Jika Anda merasa buruk menghadapi awal tahun baru, maka Anda mungkin bernasib sama seperti Thomas Tuchel.Â
Setidaknya, Anda lebih beruntung karena Tuchel mengalami "sial" dua kali berturut-turut saat pergantian tahun baru.
Tahun 2020 ke 2021. Kejadian pertama ia alami ketika menjadi pelatih Paris Saint Germain.Â
Tuchel dipecat sebagai pelatih PSG pada 24 Desember 2020, mengutio Goal.com.
Padahal ia sebenarnya sukses membawa PSG maju ke final UCL untuk kali pertama dalam sejarah klub.
Bukan kado yang indah untuk malam Natal dan tahun baru 2021.
Dugaannya, ia didepak karena curhatnya ke media tentang ketidaknyamannya di PSG.
"Kami tinggal satu pertandingan lagi untuk memenangkan Liga Champions. Tapi saya tidak pernah merasa kami mendapat pujian yang pantas kami terima," ujar Tuchel, dikutip BolaSport.com dari Marca, 22 Desember 2020.
Tuchel pun menghabiskan pergantian tahun 2020 ke 2021 tanpa status apapun.Â
Tahun 2021 ke 2022. Kabar tak sedap pun diterima kembali oleh Tuchel dalam jabatannya sebagai pelatih Chelsea sekarang.Â
Keadannya terbalik. Justru anak asuhnya, Romero Lukaku membuat "curhat" di media atas ketidaknyamannya di Chelsea.
"Secara fisik saya baik-baik saja. Tapi saya tidak senang dengan situasi di Chelsea. Tuchel memilih bermain dengan sistem lain," kata Lukaku kepada Sky Sport Italia, dikutip dari Detikcom, 31 Desember 2021.
Kontan, malam tahun baru 2022 Tuchel terganggu kembali. Curhat itu berbuntut panjang sampai menimbulkan kisruh internal klub.Â
Tuchel mengambil tindakan. Ia terpaksa mengabsenkan Lukaku pada Laga Chelsea vs. Liverpool, Senin, 3 Januari 2022.
Ia mengaku, curhat Lukaku cukup mengganggu persiapan tim dan harus mengambil keputusan sulit tersebut.Â
Tetapi, Tuchel lekas menemukan nasib baiknya. Badai seolah tidak sanggup lagi merintangi dirinya.
Akhir Januari 2021, tidak lama setelah dipecat Paris, ia berlabuh ke Chelsea.Â
Kegagalannya di Paris terlupakan. Ia berhasil membawa klub London menjuarai Liga Champions musim 2020/2021.
Tetapi, ia masih terlilit awan gelap.Â
Sekarang, Chelsea berjarak jauh, 10 poin, dari Manchester City pemimpin klasemen sementara Liga Inggris. Bukan perkara mudah untuk menipiskan selisih poin.
Apa yang harus dilakukan? Tuchel tampaknya sudah melakukan hitung-hitungan rasional.Â
Sebab, jika mengandalkan keberuntungan, maka ini akan menjadi keberuntungan yang paling rumit.Â
Dewi Fortuna akan sibuk mengihitung rumus probabilitas. Dua klub: Manchester City dan Liverpool, harus menanggung nasib malang seperti apa yang pernah ia alami.Â
Tentu, masalah apapun harus diarahkan pada perspektif lain untuk menemukan peluang.Â
Tuchel sudah menggunakan itu sehingga mampu mengubah energi negatif menjadi positif seperti yang pernah ia berikan kepada Chelsea tahun lalu. Itulah jalan masuk akal untuk menjelaskan terjadinya sebuah nasib baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H