD mengingat pengalamannya di lapangan.Â
Sementara itu, Muhaimin Iskandar tampil leluasa dalam permainan. Tidak heran, dia sudah berpengalaman untuk berbicara di depan publik.Â
Tetapi, pertahanannya longgar saat Gibran mengajukan pertanyaan tentang SGIE.
Hal ini kemudian menempatkan Muhaimin Iskandar tampak seperti Bruno Fernandes dari Manchester United.Â
Merasa unggul di awal pertandingan, tetapi akhirnya terkena comeback dari lawan akibat kesalahan kecil.
Debat pertama ini menunjukkan Gibran 'Zaire Emery' mampu tampil baik di pertandingan penting.
Kesimpulan
Gibran selama ini irit bicara di depan media. Bahkan, dia juga tidak menghadiri beberapa debat.Â
Debat Cawapres semula memprediksi Gibran sebagai underdog di antara dua lawan lainnya. Tetapi, hasilnya di luar dugaan.Â
Ini wajar dalam pertandingan bola. Ketika Anda tampil sebagai tim unggulan, tidak perlu mengerahkan kekuatan penuh menghadapi lawan.Â
Tetapi, cara ini ternyata kurang efektif dalam menghadapi pertandingan perdana.Â
Gibran memberi kejutan. Dia ternyata fasih untuk memberi pernyataan dan membalas setiap pertanyaan tadi malam.Â
Dia menggunakan taktik dengan melontarkan beberapa istilah teknis. Ada juga pertanyaan yang 'menguji' pengalaman lawan.Â
Di sisi lain, Gibran juga diuntungkan karena Mahfud MD tampil dalam posisi tidak menguntungkan. Dia saat ini berada dalam pemerintahan.
Menghadapi debat selanjutnya, ada peluang untuk Gibran mempertahankan performanya. Tetapi, ini harus disikapi Gibran dengan cermat mengingat Paris Saint-Germain memiliki riwayat buruk dalam menghadapi pertandingan di leg kedua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H